Hai, kalian udah follow dan subscribe kaan kaan, plis bilang udah... š„³ā¤
.
.Suasana kantin rumah sakit siang itu begitu kelam, karena posisinya yang berada di pojok belakang bangunan. Padahal kondisi ramai oleh para penunggu pasien yang menyempatkan diri untuk makan.Ruangan yang luas itu terasa sesak ditambah dekorasi ruangan yang sudah sangat lama tidak diperbaharui.
"Sea?" Rain memanggilnya dengan suara beratnya.
Sea hanya melirik dan masih menyeruput minuman melalui sedotan yang sejak tadi diputar-putarnya.
"Apa kamu bisa minum lebih cepat lagi? Angkasa sudah menunggu lama. Kamu lelet sekali, untuk makan dan minum saja kau sampai menghabiskan waktu setengah jam, pantas saja tubuhmu kurus kering!"
Sea terbelalak mendengar dirinya dikatakan kurus kering, ia melirik ke arah tubuhnya sendiri yang memakai kaos pas badan sehingga terlihat lekukan tubuhnya, ia lantas menutup resleting jaket dan memakai kupluknya sekaligus.
"Halo Rain, dimana kau?"tanya Angkasa."Aku di rumahmu.""Dokter sudah menemukan hasil analisa DNA yang ditemukan di lokasi, selain DNA-nya Hanna. Besok kita bertemu di rumah sakit!" sahut Angkasa sembari mengemudikan mobil.Rain terkesiap, entah ini berita bagus atau buruk, di satu sisi ia akan segera mengetahui siapa pelaku utamanya. Di sisi lain ... pelakunya pasti berada di dekatnya selama ini. Ia harus benar-benar dalam kondisi siap mental dan pikiran."Oke, besok pagi saya kesana,"paparnya.šµšµšµPagi hari di bulan Februari masih musim penghujan, dinginnya begitu menyeruak padahal sudah jam delapan pagi. Mentari beberapa bulan terakhir terhalang awan kelabu, semburat cahayanya hanya sampai beberapa sorotan.Angin kala itu masih membawa butiran ai
"Pesawat sudah berangkat sepulih menit yang lalu, tapi Maya tidak masuk dalamSecurity Point Check,itu artinya ... Maya masih disini," ujar Angkasa."Lalu?" tanya Rain."Pasti ada yang tidak beres!" Angkasa mencoba berspekulasi."Kita segera kesana Rain!"Mereka bergegas lagi ke bandara. Rain menghubungi sopir pribadinya, tetapi tak diangkat."Ke mana lagi dia!" geramnya."Ada apa, Rain?""Hendra, tadi masih bisa kuhubungi waktu memberitahu soal Maya, sekarang dia tidak bisa dihubungi," tukas Rain kesal.Seketika Angkasa dan Rain seperti memiliki pikiran sejalan, mereka adu pandangan seperti me
Cyra naik ke atas meja menarik kedua kepala orang dewasa itu dan mendekatkannya, lalu memeluk mereka bersamaan.Spontan pipi mereka menempel satu sama lain. Sea bisa melihat tatapan menusuk seorang pria di hadapannya, bagaimana alis tebal dan hidungnya bagai sudut segitiga siku-siku. Dengan dagu lancip ditambah bibir tipis meronanya. Ia melamun sesaat dan menelan ludah."Ehm!" Rain berdehem.Suara Rain membuat Sea terkesiap dan tersadar dari lamunan indahnya."Ma-maaf aku harus pulang." Sea beranjak dari kursinya dan segera meraih tas kecilnya yang digantung di sandaran kursi, lalu melangkah dari ruang makan."Tunggu!" Rain menahan lengan gadis muda itu.Sea menghentikan langkah dan menoleh pada je
"Selamat pagi, saya Fira sekretaris baru di sini.""Oh, ya. Bekerjalah dengan baik dan satu lagi ... dilarang menyukai saya!" ketusnya dengan percaya diri tinggi.Fira tersenyum masam dan menaikkan salah satu alisnya karena mendengar keyakinan tingkat tinggi bosnya."Baik, saya permisi, Pak," ujar Fira yang polos masih dengan wajah bingung."Oh, ya, Sea. Tolong bawakan berkas-berkas yang kemarin belum sempat saya tanda tangani," pinta Rain."Maaf?""Kenapa?" tanya Rain dengan mendelikkan matanya."Nama saya Fira, Pak. Bukan Sea." Fira menjelaskan."Memang saya bilang Sea?""I-iya, Pak.""Kamu salah dengar, saya panggil Fira tadi. Sudah cepat bawakan sekarang juga!" ujar Rain berkelit.Fira melangkah ke luar ruangan dan kembali ke meja kerjanya sambil menggelengkan kepala.
"Aku mengantar Cyra pulang dulu sebentar, setelah itu aku mengantarmu," pungkasnya.Tanpa menunggu jawaban dari Sea, Rain segera berbelok ke arah rumahnya dan menitipkannya pada Bi Ina. Setelah itu ia bergegas pergi ke rumah sakit.Lalu lintas sore itu sangat padat mengingat sedang weekend dan bersamaan dengan jam sibuk pulang kantor. Ia melirik ke arah gadis di sampingnya yang bersandar ke jendela mobil.Matanya sayu, merah, dan berkaca-kaca. Tatapannya lurus dan kosong. Rain berinisiatif menekan tombol radio di samping kemudinya. Tepat di frekuensi 93,4FM, sebuah lagu yang baru saja diputar Surat Cinta Untuk Starla.Sea melirik ke arah musik diputar, lalu kembali dengan tatapan lurus ke depan.Rain kembali fokus mengemudikan mobilnya sampai rumah sakit. Sea bergegas masuk dan naik lift menuju ruangVVIP.Rain mengikutinya dan menunggu di depan ruangan
Setelah pesanannya datang, ia segera melangkah keluar restoran. Lalu coba menghubungi Rain,Ah benar, aku tidak punya nomornya, batinnya, setelah berkali-kali mencari nama Rain yang tak kunjung ditemukan di daftar kontak.Ia berjalan dengan perlahan ke ujung restoran sembari menyeruputcoladan mengetuk pria itu dari luar jendela untuk memberi kode kalau ia akan menunggu di luar.Rain yang sudah selesai dengan makannya, melangkah kesink(tempat cuci tangan) dulu untuk membersihkan kedua tangannya dari sisa makanan.Matanya melirik ke kaca yang terpampang di dinding memperhatikan penampilannya sendiri. Dua jarinya merapikan rambut bagian depannya yang sedikit turun menutupi dahi. Ia adalah pria yang cukupperfectionistterutama dalam hal penampilan dan pekerjaan.Sikap dinginnya bukanlah sem
“Justru kamu harus tetap di sini supaya gak banyak yang cari-cari perhatian aku. Kamu gak lihat tadi banyak mata yang terpesona. Lagi pula … sebentar lagi kamu akan menikahiku.”“Maaf ralat, bukan aku! Tapi, kamu yang mau menikahiku!” Sea menyanggah ucapannya.“Oke, kapan kamu siap untuk dilamar?”Sea, langsung berjalan memasuki salah satu toko baju pura-pura tak mendengar ucapannya lagi. Mengingat pertengahan bulan sampai menjelang akhir tahun di negara AS saatnya musim panas, ia pun memilih pakaian musim panas yang tak begitu tebal dan sedikit mini, aneka dress, topi, dan sepatu jenggel. Rain terus mengekori di belakangnya dengan kedua tangan di dalam saku celana sambil memperhatikannya. Tiba-tiba Rain menurunkan dua helai baju yang sudah masuk kantong belanja bening buatan butik.“Kenapa dibalikkin?” Sea
“Kenapa kamu memojokkanku! Padahal, kamu yang mulai duluan. Jujur aja kalau kamu gak mau mengakuinya!”Rain langsung menginjak pedal gas dan mengemudikan mobil dengan kecepatan 70 kilometer perjam, membuat Sea terhempas ke belakang karena posisinya belum diikatseat belt. Tangannya segera meraihhandledi atas jendela dan mencengkeramnya kuat-kuat, sedangkan satu tangan lainnya mencoba memasangseat belt.Rain melirik jam digital yang menempel di dashboard mobilnya menampilkan waktu pukul 13.50. Itulah alasan mengapa ia melaju dengan kecepatan penuh.“Kamu ikut denganku dulu," pekiknya.“Ke mana?Meeting?”Rain menaikkan kedua alisnya yang tebal memben