Share

Our Friendship

Ruang kelas yang barusan sepi dan hening mendadak menjadi ramai dan berisik bagaikan suasana pasar di pagi hari. Suara Jeremy yang sedang memohon pada Serena juga semakin tidak terdengar. Banyak siswa yang mulai berdatangan ke kelas itu.

"Hey, ada apa nih? Kenapa si Jeremy bertekuk lutut di hadapan Serena? Ketahuan selingkuh kah?" ucap Darrel dengan nada menghina.

"Bawel lo!" jawab Jeremy.

"Good morning, bebsie," sapa Valetta sembari memeluk Serena dari belakang.

"Morning, Va. Tumben datangnya agak telat? Biasanya kan pagi-pagi buta lo kan udah stand by di kelas," tanya Serena.

"Biasalah. Semalem gue begadang buat marathon nonton drama Korea. By the way si Jeremy kenapa tuh?" tutur Valleta yang kebingungan melihat Jeremy yang sudah duduk di lantai.

"Enggak tahu. Daritadi dia udah ngerengek gak jelas di depan gue. Biasa gak sadar umur dia."

"Gak jelas gimana? Ini tuh udah jelas banget malahan. Gue kan cuman minta lo ajarin gue Bahasa Inggris," tegas Jeremy.

"Eh, kesambet angin apa lo? Biasanya pas si Miss Monik ngajar aja dia langsung molor kayak anak kecil yang abis dibacain dongeng sebelum tidur," ucap Darrel yang tidak percaya dengan apa yang temannya katakan.

"Benar tuh kata Darrel. Matahari gak terbit dari barat kan? Atau jangan-jangan lo salah makan lagi," ejek Valetta.

"Apaan sih lo berdua? Masa temannya mau belajar malah diejek-ejek kayak begini. Lagipula gue belajar Bahasa Inggris tuh demi masa depan gue," jelas Jeremy.

"Ser, jujur sama gue pas lo bangunin dia tidur, kepalanya kagak lo pukul dengan keras kan? Kok nih anak tiba-tiba jadi sengklek kayak begini?" bisik Valetta di telinga Serena.

"Woy, Va! Kalau mau ngomongin gue mendingan lo belajar cara membisik yang baik dan benar. Kedengaran banget tahu gak," bentak Jeremy.

"Jer, lo kalau ada masalah hidup, lo bisa cerita sama gue kok. Ayo coba cerita sama gue kok tiba-tiba lo mau belajar Bahasa Inggris," paksa Valetta.

Jeremy menggaruk kepalanya. "Aduh, kan gue udah bilang barusan. Kalau gue belajar Bhasa Inggris buat masa depan gue."

Darrel pun menghela napas dan mengelus dada bidangnya karena merasa lega. "Baguslah kalau begitu. Tetap semangat, ya."

"Iya, Jer. Emang udah sepantasnya lo memikirkan masa depan lo dari sekarang. Gue akan selalu mendukung lo. Semangat ya," ujar Valetta yang terlihat seperti seorang ibu yang bangga melihat anaknya yang sudah bisa membaca.

Serena yang tadinya diam membisu melihat drama antara tiga temannya langsung angkat bicara. "Sebelumnya mohon maaf karena telah merusak momen bahagia kalian ini. Tapi masa depan yang kalian pikirkan dan masa depan yang manusia satu ini maksud itu berbeda sangat jauh lho. Dia tuh minta diajarin Bahasa Inggris biar bisa ngedeketin si Selly, anak X IPA B itu. Kalian pikir aja mana mungkin si tukang molor mau belajar hal yang paling tidak ia sukai secara tiba-tiba kalau gak ada maksud tertentu."

"Dasar buaya darat! Kalau soal cewek kayaknya lo kagak pernah tobat," umpat Valetta yang merasa kecewa.

"Udahlah, Jer. Di depan mata udah ada yang pas buat lo tapi lo malah cari yang lain," ujar Darrel sambil menepuk-nepuk pundak Jeremy.

"Maksud lo Ica? Astaga, Ica mah udah gue anggap kayak saudara kandung gue sendiri. Jangan ngelawak deh lo." Jeremy pun tertawa terbahak-bahak.

Dari belakang Serena menarik rambut Jeremy. "Emangnya lo kira gue juga mau sama lo? Ogah gue sama buaya darat kayak lo."

Saat Jeremy akan membalas perkataan Serena tiba-tiba bel masuk berbunyi. Murid-murid yang lain pun keluar untuk berbaris begitu juga dengan Jeremy yang keluar sambil menggerutu. Setelah selesai berbaris mereka segera masuk ke kelas dan berdoa menurut keyakina masing-masing. Jam mulai menunjukkan pukul 07.00 dan pelajaran pun dimulai.

***

Kini Jeremy dan Serena berada di depan gerbang sebuah rumah yang terlihat mewah. Rumah itu adalah rumah milik Jeremy. Mereka berdua melangkah maju setelah gerbang rumahnya dibukakan oleh satpam rumahnya. ketika mereka baru saja melewati ambang pintu, Jeremy langsung berteriak kencang.

"MAMA...WER AR YU? PUTRAMU TERSAYANG YANG TAMPAN DAN RUPAWAN TELAH PULANG." Selain berteriak ia juga melepaskan blazer, sepatu, dan kaos kaki lalu membuangnya sembarang.

Serena yang melihat itu tidak punya pilihan lain selain harus memungut dan menaruh benda-benda itu pada tempatnya. Kemudian seorang wanita berumur 40-an tahun itu langsung turun dari lantai dua dan menyambut mereka berdua.

"Ica udah pulang? Mandi dulu sana, gih! Selesai mandi nanti langsung makan. Kebetulan banget tadi tante masakin makanan kesukaan kamu lho," ucap Cella, mama Jeremy, dengan lembut.

"Iya, tante. Maaf banget ya karena aku harus selalu ngerepotin tante gara-gara mama dan papa sibuk kerja, aku jadi harus numpang makan dan mandi di sini. Sampai-sampai tante harus siapin satu kamar khusus buat aku," ucap Serena yang merasa cukup bersalah.

Wanita itu langsung memeluk Serena dengan penuh kasih sayang. "Kamu jangan ngomong kayak begitu dong. Padahal selama ini kan tante udah anggap kamu kayak anak tante sendiri. Tante juga gak pernah merasa kalau kamu selalu merepotkan tante."

"Kok cuman Ica yang ditawarin makan sih, ma? Aku gak ditawarin?" tanya Jeremy yang sedikit kesal karena mamanya lebih perhatian pada Serena dibandingkan dirinya.

Cella melepaskan pelukannya dengan Serena lalu mencubit daun telinga Jeremy. "Kamu mah gak usah ditawarin. Tanpa ditawarim juga kamu tetap makan. Terus lain kali bisa gak simpan barang-barang kamu di tempatnya. Masa kamu nyuruh Ica buat beresin barang-barang kamu. Jadi anak cowok harus ada tanggung jawabnya dong!"

"Iya, ma," ucap Jeremy dengan nada pasrah. Ia pun mengambil blazernya yang ada di tangan Serena dan bergegas masuk ke kamarnya berbeda dengan Serena yang berjalan santai ke arah ruang makan untuk membantu Cella menyiapkan makanan. Beberapa menit kemudian Jeremy masuk ke ruang makan. Ia duduk tepat disebelah Serena.

"Jangan lupa sayurnya dimakan! Mama mau nyuci dulu." Cella berjalan pergi meninggalkan mereka berdua.

Melihat mamanya telah pergi menjauh dari sana, Jeremy langsung kembali memelas lagi pada Serena seperti saat di sekolah. "Nona Serena Odelia Marica, tolong ajari anak tampan ini Bahasa Inggris. Sebagai sesama manusia anda itu tidak boleh pelit lho."

Awalnya Serena yang tengah makan itu merasa tidak peduli dan tidak menganggapi rengekan Jeremy sama sekali. Tapi lama-kelamaan rengekannya itu benar-benar mengganggu ketenangannya. Merasa kesal Serena langsung memasukkan paha ayam goreng dengan paksa ke mulu Jeremy.

"Iya, bawel. Nanti bakal gue ajarin. Jadi bisa diam gak lo. Gue itu butuh ketenangan saat makan. Awas aja lo berisik lagi! Gue bakal langsung tarik semua ucapan gue barusan," ancam Serena yang sudah mulai naik darah.

Ancaman Serena hanya dibalas dengan tawa cengengesan dari Jeremy. "Makasih, Ca."

Serena sudah bersahabat dengan Jeremy selama sepuluh tahun lebih. Bisa dibilang ia sangat mengenal Jeremy lebih dari siapapun. Ia juga menyayangi Jeremy. Meskipun rasa sayang itu hanya sebatas saudara bagi dirinya. Bahkan jika ia diminta untuk memilih antara pacarnya atau Jeremy, ia pasti akan lebih memilih Jeremy.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status