Share

Part 2

"Hanna pasti kedinginan ... kamu sejak kemarin disini ya, Hun? Semalaman hujan deras dan kamu sendirian disini. Maafin aku Hanna, maafin ...," lirih Rain, ia menangis sesenggukan.

"Siapa orang bodoh yang berani menyakiti Hanna, akan berurusan langsung denganku," teriaknya.

Isak tangisnya begitu menyeruak, membuat orang-orang yang berada disana merasa iba melihatnya.

Rain melihat tangan dan kemeja putihnya penuh dengan darah dari luka kepala istrinya, Rain lekas mengeluarkan ponsel dari sakunya.

"Andy, bantu aku!"

"Hai Rain, apa yang bisa kubantu?" Andy adalah teman semasa kuliah yang hingga kini menjadi sahabat terdekatnya.

"Kamu tau apa yang kumaksud 'kan?"

"Aku mengerti Rain, nanti siang aku akan mengunjungimu ke kantor," pungkasnya.

"Baiklah, sekarang aku harus mengurus Hanna dulu."

***

[Satu minggu sebelumnya].

"Pak, untuk lahan perkebunan milik Pak Raharja, aku sudah mendatanginya, dan mereka minta bertemu di lokasi," jelas Maya.

"Kamu sudah atur waktunya?"

"Hari Senin pekan depan, pukul sepuluh," sahut Maya

"Oke. Oh ya Maya, sudah jam tujuh kamu boleh pulang, saya mau selesaikan pekerjaan dulu."

"Apa perlu sesuatu lagi, Pak?" tanya Maya sebelum pulang.

"Tak usah, oh ya kamu bisa pulang bareng Hendra. Saya mau menyetir sendiri."

"Baik, Pak, saya pamit pulang."

Rain hanya mengangguk. Ia menyelesaikan pekerjaannya dalam tiga puluh menit, lekas bergegas cepat ke mobil untuk pergi ke suatu tempat.

Di lokasi itu sudah ada seorang wanita cantik alami, dengan rambut terurai sedang duduk menunggu.

"Malem, Hun, kamu udah nunggu lama?" sapanya sambil mengecup pipi merahnya.

Hanna menggeleng, "Aku belum lama sampe, gimana kerjaan kamu?"

"Begitulah ... aku lagi ngurus lahan di daerah Bandung."

Rain, melihat-lihat buku menu, sementara waitress sudah mengantar makanan yang dipesan Hanna sebelumnya.

"Kamu udah pesan, Hun?"

"Iya, aku tau menu favoritmu di restoran ini," jawab Hanna dengan suara lembutnya.

Rain tersenyum, sambil membuka serbet dan memasangkan di atas paha Hanna yang terbalut dress berwarna maroon.

Mereka makan malam romantis berdua, begitulah setiap bulannya mereka selalu menghabiskan waktu berdua untuk sekedar makan atau berjalan-jalan. Mengobrol tentang apa yang tidak sempat mereka diskusikan di rumah karena kesibukan masing-masing.

🌵🌵🌵

[Di Rumah.]

"Cyra?" panggil Rain.

"Papaaa Mamaaa ...." Cyra berlari dan langsung dipeluk Rain.

"Rain?" tanya seseorang yang keluar dari dalam kamar Cyra.

"Pa, kapan sampe?" tanya Rain.

"Tadi sore Rain, mama kangen ketemu Cyra," sahut Willy

"Mama mana, Pa?"

"Mama sama Bi Ina di dapur," ujar papanya Rain.

"Rain, gimana proyek hotel dan lahan Raharja?" William berjalan masuk ke ruang kerja Rain diikuti Rain di sampingnya.

"Hotel masih dalam tahap design akhir oleh tim, kalau tidak ada halangan akan segera dimulai proses pembangunan akhir bulan ini. Untuk lahan Raharja, mereka baru setuju bertemu pekan depan."

"Kamu harus dapat proyeknya Rain, papa dengar dari Heri kalau Delta dan Graha Bumi juga mau membeli lahan Raharja."

"Pasti, Pa, tempat itu memang sangat strategis untuk proyek perumahan, dekat akses jalan tol dan tidak jauh ke pusat kota," tukas Rain menerangkan.

"Ya, investasi yang sangat menguntungkan Rain."

🌵🌵🌵

[Tiga Hari sebelumnya].

"Pak, Maya dan Hendra sudah menunggu," sahut Bi Ina.

"Iya makasih, Bi."

"Maya, saya tidak akan ke kantor hari ini, kita berangkat ke lokasi lahan Raharja jam sembilan. Kalian bisa istirahat di-."

"Tante Mayaa?" teriak Cyra memotong penjelasan Rain 

"Halo Cyra sayang, kamu udah bangun?" sambil merendahkan tubuhnya setinggi Cyra.

"Udah tante," jawab Cyra. "Maaa Cyra mau sarapan sama Tante Maya," teriaknya pada Hanna.

"Iya, Sayang," ucap Hanna.

Hanna membawakan beberapa sandwich dan teh manis untuk Maya dan Hendra sambil mengobrol di halaman depan rumahnya yang penuh dengan bunga tulip.

Cyra sangat dekat dengan Maya, karena Maya sering bermain dengannya ketika di rumah Rain.

"Maa, susu Cyra mana?" tanyanya.

"Oh ya, Sayang. Mama lupa ... Mama ambil dulu, ya di dapur."

"Biar saya ambilkan, Bu, saya mau sekalian ke toilet," ujar Hendra mengusulkan.

"Oh boleh kalau gak keberatan, makasih, Hen," ucap Hanna sambil tersenyum.

🌵🌵🌵

Sementara itu di lokasi lahan, Pak Raharja mengajak Rain berkeliling lahan bersama sekertaris dan supirnya Rain.

"Jadi begini, Pak, dikarenakan lahan ini ada di tengah-tengah pemukiman warga, jadi saya juga harus menjaga beberapa milik warga setempat, saya tidak mau ada warga mengeluh atas pembangunan proyek Pak Rain, di samping itu ada Delta dan Graha Bumi yang sudah lebih dulu menawarkan kontrak."

"Pak Raja?" Rain menghentikan perjalanannya diikuti Pak Raja dan yang lainnya.

"Saya berjanji tidak akan mengganggu dan membatasi aktifitas warga. Saya akan memberi dan lebih lagi akan mengindahkan akses jalan yang tentunya menguntungkan juga bagi warga, dengan begitu saya yakin warga akan mendukung," ucap Rain dengan tulus dan mencoba meyakinkan Pak Raharja dengan kata-katanya.

Pak Raharja tersenyum mendengar penjelasan dari Rain.

"Kalau begitu saya akan mempelajari kontrak Pak Rain dan dua perusahaan lainnya, kalau saya sudah yakin saya akan menghubungi anda lagi," terang Pak Raharja.

"Terima kasih, Pak Raja, saya tunggu titik terangnya," ucap Rain penuh harap.

"Hendra, antar aku ke rumah," tegas Rain setelah masuk ke dalam mobil.

"Kita gak ke kantor, Pak?" tanya Maya.

"Hari ini saya akan mengajak Hanna dan Cyra piknik, tolong alihkan meeting hari ini untuk besok."

"Baik, akan saya urus," sahut Maya.

"Papaaa, sekarang jadi jalan-jalannya? Sama Cyra sama mama?" Kejar Cyra saat Rain keluar dari mobil mewahnya.

"Jadi dong, Sayang, mama mana?" tanya Rain.

"Mama lagi dandan, Pa."

"Maya dan Hendra, kamu boleh kembali kantor atau langsung pulang."

"Pa, Cyra mau jalan-jalan cama tante Maya," rengek Cyra sambil memegang pergelangan tangan Maya.

Rain dan Hendra menatap Hanna yang baru keluar dari rumahnya seraya memberi jawaban dengan anggukan pada Rain.

"Cyra, Cyra boleh ajak Tante, tapi Cyra gak boleh gangguin Tante Maya, ya?" pinta Hanna.

"Cyra janji, Ma," jawabnya dengan girang sambil mendirikan jari kelingkingnya lantas dilingkarkan oleh jari kelingkingnya Hanna, dan saling menyentuh hidung dengan telunjuknya diikuti tawa renyah Cyra.

"Oke Maya dan Hendra, kalian boleh ikut itung-itung refreshing," ujar Rain.

Maya dan Hendra mengangguk setuju, "Terima kasih, Pak," sahut mereka bersamaan, senyum tersungging di kedua bibirnya dan saling bertatapan.

"Cyra mau jalan-jalan kemana?" tanya Rain di dalam mobil.

"Cyra want to go the zoo, Papa," jawab Cyra yang duduk di pangkuan Rain.

"Oke Zoo, I'm coming !" seru Rain, Hanna dan Cyra berteriak bersama.

Maya dan Hendra tertawa melihat keharmonisan keluarga Rain dari kaca spion.

Sampai di Taman Safari, Rain dan Hanna menuntun tangan Cyra, sementara Maya dan Hendra berjalan di belakangnya.

Rain yang pergi ke toilet, tanpa disadari Hanna kehilangan Cyra. Maya berpisah dari mereka untuk mencari Cyra. Sementara Hendra masih bersama Hanna.

"Adik cantik, kamu lagi apa?" tanya seorang gadis yang melihatnya sedang kebingungan.

Cyra terdiam, mulutnya mengerucut, dan matanya berkaca-kaca.

"Dik?" Gadis itu mengangkat tangannya untuk memegang bahunya Cyra. Tetapi Cyra berjalan mundur ketakutan.

"Gak apa-apa, Sayang, kakak gak jahat kok, mama mu mana?" tanya gadis bertubuh tinggi itu.

Cyra menangis sejadi-jadinya. Kemudian gadis itu menghampiri memeluk Cyra, sambil menepuk-nepuk punggungnya.

"Gak apa-apa, Sayang, coba cerita sama kakak ya? Kamu kenapa nangis, hmm?"

"Ma-mama i-ilaang," jawab Cyra.

"Kamu tenang dulu ya, kita cari mama sama-sama mau?" tanya gadis muda itu.

Cyra mengangguk, kemudian wanita itu menggendong Cyra serta membawanya ke information centre dan meminta petugas disana mengumumkan kehilangan anak.

"Pengumuman, bagi pengunjung yang kehilangan seorang anak perempuan usia sekitar tiga tahun dengan ciri-ciri rambut diikat dua, memakai baju pink, dan rok jeans, silahkan mengunjungi pusat informasi, terima kasih."

Hendra yang mendengarnya lekas menarik pergelangan tangan Hanna dan berlari ke pusat informasi.

"Cyra?" panggil seorang wanita dari kejauhan.

Cyra lantas melepas pelukan gadis itu dan berlari ke arah panggilan.

"Kamu baik-baik aja?" tanya Maya.

Cyra mengangguk.

"Kalau begitu saya permisi dulu, Cyra jangan jauh-jauh dari mama mu lagi ya," imbuh gadis itu.

"Thank you, Good Sister," sambil menatap gadis itu beranjak pergi.

Sementara gadis itu pergi. Hendra datang berlari bersama Hanna.

Maya melirik ke arah tangan Hendra yang menggenggam pergelangan tangan Hanna sambil berlarian.

🌷 Bersambung 🌷.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status