Share

Feel Special
Feel Special
Author: Serena. J

Bantuan

Sinar matahari sudah mulai masuk melewati jendela yang ada di kelas. Di pojok kelas, seorang gadis mungil berambut panjang brunette yang diikat ekor kuda dengan memakai blazer krem berlambang sekolah SMA Shaenette, dasi pita biru motif kotak-kotak, serta rok selutut berwarna cokelat muda, sedang duduk di tempat duduknya sambil melihat langit biru yang indah dari jendela yang ada di dekat tempat duduknya.

Berbanding terbalik dengan Jeremy, laki-laki tampan yang memakai blazer krem yang sama dengan gadis mungil itu, dasi panjang biru, dan celana panjang berwarna cokelat muda. Kini Jeremy tengah berlutut di lantai sambil memegang tangan kanan gadis mungil itu.

"Ica, ajarin gue dong! Masa lo pelit banget sih jadi orang," rengek Jeremy.

"Gak! Gue gak mau!" tolak Serena dengan tegas.

"Kenapa sih? Padahal kan gue cuman minta diajarin Bahasa Inggris doang."

"Cuman ya? Sebenarnya ada tiga alasan kenapa gue gak mau ajarin lo. Pertama, lo itu orangnya susah buat diajarin. Kedua, basic lo di Bahasa Inggris aja udah kacau banget. Ketiga, tujuan lo buat belajar aja udah gak bener. Jadi mohon maaf gue enggak bisa ngajarin elo. Cari aja orang lain," balas Serena.

"Gak bener gimana? Tujuan gue belajar itu udah benar banget tahu."

"Apa? Emangnya apa tujuan lo buat belajar Bahasa Inggris? Biasanya kalau ada pelajaran Bahasa Inggris aja, lo langsung ngorok."

"Tujuan gue belajar Bahasa Inggris supaya bisa jadi cowok yang sesuai dengan kriteria cowok idamannya Selly."

"Selly? Pasti Selly anak kelas X IPA B kan?" Serena menatap Jeremy dengan tatapan sinisnya.

"Yoi! Selly yang cantik dan manis itu lho. Dia itu benar-benar berbeda dari cewek-cewek yang pernah gue pacarin. Pokoknya pas itu gue udah jatuh cinta pada pandangan pertama sama dia deh," jawab Jeremy sambil tersenyum.

"Jijik gue dengar lo ngomong kayak begitu. Dasar playboy kelas kakap!" ejek Serena.

Meskipun permintaannya sudah ditolak mentah-mentah oleh Serena, Jeremy tetap saja tidak menyerah untuk memohon padanya dengan wajah yang memelas. Serena hanya menatap wajah sahabatnya itu sambil mengingat-ingat saat MOS yang membuat Jeremy jatuh cinta untuk kesekian kalinya.

Seminggu yang lalu....

Tahun ajaran baru di SMA Shaenette telah dimulai. Sekitar jam enam pagi sekolah itu sudah dipenuhi oleh para siswa dan siswi yang masih memakai seragam SMP mereka, begitu juga dengan kakak kelas lainnya. Setelah bel sekolah berbunyi, semua siswa dan siswi baru itu langsung berlari terbirit-birit ke arah lapangan sekolah.

Para siswa dan siswi itu memakai kantong kresek sebagai topi di kepala mereka serta name tag yang terbuat dari kardus dan tali rafia yang dikalungkan di leher setiap peserta MOS. Mereka semua berbaris sesuai dengan kelompok yang telah ditentukan sebelumnya.

Panitia-panitia MOS yang berasal dari kelas XI mulai berdatangan ke lapangan. Mereka semua berjalan mengitari para peserta MOS untuk mengecek kelengkapan seragam dan barang bawaan para peserta. Hal itu berlangsung sekitar satu jam lebih.

Saat para panitia MOS akan membuka acara itu dengan pidato pembukaann, sepasang siswa yang mengenakan seragam SMA Shaenette sesgera berlari dengan kencang ke arah lapangan. Sepasang siswa itu adalah Serena Odelia Marica dan Jeremy Nathaniel Levine. Mereka berdua langsung menyelinap masuk ke dalam barisan para panitia MOS. Setelah melihat kedatangan mereka berdua, Darrel, siswa yang tadinya akan membaca pidato pembukaan bergegas berlari ke arah mereka berdua.

"Ser, lo telat banget datangnya. Gue kira lo absen hari ini," kata Darrel.

"Mana mungkin gue absen. Lagipula hari ini gue telat gara-gara si kutu kupret satu ini," jawab Serena yang terlihat emosi sambil menunjuk ke arah Jeremy.

"Kita berdua itu bisa telat karena jalanan macet banget tadi. Apalagi kan lo tahu sendiri kalau kita berdua berangkat ke sekolah pakai sepeda" ujar Jeremy dengan santai.

Tanpa pikir panjang Serena langsung menjambak rambut sahabatnya dengan keras. "Macet apaan? Gak usah bohong deh, Nath. Kita telat itu gara-gara lo begadang main game semalaman dan telat bangun. Udah gitu susah banget lagi buat dibangunin. Padahal dia udah tahu kalau hari ini kan hari pertama masuk sekolah."

Jeremy yang tidak mau kalah juga ikut menjambak rambut brunette gadis itu. Melihat keduanya asik berkelahi, Darrel yang juga dibantu oleh teman baiknya Serena, Valetta, segera memisahkan kedua orang itu sebelum menjadi tontonan semua peserta MOS yang ada di sana.

"Ser, udah cukup. Kasihan si Jeremy kalau lo jambak terus rambutnya," pinta Valetta sambil berusaha menarik kedua tangan Serena.

"Masa lo jambak rambut cewek sih, Jer," ucap Darrel yang tenagh menahan kedua tangan Jeremy.

Jeremy pun melepaskan jambakannya dan berkata," Lagipula dia yang duluan jambak rambut gue. Masa gue mau bela diri gak boleh."

Serena yang daritadi sudah berhenti menjambak rambut Jeremy hanya terdiam dan merapikan rambutnya yang kacau karena Jeremy barusan. Melihat situasinya sudah lebih tenang, Darrel pun menyerahkan dua lembar kertas kepada Serena dan Jeremy. "Silahkan kalian berdua maju ke sana buat bacain pidatonya. Ingat, baca yang benar!"

Mereka berdua pun maju ke depan lapangan untuk membacakan pidato yang telah disiapkan. Ketika berada di depan lapangan semua mata tertuju pada Serena. Semua peserta MOS terpesona melihat wajah cantik Serena yang terlihat seperti seorang bule dan suaranya yang lembut saat membacakan pidato.

Setelah selesai membacakan pidato itu, mereka langsung bberjalan pergi ke arah barisan para panitia MOS. Kemudian acara selanjutnya pun dimulai. Para panitia segera berkumpul dengan kelompok yang akan mereka bimbing nantinya, berbeda dengan Jeremy dan Serena yang hanya berdiri di pojok lapangan mengawasi berjalannya pelaksanaan kegiatan MOS tersebut.

"Ica, lo lihat deh cewek rambut pirang yang ada di sana," kata Jeremy sambil menunjuk ke arah seorang perempuan yang berada di kelompok Darrel.

"Emangnya cewek itu kenapa?" balas Serena.

"Cewek itu tipe gue banget," kata Jeremy tanpa melepas pandangannya pada perempuan itu.

"Terus kalau dia tipe lo kenapa? Gue harus bikin acara syukuran gitu," jawab Serena datar.

"Kagak begitu juga maksud gue. Maksud gue itu berarti gue harus PDKT sama dia terus nembak dia jadi pacar gue. Jadi, gue pergi dulu ya." Jeremy segera pergi menghampiri targetnya.

"Dasar buaya darat! Sekali lihat yang bening aja langsung dipepet," umpat Serena.

Tanpa mempedulikan umpatan dari sahabatnya, ia tetat berjalan santai ke arah targetnya.

"Halo, boleh kenalan gak?" Nama gue Jeremy Nathaniel Levine tapi lo bisa panggil gue Jeremy kok."

"Nama gue Selly. Lo yang tadi baca pidato di depan lapangan kan?"

"Yup. Kelihatannya lo lagi kebingungan. Ada yang bisa gue bantu?" tawar Jeremy.

"Ini gue dikasih tugas buat cari tanda tangan sama selfie bareng wakil ketua OSIS. Tapi gue kan gak tahu siapa wakil ketua OSISnya," ucap Selly sambil tersenyum pasrah.

Jeremy menoleh ke arah Serena karena perempuan itu adalah wakil Ketua OSIS. Sial enak banget sih Ica bisa selfie sama Selly. Ia kembali menatap Selly sambil berkata," Gue tahu siapa wakil ketua OSISnya. Tapi sebagai imbalan gue boleh minta nomor telepon lo dong."

"Kalau begitu mendingan gue yang cari sendiri aja," ujar Selly.

Jeremy pun berjalan kembali menghampiri Serena dengan wajah yang seperti benang kusut. Serena yang bisa menebak apa yang sudah terjadi pada dirinya hanya tertawa cekikikan. Melihat sahabatnya yang tertawa puas membuat Jeremy tambah kesal. Ia pun membekap mulut Serena dengan tangannya.

"Berisik lo!"

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status