Share

Pertemuan dengan Reza

Mas Dimas sungguh tidak bisa mengendalikan emosinya. Dia tak perduli semua orang menatapnya di warung SGPC ini.

Mas Dimas ngajak ketemuan dengan Mas Reza setelah Dzuhur. Ya sudahlah sekalian aku bisa memgembalikan cincin dan maharnya. Biar aku nggak ada urusan lagi dengan lelaki itu.

"Ris, sekarang masih jam setengah sebelas. Kita ke Masjid Kampus aja ya, sekalian nunggu waktu dzuhur kita bisa sholat dhuha dan istirahat di sana. Nanti mas juga mau browsing info kos-kosan di aplikasi online," ucap Mas Dimas setelah menghabiskan sepiring sego pecelnya.

Aku hanya mengangguk tanda menyetujui idenya.

"Buruan dihabiskan makannya Ris," desak Mas Dimas yang melihat aku makan dengan lambat. Aku sebetulnya memang tidak selera untuk makan. Tapi aku juga harus memperhatikan kesehatanku, karena aku harus kuat menjalani hidupku yang baru di kota ini.

"Ya udah yuk Mas, aku udah kenyang," ajakku untuk segera meninggalkan warung ini meski masih tersisa separuh nasi di piringku.

Kamipun beranjak meninggalkan warung ini setelah Mas Dimas membayar makanan kami di meja kasir.

Mobil kami kembali menyusuri jalanan kampus, melewati beberapa fakultas, taman dan rawa kecil yang di sampingnya terhampar lembah hingga akhirnya kami tiba di parkiran Masjid Kampus UGM.

"Kita sudah sampai Ris. Kita langsung masuk ke Masjid ya. Kita tunggu aja sampai waktu Dzuhur tiba," saran Mas Dimas.

"Iya Mas," jawabku singkat. Gegas kami membuka pintu mobil dan menginjakkan kaki di parkiran Masjid.

Area parkir di Masjid ini lumayan luas, terletak di halaman yang kontur tanahnya lebih rendah dari Masjid. Di sekelilingnya ditanami pohon ketapang berdaun lebar dengan dahannya yang panjang menjulur ke samping sehingga menaungi mobil-mobil yang parkir di bawahnya. Untuk mencapai ke Masjid kita harus melewati banyak anak tangga.

Setelah mengambil wudhu, aku memasuki masjid di area khusus wanita. Aku sempatkan untuk sholat Tahiyatul Masjid dan sholat Dhuha sebanyak 4 raka'at. Setelah sholat, kutumpahkan segala keluh kesah dan masalahku kepada Allah. Suasana di dalam masjid yang agak sepi membuat aku dengan nyaman bermunajad pada-Nya.

Kutengadahkan kedua tanganku, "yaa Rob, hamba telah ikhlas menerima semua takdir ini, hamba ikhlas jika suami hamba meninggalkan hamba di hari pertama pernikahan kami, dengan sebab ini, maka ijinkan hamba untuk memohon kepada-Mu ya Rob ... tolong kuatkan hamba, berikanlah hamba kebahagiaan yang lainnya, berikanlah hamba nanti pengganti pasangan hidup yang betul-betul mencintai hamba dengan tulus karena Engkau semata. Tolong kuatkan kedua orang tua hamba, terutama bapak hamba dalam menerima kenyataan yang menimpa putri semata wayangnya ini ya Allah ... ya Mujiib ...." bisikku lirih dalam doa-doa yang kupanjatkan. Tak terasa bulir-bulir bening terus jatuh membasahi kedua pipiku.

Aku merasakan ketenangan yang luar biasa setelah menumpahkan segalanya kepada Allah, di Rumahnya yang Agung dengan suasananya yang menyejukkan hati. Lega rasanya hatiku, seperti mendapatkan kekuatanku kembali untuk terus melanjutkan kehidupanku. Semangat Riris, kamu pasti bisa melewati semua ujian hidupmu.

Setelah puas berdoa, kuambil Al Qur'an yang berada di dalam rak yang terletak di sudut Masjid. Sebaiknya aku habiskan waktu untuk membaca Al Qur'an sampai waktu Dzuhur tiba, agar hatiku semakin tenang dan damai.

***

Kami telah selesai sholat Dzuhur berjama'ah. Mas Dimas yang berada area Masjid bagian pria mengirimkan pesan WA padaku.

[Ris, sebentar lagi Reza datang. Kamu turun ke area parkir ya, kita tunggu saja dia di sana.]

[Ok Mas]

Kulipat mukena yang telah kulepaskan. Dan bergegas keluar dari Masjid, menuruni puluhan anak tangga menuju area parkir mobil. Ternyata Mas Dimas tengah duduk di anak tangga paling bawah menghadap ke mobil-mobil yang tengah di parkir. Aku menyusulnya ke tempat dia duduk.

"Mas .... " panggilku setelah berdiri mensejajarinya.

"Eh Ris, kita tunggu di sini aja ya. Oya aku dah browsing kos-kosan Ris. Ada beberapa pilihan, nanti kita survey ke sana ya setelah menemui Reza."

"Iya Mas, alhamdulillah kalau gitu, semoga nanti dapat kos yang cocok. Oya Mas, aku mohon nanti bersikap tenang aja di depan Mas Reza. Jangan emosi, jangan sampai ada keributan ya Mas. Nggak enak ini kan masih dalam lingkungan Masjid," pintaku dengan wajah memelas.

"Wah gimana ya Ris, tanganku ini sudah gatel banget pingin nonjok mukanya yang sok kegantengan itu!" Mas Dimas mengepalkan tangan kanannya dan mengayunkannya ke depan dada.

"Ndak usah balas perbuatannya dengan cara kayak gitu Mas, sayangi tanganmu jangan sampe tersentuh kulitnya. Biarlah semuanya Allah yang mbales Mas," bujukku kembali.

Sebuah mobil minibus berwarna hitam memasuki area parkir. Itu seperti mobilnya Mas Reza. Dan benar saja tak lama keluar sosok pria yang telah jadi mantan suamiku itu dari mobil hitam tersebut. Lalu berjalan mendekat ke arah kami yang telah berdiri tetap di posisi semula.

Dia memakai sepatu kets berwarna putih. Celana panjang chino berwarna coklat tua yang dipadukan dengan t'shirt berwarna putih yang dikenakannya, membuat Mas Reza nampak modis. Sayang penampilannya yang selalu keren ini tapi tidak sesuai dengan hati dan sifatnya. Aku jadi illfeel melihatnya. Beruntung aku sudah berpisah darinya sejak dini, jika tidak mungkin hatiku akan sering terluka olehnya nanti.

"Assalaamu'alaikum," sapanya.

"Wa'alaikumussalam," jawab kami serempak.

"Riris ... ternyata Kamu ada di sini," ucap Mas Reza yang nampak terkejut melihat aku sudah ada di Jogja bersama Mas Dimas.

"Heh Reza, kamu tuh nggak punya otak yah! Tega banget Kamu memperlakukan adek sepupuku seperti ini. Kamu tuh nggak liat aku sebagai sahabatmu sejak di pondok dulu Za. Kamu betul-betul bikin aku kecewa!" Mas Dimas langsung nyerocos.

"Dimas, justru aku yang udah kecewa banget sama Kamu. Gara-gara kamu aku terpaksa melakukan ini!"

"Apa Kamu bilang? Bisanya Kamu malah menyalahkan aku hah!!" Mas Dimas mulai emosi, wajahnya nampak memerah dan menegang.

"Ya, segitu banyak referensi para ustadzah teman-temannya Riris di pondok yang cantik dan anggun, kenapa kamu cuma kasih aku satu pilihan padaku?"

Deg, ucapan Mas Reza sangat melukai perasaanku. Segitu jeleknya kah aku sehingga Mas Reza tega mencampakkan aku?

"Dasar b*jingan Kamu Za!! Cuma dari fisik ajakah Kamu menilai wanita? Sungguh picik sekali pikiranmu!!" pekik Mas Dimas dengan tangan yang sudah mengepal.

"Kamu tau Za, kalau bukan karena permintaan Riris, saat ini Kamu pasti sudah habis aku hajarr!!"

"Hajar saja kalau Kamu mau Dim, aku nggak takut, biar kita puaskan semua kekesalan kita!"

"Sudah ... sudah ... tolong kalian jangan bertengkar di sini. Ini di Masjid!" teriakku mencoba menengahi.

"Mas Reza, terima kasih atas talaknya. Aku bersyukur bisa berpisah darimu sejak awal menikah, aku akan kembalikan semua mahar yang Kamu minta, kebetulan aku bawa dan ada di mobil, nanti aku ambil."

Tiba-tiba gawaiku berdering, kubuka swing bag-ku dan segera kukeluarkan benda pipih itu. Telepon dari ibu? Ada apa ibu meneleponku? Gegas kuterima telepon dari ibu.

"Halo Assalaamu'alaikum Bu." 

"Wa'alaikumussalam, Nduk ... cepat pulang! Bapak kena serangan jantung, ini kita lagi perjalanan ke rumah sakit!" teriak ibu dari seberang sana.

"A-apa Bu? Bapak kena serangan jantung? I-iya Bu, Riris segera pulang ke Solo." Aku terhuyung lemas. Sungguh berita ini sangat mengagetkanku.

"Ris, kenapa dengan paklek?" tanya Mas Dimas cemas.

"Mas ayo kita segera balik ke Solo Mas, bapak kena serangan jantung, huhuhuu .... !" tangisku pecah.

"Astaghfirullah, ayoo Ris kita segera pulang!" Mas Dimas dan aku segera berlari menuju mobil. Kutinggalkan saja Mas Reza yang sedang nampak kebingungan itu. Aku tidak perduli dengannya. Saat ini keadaan bapaklah yang paling kukhawatirkan.

Jantungku terus berdebar kencang selama perjalanan menuju Solo. Aku sungguh merasa takut. Ya Robb ... tolong selamatkan bapak hamba, kuatkanlah dan sembuhkanlah bapak, aku terus berdoa dalam hati. Mas Dimas melajukan mobilnya dengan kencang.

Hatiku bertanya-tanya, kenapa bapak tiba-tiba kena serangan jantung ya? Apakah bapak dan ibu sudah tahu tentang hal besar yang menimpaku ini? Tapi dari siapa?

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Norriza Othman Iza
kok sampai 3 episod ini sama...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status