Share

Bab 2. White Lie

Tubuh Fargo membatu melihat sosok wanita yang ada di hadapannya itu. Mata cokelat Fargo memancarkan jelas keterkejutannya. Sosok wanita yang telah lama tak dia lihat, kini ada di depan mata Fargo. Ya, Fargo dan sosok wanita di hadapannya, masih saling diam membisu, tak mengeluarkan sepatah kata pun.  

Tampak manik mata wanita biru wanita itu begitu memancarkan kerinduan pada Fargo. Ada hasrat keinginan dalam diri wanita itu, untuk menyentuh wajah Fargo, tapi mati-matian wanita itu mengendalikan diri, agar tak melewati batasan.

Saat mereka saling beradu pandang, Fargo lebih dulu berhasil menyadarkan diri. Fargo pun kini memberikan tatapan dingin dan tegas, serta terselimuti rasa khawatir. Terlebih pria itu melihat kaki wanita yang ditabraknya itu terluka cukup parah.

“Debora, kakimu terluka cukup parah.” Fargo berbicara dengan nada dingin.

“Ah, ini tidak apa-apa, Fargo. Hanya luka kecil,” jawab wanita bernama Debora dengan nada pelan.

“Itu bukan luka kecil. Kakimu mengeluarkan banyak darah. Kita ke rumah sakit sekarang.” Fargo langsung menggendong Debora gaya bridal, melangkah masuk ke dalam mobil. Debora nampak canggung berada digendongan Fargo, tetapi nampaknya wanita itu berusaha untuk tenang. Apalagi posisi gendong ini membuat keintiman di antara Debora dan Fargo.

***

“Aw—” Debora sedikit meringis di kala dokter sudah selesai menjahit luka di kakinya. Rasa sakit Debora bukan timbul dari jahitan, melainkan suntikan jarum bius. Perihnya masih terasa. Memang luka di kaki Debora cukup dalam, membuat dokter akhirnya harus menjahit luka di kaki wanita itu.

“Bagaimana keadaannya? Apa ada luka dalam di kakinya?” tanya Fargo seraya menatap sang dokter serius. Sedari tadi, Fargo ada di ruang tindakan. Fargo menemani Debora, di kala dokter tengah melakukan tindak operasi. Bagaimana pun, Debora adalah tanggung jawabnya. Kecerobohannya dalam mengemudikan mobil, membuat Debora sampai terluka.

“Tuan Jerald, dari hasil rontgen Nyonya Debora Tansy, menunjukan beliau tak mengalami luka dalam. Tulang beliau pun tak ada yang patah. Anda tidak usah khawatir, Tuan Jerald. Luka luar di kaki Nyonya Debora Tansy akan segera membaik. Pesan saya untuk Nona Debora Tansy, tolong habiskan obat yang telah saya resepkan,” jawab sang dokter sopan.

Fargo menganggukan kepalanya. “Thanks.”

“Terima kasih banyak, Dokter,” jawab Debora hangat.

“Sama-sama. Kalau begitu saya permisi, Tuan, Nyonya.” Dokter itu segera pamit undur diri, bersama dengan perawat.

Fargo dan Debora saling melemparkan pandangan, di kala sang dokter sudah pergi. Detik selanjutnya, Fargo mendekat, menatap Debora dengan tatapan lekat dan tegas. Terlihat Debora sedikit takut dan salah tingkah saat Fargo menatapnya.

“F-Fargo, m-maafkan aku karena sudah menyusahkanmu,” ucap Debora dengan suara pelan. Nada bicara Debora tersirat penuh rasa bersalah.

“Kenapa kau bisa ada di sini, Debora?” tanyaa Fargo dingin.

Debora menggigit bibir bawahnya. “A-aku kebetulan sedang berlibur, Fargo. Maaf, tadi aku menyeberang tidak melihat jalan.”

Fargo terdiam sebentar. Sorot mata Fargo, menunjukan jutaan arti terdalam. “Lain kali berhati-hatilah. Lukamu tidak terlalu parah, karena aku mampu rem mendadak. Kalau sampai aku tidak menginjak rem, kau bisa saja terpental dan luka jauh lebih parah lagi.”

Debora mengangguk. “Iya, Fargo. Sekali lagi, maafkan kecerobohanku. Aku berjanji akan jauh lebih berhati-hati lagi.”

“Aku harus pergi. Ada urusan penting yang harus aku kerjakan. Aku akan menghubungi orangku untuk mengantarkanmu pulang,” jawab Fargo datar.

“Fargo, tunggu.” Debora menahan lengan Fargo, tak membiarkan Fargo pergi.

“Ada apa, Debora?” Fargo menatap dingin Debora.

“K-kita harus bicara sebentar tentang masa lalu kita. Dulu—”

“Debora, apa yang terjadi di antara kita sudah berlalu. Itu sudah sangat lama. Aku tidak mau membahas apa pun yang telah berakhir.” Fargo memotong ucapan Debora, dengan nada tegas.

Mata Debora berkaca-kaca, menatap pilu Fargo. “Apa kau sudah tidak sama sekali memikirkan tentangku, Fargo?” tanyanya lirih.

“Aku sudah menikah. Berhenti berbicara omong kosong denganku.” Fargo memejamkan mata singkat, meredam emosinya. “Aku harus pergi sekarang. Banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan. Aku tidak bisa berlama-lama di sini. Orangku akan datang ke sini, untuk mengantarmu pulang, dan mengurus administrasi rumah sakit.”

Tanpa lagi berkata, Fargo melangkah pergi meninggalkan Debora. Tampak bulir air mata Debora, menetes jatuh membasahi pipinya. Air mata yang menunjukan kepiluan wanita itu. Raut wajah Debora pilu. Debora tak menyangka akan kembali melihat Fargo. Hal yang paling menyakitkan adalah, Fargo mengatakan sudah menikah. Sebuah kata yang begitu menusuk di hati Debora.

“Andai kau tahu tentang segalanya, Fargo. Apa yang terjadi di masa lalu, hanyalah salah paham,” isak Debora dengan penuh luka.

***

Malam kian larut. Langit gelap nampak mendung. Tak ada bulan dan bintang, sebagai penghias di langit yang indah itu. Carol berdiri di kamar, melihat cuaca dari balik jendela. Waktu menunjukan pukul dua belas malam, tapi Fargo tak kunjung pulang. Carol ingin menghubungi nomor Fargo, tetapi Carol takut mengganggu sang suami. Mungkin saja saat ini suami tercintanya itu tengah sibuk, dengan masalah yang datang.

Kebakaran di gudang penyimpanan barang, meninggalkan banyak luka mendalam. Apalagi Carol mendengar banyak korban jiwa yang berjatuhan. Tentu keluarga yang ditinggalkan sangat terpukul. Carol tak bisa membayangkan, betapa terlukanya para keluarga yang ditinggalkan orang yang terkasih.

Ceklek!

Pintu kamar terbuka. Refleks, Carol mengalihkan pandangannya, ke arah pintu. Seketika, senyum di wajah Carol terlukis melihat Fargo masuk ke dalam kamar.  

“Sayang, akhirnya kau pulang.” Carol lansung memeluk sang suami.

“Maaf, aku lama. Tadi saat di perjalanan menuju gudang penyimpanan barang, aku menabrak seorang wanita,” ucap Fargo yang sontak membuat Carol terkejut.

“Kau menabrak seorang wanita? Apa kau mengalami luka? Lalu bagaimana keadaan wanita itu?” Carol memegang kedua bahu sang suami, memastikan bahwa sang suami tercinta tak mengalami luka.

“Aku baik-baik saja. Wanita yang aku tabrak terluka sedikit parah, sampai harus dijahit. Tapi dokter mengatakan dari hasil rontgen, tidak ada luka dalam yang diderita wanita itu. Tenanglah. Aku sudah bertanggung jawab atas kesalahan yang aku perbuat,” jawab Fargo seraya membelai pipi Carol.

Carol mendesah lega. “Sayang, hati-hati. Kan aku sudah bilang, jangan mengebut kalau menyetir mobil. Untung wanita yang kau tabrak tidak mengalami luka parah. Kalau sampai mengalami luka parah, bagaimana? Aku dan Arabella selalu membutuhanmu. Kami tidak mau sampai terjadi hal buruk padamu.”

“Maaf membuatmu cemas.” Fargo menangkup kedua pipi Carol, mengecup bibir sang istri.

Carol tersenyum. “Siapa nama wanita yang kau tabrak itu? Apa kau mengingatnya, Sayang?”

“Tidak, aku tidak mengingatnya. Tadi aku tidak sempat menanyakan namanya. Aku hanya langsung membawanya ke rumah sakit,” jawab Fargo berdusta. Fargo memilih tak menyebut nama Debora Tansy di depan Carol. Sekalipun, Carol tak mengenal, tapi Fargo lebih memilih untuk tak memberitahu sang istri. Ada alasan sendiri kenapa sampai Fargo, tak mau bercerita.

Carol mengangguk. “Yasudah, yang paling penting wanita itu baik-baik saja. Lalu bagaimana dengan gudang penyimpanan barang? Apa kau sudah tahu penyebab sampai terjadi kebakaran?”

“Kemungkinan penyebab terjadi kebakaran di gudang penyimpanan barang adalah korsleting listrik. Saat ini orangku masih menyelidiki. Aku pun sudah meminta Gene mengurus asuransi karyawan yang luka dan meninggal. Serta uang santunan untuk para karyawan,” jawab Fargo seraya mengecup bibir Carol. “Bagaimana keadaan putri kita? Apa tadi dia rewel?” tanyanya. Fargo selalu mencemaskan putri kecilnya itu.

“Arabella masih tidur, Sayang. Dia anak yang pintar. Dia tidak rewel.” Carol memeluk suami tercintanya itu.

“Ya, dia memang anak yang pintar.” Fargo membalas pelukan Carol, dan mengecup puncak kepala istrinya itu.

‘Maaf, aku sudah berbohong padamu, Carol,’ batin Fargo dengan raut wajah sedikit bersalah, karena telah berbohong pada sang istri.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status