Share

Reza dan Ibunya

Melihat dokter dan Dimas keluar dari ruang ICU dan berjalan mendekati kursi tempat Riris dan ibunya duduk, mereka berdua segera beranjak dari duduknya. Dengan wajah cemas Riris langsung bertanya kepada dokter tersebut.

"Dok, gimana kondisi bapak saya Dok?"

"Ada kabar gembira, baru saja Pak Rohman telah sadar. Jika sampai besok kondisinya tetap stabil, maka bisa dipindahkan ke ruang perawatan biasa. Namun pesan saya sebaiknya pasien dijaga suasana hatinya, hindari hal-hal yang bisa memicu stress agar penyembuhannya bisa berjalan cepat," jelas dokter.

Serempak Riris dan ibunya mengucap syukur, "Alhamdulillaah .... "

Riris mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya, kemudian tersungging seulas senyum manis dari wajahnya. Dia merasa lega dan bahagia mendengar berita baik tentang bapaknya.

"Baiklah saya permisi dulu," pamit dokter.

"Iya Dok, terima kasih banyak," sahut ibunya Riris.

"Ris, paklek sadar tak lama saat aku berdiri di sisi ranjang paklek. Beliau sempet manggil namamu. Aku cepat-cepat panggil dokter untuk memeriksa beliau Ris," jelas Dimas.

Mendengar penjelasan dari Dimas, Riris menatap ibunya seolah meminta pendapat.

"Bu, apa Riris sebaiknya masuk lagi ke dalam liat Bapak?" tanya Riris.

"Nduk, kita berdua saja ya, yang masuk," pinta ibunya Riris. Riris mengangguk dan mereka berdua pun akhirnya masuk ke ruang ICU.

Riris dan ibunya sudah berdiri di sisi ranjang. Melihat Riris, bapaknya langsung memanggilnya lirih, "Riiis .... " panggil bapaknya dengan suara bergetar.

"Iya Pak ... Bapak yang kuat ya, jangan khawatirkan Riris. Putri Bapak ini baik-baik saja, lihat Pak ... Riris masih bisa tersenyum kan?" Riris menyunggingkan senyum termanisnya, berusaha menenangkan dan menguatkan bapaknya.

Bulir bening menetes di sudut netra Pak Rohman. Senyum Riris justru membuat hatinya terasa terluka, dia teringat apa yang telah disampaikan besannya kemarin melalui telepon. Lelaki paruh baya itu merasa tidak terima dengan apa yang telah dilakukan Reza terhadap putri semata wayang kesayangannya.

Ibunya Riris sedikit membungkuk mendekati wajah suaminya, di usapnya bulir bening yang meleleh di wajah suaminya dengan sapu tangan.

"Pak ... sudah, jangan mikir apa-apa dulu nggih, Bapak harus fokus sama kesembuhan Bapak," ucap ibunya Riris lembut.

Pak Rohman mengangguk pelan. Sedikit menarik napas dan menghembuskannya perlahan, dipejamkannya netranya, sambil terus mengatur napasnya. Sepertinya Pak Rohman sedang berupaya keras untuk mengendalikan perasaan dan emosinya.

Seorang perawat berjalan mendekat, dan meminta agar pasien diberikan waktu untuk istirahat dulu. Akhirnya Riris dan ibunya kembali keluar ruang ICU dan menemui Dimas.

"Mas Dimas, aku mau ambil koper aku yang ada di mobil ya. Aku mau di sini aja sampai bapak sehat," pinta Riris kepada Dimas.

"Udah Ris, biar aku yang ambilkan. Kamu tunggu di sini aja sama bulek," sahut Dimas kemudian dia bergegas menuju parkiran mobil untuk mengambil koper Riris.

***

Keesokan siangnya, Reza dan ibunya sudah tiba di Rumah Riris. Suasana rumah Riris nampak lengang. Berulangkali mereka mengucap salam namun tidak ada sahutan dari dalam rumah.

Bu Kardi tetangga Riris yang melihat Reza dan ibunya dari teras rumahnya, segera menghampiri.

"Rumahnya kosong Bu, loh ... ini bukannya Mas Reza suaminya Riris?" tanya bu Kardi yang nampak keheranan.

Reza nampak sedikit meringis dan merasa kikuk.

"Maaf Bu, saya sekarang sudah bukan suaminya Riris, saya sudah mentalak Riris," jawab Reza dengan lirih.

"Apa .... ?!" Bu Kardi menjerit spontan, ditutupnya mulutnya yang melongo karena kaget, bola matanya membulat sempurna.

"Astaghfirullaahal'adziim .... ! Kok bisa?" Bu Kardi masih kaget dan merasa kepo mendengar berita besar dari Reza.

"Maaf ya Bu, kami tidak perlu menjelaskan kenapa, kami cuma mau tanya dimana Riris dan keluarganya, kami ada perlu dengan mereka." Ibunya Reza menimpali dengan sedikit ketus.

"Owalah, jangan-jangan gara-gara ini Pak Rohman jadi kena serangan jantung! Pak Rohman lagi dirawat di RSUD." Suara Bu Kardi yang terdengar keras membuat perhatian para tetangga di sekitarnya.

"Ya sudah Bu, terima kasih infonya, yuk Za kita ke sana aja!" Ibunya Reza segera menggamit tangan putranya untuk berjalan menuju mobil yang diparkir di halaman rumah Riris.

Ditinggalkannya Bu Kardi yang masih nampak kaget, para tetangga pun akhirnya datang menghampiri Bu Kardi. Dan sudah bisa dipastikan berita tentang Riris akan segera tersebar ke segala penjuru desa.

***

Sementara di rumah sakit, bapaknya Riris sudah dipindahkan ke ruang perawatan biasa. Riris meminta kamar yang di isi satu pasien saja agar bapaknya bisa dirawat dengan tenang dan nyaman.

"Bu, ibu sebaiknya pulang dulu ya, istirahat. Ibu pasti lelah, biar Riris di sini yang jaga Bapak," pinta Riris.

"Iya Bulek, biar Dimas yang anter Bulek," bujuk Dimas, rupanya Dimas ikut menginap di rumah sakit semalam. Dia tidak tega meninggalkan Riris dan buleknya.

Bu Rohman menatap wajah suaminya. Pak Rohman menganggukkan kepala tanda setuju dengan saran putrinya.

"Baiklah kalau begitu Ibu pulang dulu ya, nanti malam Ibu ke sini lagi," jawab Bu Rohman. Bu Rohman pamit dan mencium punggung tangan suaminya. Riris ikut mengantar ibunya sampai ke pintu kamar.

Riris merawat dan melayani bapaknya dengan sepenuh hati. Saat jam makan siang dia menyuapi bapaknya dengan telaten. Dia juga membantu bapaknya meminum obat. Setelah itu dipijitnya kaki bapaknya dengan pelan.

"Mbak, ini ada resep obat baru yang harus ditebus di apotik rumah sakit," kata perawat yang baru saja masuk menemui Riris.

"Oh iya," jawab Riris cepat. Riris segera pamit kepada bapaknya untuk menebus obat ke apotik.

Di apotik ternyata antrinya lumayan, agak lama akhirnya Riris bisa mendapatkan semua obat yang ada di resep.

Saat Riris berjalan di koridor rumah sakit menuju bangsal tempat bapaknya dirawat, dia dikejutkan oleh sosok Reza dan ibunya yang berjalan ke arahnya.

Hati Riris berdebar kencang, dia tidak menyangka Reza dan ibunya ada di sini. Apakah mereka habis menemui bapaknya Riris? Hati Riris menjadi tak karuan.

Akhirnya mereka berpapasan dan langkah kaki mereka berhenti di tengah koridor.

"Mas Reza, Ibu ... !" panggil Riris masih dengan wajah terkejutnya.

"Iya Riris, kami baru saja menengok bapak kamu. Kami sekalian minta maaf atas semua yang sudah terjadi ini kepada bapak kamu."

Mata Riris membulat dan wajahnya menegang. Dia sangat mengkhawatirkan keadaan bapaknya sekarang. Bapaknya kan tidak boleh stres, Riris cemas dan takut kehadiran mereka berdua membuat kondisi bapaknya semakin memburuk.

"Ya Allah, Bapak .... !" pekik Riris. Dia hendak bergegas pergi meninggalkan Reza dan ibunya. Namun ibunya Reza dengan cepat mencengkeram tangan Riris untuk menahannya.

"Tunggu Ris, Kamu jangan pergi dulu. Saya masih ada perlu sama Kamu," ucap ibunya Reza.

"Tapi Bu, saya sekarang sangat menghkawatirkan kondisi bapak saya. Saya harus segera melihat bapak saya," pinta Riris menghiba.

"Kamu tenang aja, bapak kamu tadi baik-baik aja kok waktu kami tinggalkan."

Akhirnya Riris bersedia menuruti ibunya Reza.

"Ris, saya yakin, kamu wanita yang kuat. Kamu tidak perlu bersedih atas semua ini. Saya doakan nanti kamu dapat suami pengganti yang lebih cocok untukmu. Oya, Reza pasti sudah pernah bilang kan sama kamu soal cincin dan mahar itu?"

"Ya Bu, terima kasih doanya. Ibu tidak perlu khawatir, cincin dan maharnya akan saya kembalikan semuanya." Di bukanya swing bag yang selalu melingkar di bahu Riris. Tangan Riris merogoh kotak perhiasan kecil yang berisi cincin dan 5 keping emas mulia seberat 5 gram itu.

"Ini Bu, saya kembalikan semuanya. Semoga Allah membalas semuanya," diulurkannya kotak perhiasan itu dan segera diambil oleh ibunya Reza. Reza dari tadi hanya diam terpaku. Dia seperti malas untuk berbicara saat itu.

"Apa maksud doamu itu Ris?" tanya ibunya Reza dengan hati mencelos.

"Maaf Bu, saya tidak bisa berlama-lama di sini, kita sudah tidak ada urusan lagi kan?" jawab Riris dengan ketus.

Bergegas Riris melangkah pergi meninggalkan mereka berdua. Rasanya Riris ingin cepat sampai ke kamar bapaknya dirawat. Setengah berlari dia menuju ke sana.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Tri Wahyuni
kmu yg sabar Ris ..semoga Reza dn klga nya mendapat ganjaran yg setimpal atas perbuatan nya lebih kejam dr yg d perbuat k kmu balasan dr Alloh ...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status