"Maafkan saya," sahutnya, tanpa disadari sambungan telepon yang ia hubungi sudah dijawab.
"Kalo jalan pake ma--" ucapannya terpotong. Kamu! tegasnya, ia terkejut dengan seseorang yang baru saja menabraknya."
"Sedang apa kau disini?" tanya Rain pada gadis yang berdiri di hadapannya.
"Bukan urusanmu!"
"Yasudah ikut aku!" pinta Rain sambil menarik tangannya.
"Eehhh, aku mau dibawa kemana!" Protesnya sambil berusaha melepaskan genggaman Rain.
"Antar aku ke Angkasa!" pekik Rain tanpa menoleh pada si gadis.
"Jauh banget, aku gak bisa terbang hey!"
Rain sontak menghentikan langkahnya, dan membalikkan tubuhnya yang proporsional, menatap gadis yang lengannya masih dalam genggamannya itu. Ia mengangkat 1 jari telunjuknya, mendekati gadis itu dan--. Menoyor kepala gadis itu dengan telunjuknya tadi.
"Bukan itu bodoh," semburnya.
Gadis itu terbahak-bahak. "Lepas dulu tanganku, aku mau nengok temen disitu," ucapnya, sambil menu
Kakak-kakak yang baik hati dan cantik cakep, sebelum baca, jangan sempetin follow, subscribe dan like-nya ya.. ❤❤.."Tu-tunggu sebentar, aku- butuh tempat-bersandar," ucapnya dengan tersedu sedan.Sea yang tadi enggan menerima pelukan dari om-om itu, akhirnya menyerah dan membiarkan ia melepas semua pilu di pelukannya.Sepuluh menit sudah, Rain melepaskan pelukannya. "Maaf," ucapnya singkat.Sea yang tercengang atas sikap Rain itu masih berdiri kaku dengan sorot mata terheran-heran, ia merasakan duka mendalam yang dialami pria berumur hampir kepala tiga yang mendekapnya tadi.Rain melangkah keluar lokasi proyek. Sea mengekorinya di belakang sembari mengelap blouse-nya yang basah karena air mata Rain.Pria itu tiba-tiba menghentikan langkahnya. Diikuti si gadis yang juga menghentikan langkah di belakangnya. Rain menunjuk dahi si gadis dan mendorongnya pelan."Kamu jangan mikir macem-macem tentang saya tadi!" tukasnya.
Hallo kakak yang baik hati, sebelum baca, follow dan subscribe dulu yuk.. ❤❤.."Saya sudah mendapatkan hasil dari bercak darah yang kita temui di gudang bawah tanah, dan hasil DNA di dinding memang milik Almarhumah istri anda, akan tetapi ... bercak merah di lantai, itu hanya bekas red wine dengan campuran racun arsenik.""Jadi menurut definisi saya, korban dicekoki wine sebelum kematiannya." Angkasa mencoba menguraikan sesuatu dari barang bukti yang ia dapat."Tapi polisi tidak memberitahukan kalau ada bekas atau aroma wine di jenazah istri saya?" Rain coba mengingat-ingat."Untuk mengurai kasus ini, kita perlu menelusurinya lebih dalam, dan saya sudah mendapatkan jenis red wine yang digunakan oleh pelaku.""Red wine jenis apa?" Tanya Rain, mencoba mencatat di aplikasi note."Cabernet Sauvignon, anda bisa mencari siapa di sekitar anda yang biasa mengkonsumsi wine jenis ini, pasti tidak terlalu sulit, karena tidak banyak orang pe
Hai, kalian udah follow dan subscribe kaan kaan, plis bilang udah... 🥳❤..Suasana kantin rumah sakit siang itu begitu kelam, karena posisinya yang berada di pojok belakang bangunan. Padahal kondisi ramai oleh para penunggu pasien yang menyempatkan diri untuk makan.Ruangan yang luas itu terasa sesak ditambah dekorasi ruangan yang sudah sangat lama tidak diperbaharui."Sea?" Rain memanggilnya dengan suara beratnya.Sea hanya melirik dan masih menyeruput minuman melalui sedotan yang sejak tadi diputar-putarnya."Apa kamu bisa minum lebih cepat lagi? Angkasa sudah menunggu lama. Kamu lelet sekali, untuk makan dan minum saja kau sampai menghabiskan waktu setengah jam, pantas saja tubuhmu kurus kering!"Sea terbelalak mendengar dirinya dikatakan kurus kering, ia melirik ke arah tubuhnya sendiri yang memakai kaos pas badan sehingga terlihat lekukan tubuhnya, ia lantas menutup resleting jaket dan memakai kupluknya sekaligus.
"Halo Rain, dimana kau?"tanya Angkasa."Aku di rumahmu.""Dokter sudah menemukan hasil analisa DNA yang ditemukan di lokasi, selain DNA-nya Hanna. Besok kita bertemu di rumah sakit!" sahut Angkasa sembari mengemudikan mobil.Rain terkesiap, entah ini berita bagus atau buruk, di satu sisi ia akan segera mengetahui siapa pelaku utamanya. Di sisi lain ... pelakunya pasti berada di dekatnya selama ini. Ia harus benar-benar dalam kondisi siap mental dan pikiran."Oke, besok pagi saya kesana,"paparnya.🌵🌵🌵Pagi hari di bulan Februari masih musim penghujan, dinginnya begitu menyeruak padahal sudah jam delapan pagi. Mentari beberapa bulan terakhir terhalang awan kelabu, semburat cahayanya hanya sampai beberapa sorotan.Angin kala itu masih membawa butiran ai
"Pesawat sudah berangkat sepulih menit yang lalu, tapi Maya tidak masuk dalamSecurity Point Check,itu artinya ... Maya masih disini," ujar Angkasa."Lalu?" tanya Rain."Pasti ada yang tidak beres!" Angkasa mencoba berspekulasi."Kita segera kesana Rain!"Mereka bergegas lagi ke bandara. Rain menghubungi sopir pribadinya, tetapi tak diangkat."Ke mana lagi dia!" geramnya."Ada apa, Rain?""Hendra, tadi masih bisa kuhubungi waktu memberitahu soal Maya, sekarang dia tidak bisa dihubungi," tukas Rain kesal.Seketika Angkasa dan Rain seperti memiliki pikiran sejalan, mereka adu pandangan seperti me
Cyra naik ke atas meja menarik kedua kepala orang dewasa itu dan mendekatkannya, lalu memeluk mereka bersamaan.Spontan pipi mereka menempel satu sama lain. Sea bisa melihat tatapan menusuk seorang pria di hadapannya, bagaimana alis tebal dan hidungnya bagai sudut segitiga siku-siku. Dengan dagu lancip ditambah bibir tipis meronanya. Ia melamun sesaat dan menelan ludah."Ehm!" Rain berdehem.Suara Rain membuat Sea terkesiap dan tersadar dari lamunan indahnya."Ma-maaf aku harus pulang." Sea beranjak dari kursinya dan segera meraih tas kecilnya yang digantung di sandaran kursi, lalu melangkah dari ruang makan."Tunggu!" Rain menahan lengan gadis muda itu.Sea menghentikan langkah dan menoleh pada je
"Selamat pagi, saya Fira sekretaris baru di sini.""Oh, ya. Bekerjalah dengan baik dan satu lagi ... dilarang menyukai saya!" ketusnya dengan percaya diri tinggi.Fira tersenyum masam dan menaikkan salah satu alisnya karena mendengar keyakinan tingkat tinggi bosnya."Baik, saya permisi, Pak," ujar Fira yang polos masih dengan wajah bingung."Oh, ya, Sea. Tolong bawakan berkas-berkas yang kemarin belum sempat saya tanda tangani," pinta Rain."Maaf?""Kenapa?" tanya Rain dengan mendelikkan matanya."Nama saya Fira, Pak. Bukan Sea." Fira menjelaskan."Memang saya bilang Sea?""I-iya, Pak.""Kamu salah dengar, saya panggil Fira tadi. Sudah cepat bawakan sekarang juga!" ujar Rain berkelit.Fira melangkah ke luar ruangan dan kembali ke meja kerjanya sambil menggelengkan kepala.
"Aku mengantar Cyra pulang dulu sebentar, setelah itu aku mengantarmu," pungkasnya.Tanpa menunggu jawaban dari Sea, Rain segera berbelok ke arah rumahnya dan menitipkannya pada Bi Ina. Setelah itu ia bergegas pergi ke rumah sakit.Lalu lintas sore itu sangat padat mengingat sedang weekend dan bersamaan dengan jam sibuk pulang kantor. Ia melirik ke arah gadis di sampingnya yang bersandar ke jendela mobil.Matanya sayu, merah, dan berkaca-kaca. Tatapannya lurus dan kosong. Rain berinisiatif menekan tombol radio di samping kemudinya. Tepat di frekuensi 93,4FM, sebuah lagu yang baru saja diputar Surat Cinta Untuk Starla.Sea melirik ke arah musik diputar, lalu kembali dengan tatapan lurus ke depan.Rain kembali fokus mengemudikan mobilnya sampai rumah sakit. Sea bergegas masuk dan naik lift menuju ruangVVIP.Rain mengikutinya dan menunggu di depan ruangan