Share

Chapter 2

Pagi ini aku terbangun dengan sebuah berita yang bisa dibilang sesuai dugaan, karena artikel yang aku terbitkan kemarin menjadi perbincangan seantero ibukota  Metro.

Kepala direksi langsung menyuruhku untuk datang ke tempat kerja secepat mungkin. Setelah selesai bersiap-siap aku langsung bergegas pergi ke kantor.

Perusahaan kami terbilang salah satu yang sangat terkenal, memiliki gedung bertingkat tinggi dan bergensi di kawasan inti Metro.

Metro adalah ibukota dengan tingkat teknologi yang sangat maju, sudah banyak pekerjaan manusia yang digantikan oleh para robot yang diciptakan oleh ilmuan hebat yang dimiliki Metro.

Dengan keadaan demikian angka kejahatan sangat tinggi di sini, karena banyak orang tidak memiliki pekerjaan digantikan oleh robot.

Atas hal ini juga lah kenapa aku ingin mengusut kasus ini, para petinggi itu tidak memikirkan keadaan menderita para mayoritas penduduk saat ini.

Apalagi ketika para ilmuan yang disetujui oleh pemerintah menciptakan  Energizer Food itu semakin membuat masyarakat kesusahan, karena mereka ingin mendistribusikan makanan itu dengan harga yang sangat tinggi.

Sesampainya aku di kantor, terlihat kekacauan yang sangat parah. Kulihat ketua direksi yang sangat kusut lalu aku menghampirinya.

“Ketua apa yang terjadi di sini?”

“Wahh... Lihat ini sang pembuat onar telah datang.” Seseorang dari balik kursi  yang ada di sebelah kami muncul sambil bertepuk tangan.

Sedikit terkejut karena aku tidak terlalu memperhatikan dia, aku terlalu fokus melihat ketua direksi.

Ternyata seseorang itu adalah Jasper Cyrilo, Ketua Dewan perdagangan di pemerintahan.

Yaa, dialah dalang dari kasus yang kuangkat, tak ku sangka dia sendiri yang akan muncul di sini, sungguh sebuah kebetulan.

“Ternyata berani juga kau datang sendiri ke sini, siap untuk menyerahkan dirimu tuan?” tanyaku tanpa gentar

“Sungguh sangat percaya diri kau menyuruhku untuk menyerahkan diri,” jawab Jasper dengan santai.

“Semua orang sudah tau tentang kebusukanmu, hanya menunggu waktu sampai kau di tangkap tuan Jasper,” ujarku percaya diri, sedikit aneh melihat dia sangat santai.

“Apakah benar begitu tuan Hansel yang hebat, kulihat sepertinya artikelmu sudah hilang tanpa bekas,” sahutnya dengan nada mengejek kepadaku.

Hah bagaimana mungkin artikelku bisa hilang dalam semalam seperti ini, karena bingung aku menoleh kepada ketua direksi.

“Ketua itu tidak benar bukan?” tanyaku untuk memastikan

“Sayangnya itu benar Hansel, itulah kenapa aku memanggilmu untuk segera kemari,” jelasnya padaku.

Sial kenapa jadinya malah seperti ini, tidak percaya begitu saja aku dengan cepat memeriksa website perusahaan kami untuk memeriksanya langsung.

Setelah di cek langsung aku mendapati bahwa benar artikel itu hilang tak berjejak. Jasper sialan beraninya dia melakukan hal licik seperti ini.

“Sialan kau Jasper, beraninya melakukan hal seperti ini,” aku menunjuknya dengan marah.

“Aku sudah memperingatkanmu untuk tidak menggangguku, kau pikir dengan cara anak-anak seperti ini bisa menjatuhkanku, sangat naif jika kau berpikiran seperti itu,” tukasnya sambil memandang tajam ke arahku.

“Karena aku kesal dengan semua leluconmu ini, mulai dari sekarang kau akan ku blokir dari segala aktivitasmu sebagai seorang Jurnalis,” lanjutnya.

“Tidak kau tidak bisa melakukan ini kepadaku,” tidak percaya bahwa ia akan melakukan sampai sejauh ini.

“Tentu aku bisa, kau pikir siapa aku hingga tak bisa membuangmu dari sini.”

Jasper berdiri dari kursi lalu berjalan pelan menghampiriku, “Kau yang hancur Hansel, kau tidak akan pernah bisa kembali menjadi seorang Jurnalis, sudah ku bilang untuk mengurusi urusanmu sendiri,” aku terbungkam ketika ia berbicara seperti itu kepadaku.

Tak ku sangka akan jadi seperti ini, tidak hanya aku dikeluarkan dari pekerjaanku, tapi lebih parahnya aku diblokir.

Karena sistem yang sangat maju di Metro, ketika siapa pun itu diblokir oleh pusat maka ia tidak akan bisa lagi menggunakan identitasnya untuk bekerja dibidang yang mereka geluti.

Tamat sudah riwayat ku sabagai Jurnalis, aku benar-benar terpaku mendapati informasi ini, bagaimana mungkin aku tidak bisa lagi menjadi seorang Jurnalis.

Ketua direksi menghampiriku, “Sudahku bilang Hansel, kau akan menyesal dengan ini.”

Ia menepuk pundak ku sebagai rasa simpati dan melanjutkan, “Aku tidak bisa membantumu, semua tentangmu sudah  diblokir oleh tuan Jasper, dengan berat hati aku memberhentikanmu dari perusahaan.”

“Terimakasih ketua, maafkan aku atas semua kekacauan ini,” jawabku tanpa semangat dan kulihat ketua mamandangiku dengan sedih.

Aku pergi ke mejaku dan membereskannya, ku kemas semua peralatanku dan segera pergi dari sana.

Saat aku ingin meninggalkan kantor Stella mendatangiku, “Senior maafkan aku tidak bisa membantumu disaat seperti ini.”

“Bukan salahmu Stella, maaf juga telah membuatmu kerepotan,” ucapku singkat dan langsung pergi meninggalkannya.

Ketika aku pergi pun hanya Stella yang menghampiri, karyawan yang lain menatapku dengan tatapan mencemooh, yaa tidak ada yang menyukaiku di sini, karena terlalu sering mengusut hal yang sensitif mereka tidak ingin dekat denganku, dan tentu saja aku juga tidak peduli dengan mereka.

Tak ada yang bisa membantuku sekarang, teman pun tidak ada yang datang untuk membantu.

Aku tidak langsung pulang kerumah, setelah semua ini terjadi bagaimana mungkin aku bisa langsung kembali ke rumah.

Aku melajukan mobilku dengan cepat, tak tau kemana tujuanku, aku hanya melajukan mobil ini sekencang mungkin mengikuti arah angin yang ingin menuntunku.

Setelah berjam-jam perjalanan aku mendapati sampai ke pinggiran kota. Waktu telah menunjukkan sore hari, awan senja telah datang.

Kutatapi langit dengan pandangan kosong, sembari memikirkan apakah aku menyesal telah melakukan ini?

Aku bertanya-tanya, kenapa bisa seperti ini aku telah melakukan semua hal yang bisa aku lakukan, kenapa orang jahat sepertinya bisa lolos dari semua kejahatannya.

Apakah sesungguhnya aku yang jahat?

Tujuanku hanya untuk mengungkap kejahatan para bajingan itu, kenapa bukan mereka malah aku yang hancur seperti ini.

Apa aku salah dengan melakukan hal ini?

Hah... Tak ada gunanya memikirkan hal bodoh seperti ini, aku harus melakukan sesuatu untuk memperbaiki semua ini.

Yoshhh, semangat Hansel pasti ada jalan keluar dari semua masalah ini.

Walaupun aku belum tau bagaimana menyelesaikan masalah ini tapi aku yakin pasti akan ada jalan untuk menyelesaikannya, untuk sekarang aku akan pulang untuk memikirkan jalannya.

Kuputar balik mobilku kembali ke rumah, sepertinya dengan istirahat sebentar dan menjernihkan pikiran bisa membantuku untuk memikirkan solusi dari masalah ini.

Sesampainya aku ke rumah, ternyata tidak ada siapa-siapa ku kira Ayah dan Ibu sudah pulang dari toko kami.

Aku berjalan ke arah dapur untuk menemukan makanan, ternyata tidak ada makanan.

Kecewa karena tidak ada makanan apapun di dapur aku melangkahkan kakiku ke kamar untuk mandi, membersihkan diri sekaligus untuk menenangkan pikirkan sejenak.

Setelah selesai mandi dan berpakaian dengan lengkap, aku mendengar suara tangisan di lantai bawah.

Terkejut karena ternyata ibuku yang menangis, kenapa ini?

Apa yang terjadi dengan orangtuaku?

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status