Share

Chapter 3

Cepat-cepat aku pergi ke lantai bawah, terlihat orangtuaku sudah pulang tapi mereka terlihat sangat sedih bahkan Ibu pun menangis.

“Ada apa ini?” tanyaku penasaran.

Ibu tetap menangis lalu Ayah menoleh kepadaku, “Proyek baru yang perusahaan jalankan sedang buruk, lalu toko ibumu dihancurkan oleh seseorang yang tidak dikenal.”

Ayah terdengar sangat lemas ketika menceritakan ini, aku mempunyai firasat buruk tentang masalah ini, banyak orang yang sudah aku bongkar kejahatannya selama aku menjadi Jurnalis.

Aku berpikir bahwa ketika mereka mendengar kabar tentang diblokirnya aku dari dunia perjurnalisan mereka mulai menyerangku seperti ini, hingga orangtuaku pun menjadi sasaran mereka.

Keluarga kami memiliki lumayan banyak usaha, ibuku memiliki toko kue di ibukota, lalu Ayah mewarisi perusahaan Kakek.

Aku tidak menyangka mereka akan melakukan ini terhadapku, beraninya mereka menyerangku disaat aku terpuruk seperti ini, aku tidak terima orangtuaku terkena getah nya seperti ini.

“Apakah ada sesuatu yang terjadi di tempat kerjamu Hansel?” tanya Ayah kepadaku

Mengapa Ayah menanyakan hal ini padaku, “Kenapa memangnya Ayah?”

“Para investor itu memberi tau Ayah bahwa ini adalah balasan untukmu, Ayah awalnya bingung, ada apa dengan mu sebenarnya?”

'sialan' umpatku dalam hati.

“Sebenarnya ada masalah dari artikel yang baru aku terbitkan, yaa sebenarnya semua artikelku sangat sensitif,” ujarku  sambil meringis karena membuat masalah ini.

“Hmm... Pantas saja, ternyata karena ini, sudah Ayah bilang bekerjalah dengan hati-hati, lihat lah sekarang perusahaan kita terancam bankrut,” balas Ayah.

Terlihat Ayah sangat pusing memikirkan masalah ini, Ibu pun sangat sedih mendengar ceritaku.

“Sudah lah sayang, pasti ada jalan keluar dari masalah ini,” Ibu mencoba menenangkan ayah walau terlihat Ibu juga sedih.

“Ayah... Ibu... Maafkan aku.”

“Tidak apa-apa Hansel, kita pasti bisa melewati masalah ini, jadi sekarang bagaimana pekerjaanmu?” Ibu bertanya kepadaku.

“Hnggg... Itu aku dipecat dari pekerjaan,” dengan suara kecil aku berbicara.

Aku tidak mendengar jawaban dari mereka, Ayah dan Ibu hanya menghela nafas dengan berat mengetahui bahwa aku dipecat.

“Tidurlah sudah malam, lebih baik beristirahat besok kita bicarakan ini lagi,” jelas Ayah sambil pergi ke kamar bersama Ibu.

Aku hanya bisa duduk terdiam di atas sofa, bagaimana masalah bisa sampai seperti ini.

Bagaimana aku menyelesaikan masalah ini, pikiranku buntu tidak ada satu solusi pun yang terlintas di kepalaku, bagaimana ini aku sudah membawa keluarga ke dalam masalah pribadiku.

Huft...

Menghela nafas itulah yang hanya bisa ku lakukan saat ini, aku memutuskan untuk kembali ke kamar untuk istirahat.

Sudah ku tidurkan badanku ini di atas kasur tapi mataku tidak mau terpejam, seolah-olah menyuruhku untuk memikirkan solusi.

Ingin marah karena tidak bisa tidur, bagaimana aku bisa memikirkan solusi jika kepalaku sakit dan butuh istirahat setelah melalui hari yang panjang ini.

Sudah bosan aku menghela nafas terus menerus dari tadi, okee mata kau ingin terbuka kan aku kabulkan kalau begitu.

Tidak jadi tidur, sekang aku menatapi atap kamarku, ternyata lama kelamaan aku merasa kantuk datang hingga akhirnya aku bisa tertidur dengan sendirinya.

Pagi telah tiba, bunyi lalu lalang kendaraan membangunkan aku, biasanya aku akan bergegas untuk pergi bekerja sekarang setelah menjadi pengangguran aku tidak tau akan melakukan apa.

Ku putuskan untuk membersihkan diri supaya badanku segar dan segera mencari pekerjaan lain untuk menghasilkan uang.

Aku turun ke lantai bawah untuk makan, ternyata orangtuaku sudah tidak ada lagi, kemana mereka sudah pergi saja pagi-pagi begini.

Untungnya Ibu sudah menyiapkan sarapan untuk ku, ternyata ibu meninggalkan note untuk ku, tertulis 'Jaga rumah baik-baik, Ibu dan Ayah pergi untuk mengurus perusahaan.’

Setelah membaca note itu aku merasa tidak enak kepada orangtuaku, aku tidak bisa membantu apa-apa untuk perusahaan padahal aku yang menyebabkan ini semua.

Mencari pekerjaan adalah tujuanku saat ini, tidak mungkin aku hanya mengandalkan orangtuaku untuk kehidupan aku apalagi sekarang keluarga kami pun menerima imbasnya, semoga saja tidak akan ada apa-apa pada perusahaan kami.

Di Metro kau tidak perlu berkeliling kota untuk melihat perusahaan mana yang sedang mencari tenaga kerja, cukup menjelajahi online kau bisa melamar untuk pekerjaan yang kah ingin kan.

Setelah menemukan lowongan yang cocok untukku, segera aku mendaftarkan diri tetapi hal yang tidak terduga muncul.

Aku lupa bahwa aku sudah diblokir oleh tuan Jasper, namaku tidak bisa lagi di daftarkan.

Ku coba dengan lowongan yang lain, tanda bahwa namaku tidak bisa di gunakan muncul lagi.

Tidak mau menyerah akhirnya semua lowongan yang tersedia aku coba dan yaa tidak ada yang bisa aku masuki, namaku benar benar tidak bisa di gunakan lagi.

Bagaimana ini...

Bagaimana aku mendapatkan pekerjaan jika namaku sudah tidak bisa di pakai seperti ini.

Haruskah aku menanyakan masalah ini dengan temanku, tapi bagaimana mungkin aku menghubungi mereka sekarang, sangat memalukan jika aku menghubungi mereka.

Hubungi tidak, hubungi tidak, sambil mondar mandir aku memikirkan haruskah aku menghubungi mereka.

Sepertinya tidak, aku akan mencari solusi melalui media online saja lebih praktis.

Okee, sekarang aku harus mengumpulkan data tentang bagaimana cara mencari pekerjaan tanpa nama.

Berjam-jam mengumpulkan data akhirnya aku menemukan sebuah post yang mengatakan bahwa pekerjaan paruh waktu tidak perlu menggunakan nama, kau hanya perlu mendatangi pemilik untuk melamar sebagai pekerja paruh waktu.

Frustrasi bagaimana mungkin aku Hansel bekerja sebagai pekerja paruh waktu, tidak pasti ada cara lain untuk mendapatkan pekerjaan baru.

Haruskah aku meminta Ibu untuk bekerja di toko kue nya yaa?

Aihh tidak bisa seperti itu, aku akan meminta Ibu bila aku tidak ada pilihan lain.

Untuk sekarang aku harus mencari lebih banyak informasi. Sepanjang sore itu aku sibuk mencari dan mengumpulkan informasi.

Ternyata waktu berlalu dengan cepat, kedua orangtua ku sudah pulang, aku bergegas untuk menghampiri mereka.

Khawatir dengan keadaan perusahaan kami, aku buru-buru mendatangi mereka.

“Ayah bagaimana keadaan perusahaan?”

Ayah terlihat tertunduk lesu di atas sofa, “Sangat buruk, para investor menarik semua investasi mereka dari perusahaan.”

“Bagaimana mungkin mereka bisa melakukan itu,” jawabku tak kalah frustasi.

“Karena kita kekurangan dana untuk melanjutkan proyek yang baru di mulai, perusahaan kita akan bankrut,” jelas Ayah tidak bersemangat.

Ibu mencoba menyemangati ayah dengan memeluknya, lalu beranjak pergi ke dapur.

Lalu Ayah melanjutkan, “Dan juga karena hal itu perusahaan kita harus membayar hutang-hutang perusahaan.”

Perusahaan kami bankrut, aku tidak bisa menemukan pekerjaan, dan juga kami sekarang memiliki hutang, kesialan macam apa ini mengapa datang beruntun seperti air terjun.

Apakah ini yang di namakan karma, karma yang harus aku hadapi karena menjadi seorang yang selalu melanggar privasi seseorang.

Tapi merekalah yang bersalah, mengapa aku yang harus menanggung ini semua. Mengapa harus aku?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status