Arghhh... sakit, Tante!" teriak seorang gadis ketika sebuah rotan meluncur mulus di kulitnya.
"Sakit? Ternyata kau tau sakit juga? Ha!" pekik wanita itu, sambil menarik rambut Naura tanpa rasa kasihan sedikit pun."Ampun! Naura minta maaf, Tante. Naura minta maaf," ucap Naura, gadis malang yang selalu mendapat siksaan dari keluarga sang paman."Sudah, Ma! Pukul saja dia. Dia yang merayuku, tapi dia malah menuduhku!” sentak Rico, sepupu Naura. “Dia kira aku ini pria apaan? Kalau aku mau, aku bisa mendapatkan gadis yang lebih cantik darinya!" tambahnya, sambil tersenyum sinis melihat Naura disiksa oleh sang mama.Sebenarnya, Rico sangat mengagumi kecantikan Naura. Namun, dia merasa gengsi untuk mengakuinya. Itulah sebabnya dia selalu merayu Naura secara diam-diam, bahkan sering mencoba melecehkan gadis itu, walaupun dia selalu gagal."Katakan! Apa kau ingin menuduh putraku lagi?" Rita menatap geram gadis itu. Tentu saja dia lebih percaya kepada putranya dibandingkan dengan Naura. Walaupun Naura adalah putri dari saudara kandung suaminya, tetapi dia selalu memperlakukan gadis itu seperti pembantu. Padahal dia hidup dari harta peninggalan kedua orang tua Naura.Setelah kedua orang tuanya meninggal, Naura diasuh oleh pamannya. Karena hanya sang pamanlah keluarga yang Naura miliki saat ini. Bukan hanya Naura, tetapi seluruh aset kedua orang tuanya dititipkan kepada sang paman. Bahkan, dari begitu banyak aset kedua orang tuanya, tidak ada sedikit pun warisan yang dia dapatkan."Tidak, Tante! Maafkan Naura. Naura salah." Hanya itu kata-kata yang bisa terucap dari bibir gadis itu untuk menghindari kekejaman sang tante.Mengalah dan mengakui kesalahan yang bukan kesalahannya, adalah hal yang biasa untuk Naura. Bukan hanya sekali dua kali, tapi dia selalu mendapatkan hukuman atas kesalahan yang Rico perbuat."Kau harus ingat ya. Kau di sini hanya menumpang, jika bukan karena pamanmu, perusahaan papamu itu sudah lama bangkrut!” pekik Rita tanpa belas kasih. “Jangan harap kau bisa mendapatkan sedikit dari harta ini, karena semua harta warisan milikmu sudah habis untuk membayar utang papamu. Jadi kau harus sadar diri!" katanya sambil menarik rambut Naura dan mencampakkannya dengan kasar hingga gadis itu terjatuh ke lantai."Arghh!" Suara rintihan kesakitan kembali keluar dari mulut gadis itu. Ia meratapi nasibnya yang menyedihkan. Sementara itu, Rita dan putranya menatap Naura sambil tersenyum sinis. Bagi mereka semakin Naura menderita, maka semakin membuat mereka bahagia."Cepat bangun! Siapkan makan malam, sebentar lagi pamanmu akan pulang!” kata Rita sambil menendang kaki Naura. “Ingat! Masak yang banyak dan juga enak, karena malam ini kita kedatangan tamu," ucapnya sambil lalu melangkahkan kakinya meninggalkan gadis yang masih tersungkur di lantai."Bagaimana? Seharusnya kau menerima tawaranku dengan suka rela,” kata Rico sambil berjongkok, mengangkat dagu Naura agar bersitatap dengannya. “Apa susahnya memberikan keperawananmu kepadaku? Kalau kau memberikannya, aku berjanji akan memberikanmu uang.”Senyum mesum pria itu benar-benar membuat Naura merasa jijik."Aku tidak butuh uangmu!" kata Naura dengan sisa-sisa keberanian. Sampai kapanpun dia tidak akan mau memberikan kesuciannya kepada pria bejat seperti Rico. "Cih!” Rico mendecih sambil melepas dagu Naura. “Kau lihat saja, aku akan mendapatkannya dengan cuma-cuma," katanya sambil tersenyum remeh, sebelum akhirnya pergi meninggalkan Naura sendiri. "Ma, Pa … kenapa kalian meninggalkanku seperti ini?” Naura terisak, menangisi keadaan yang begitu kejam. “Seharusnya kalian membawaku pergi bersama kalian. Aku sudah tidak sanggup lagi ….” ***Dengan tertatih-tatih, Naura menyiapkan makan malam di atas meja makan. Seluruh tubuhnya masih terasa sakit karena pukulan rotan yang diluncurkan sang tante ke tubuhnya. Namun, Naura tidak mengeluh sedikitpun. Dia tetap harus kuat dan tegar menerima siksaan yang diberikan oleh anak dan istri sang paman, keluarga satu-satunya yang dia miliki saat ini.Tanpa dia sadari, ternyata seorang pria tengah menatapnya. Pria yang sudah matang, tetapi masih terlihat sangat menggoda karena tubuh kekar dan wajahnya yang rupawan. Pria itu terus menatap Naura dengan tatapan yang sulit diartikan.“Siapa dia?” tanyanya dengan suara rendah."Dia adalah Naura, putri mendiang kakak saya, Tuan," jawab Heri, paman Naura.Pria itu tersenyum tipis sambil terus menatap Naura yang sibuk menata masakannya di atas meja."Sayang! Kamu sudah pulang?" tanya Rita ketika melihat sang suami memasuki ruang makan."Sayang! Kenalkan, dia adalah Tuan Leon Arvando," ucap Heri memperkenalkan rekan bisnisnya itu kepada sang istri."Selamat datang, Tuan! Maaf, jika sambutan kami tidak terlalu memuaskan," ucap Rita tersenyum dengan ramah."Tidak masalah! Mendapatkan undangan makan malam bersama keluarga ini saja saya sudah merasa terhormat," ucap Leon sambil tersenyum misterius. "Ayo duduk, Tuan," ucap Heri mempersilahkan.Melihat rekan kerja sang paman telah datang, Naura langsung bergegas meninggalkan ruang makan. Dia perlahan melangkahkan kakinya meninggalkan kedua rekan bisnis itu. Melihat kepergian gadis itu, Leon hanya bisa terdiam sambil menatap punggung Naura yang perlahan menjauh."Ekhem!” Leon berdeham, menatap sepasang suami istri di hadapannya. Raut wajahnya mendadak terlihat datar. “Saya harus mengungkit hal ini sekarang. Saya butuh jaminan untuk hutang kalian," katanya, menatap tajam pada Heri dan juga istrinya.Mendengar ucapan Leon, seketika Heri dan juga Rita langsung terdiam. Mereka tidak menyangka jika Leon akan mengungkit utang piutangnya saat ini. Jujur saja, mereka tidak tahu harus membayar semua hutang mereka menggunakan apa. Apalagi untuk saat ini keuangan perusahaan mereka sedang merosot. "Untuk saat ini kami tidak mempunyai barang ataupun aset yang bisa kami berikan kepada Anda, Tuan,” kata Heri sambil menelan ludah gugup. “Tapi kami punya barang bagus yang bisa kami berikan untuk menjadi jaminan semua utang kami. Saya yakin Anda tidak akan kecewa!" Tiba-tiba Rita menyela ucapan suaminya, membuat perhatian kini tertuju padanya. Mendengar ucapan sang istri, Heri langsung menatap istrinya itu penuh kebingungan. Jujur dia tidak tahu apa yang ada di dalam pikiran istrinya itu. "Barang? Barang apa yang kamu maksud, Sayang?" bisik Heri pada istrinya, penuh kebingungan. "Naura," bisik Rita sambil tersenyum penuh arti. Heri yang awalnya bingung, langsung mengerti maksud istrinya. Dan ia merasa itu adalah ide yang cemerlang! Sementara Leon hanya diam dengan ekspresi tidak terbaca di kursinya, menatap sepasang suami istri yang sibuk bersiasat di hadapannya. “Tuan, Anda boleh membawa keponakan kami yang tercinta, sebagai jaminan untuk semua utang-utang kami,” kata Heri kemudian. Leon hanya tersenyum miring mendengar ucapan Heri. “Saya jamin, Tuan tidak akan kecewa. Dia bisa melakukan apapun untuk Anda,” ujar Heri dengan penuh keyakinan, berharap Leon akan menyetujui rencana gilanya. “Apapun?” ulang Leon dengan suara baritonnya yang khas. “Ya, apapun!” Rita ikut memprovokasi. “Dia adalah gadis tercantik di kota ini, tidak ada yang pernah menyentuhnya sebelumnya. Saya yakin, dia pasti akan memuaskan Anda!” Bersambung.......Bersihkan dirimu, lalu pakai kebaya ini. Sebentar lagi ada orang yang akan mendandanimu!"Naura mengerjapkan mata bingung saat Rita tiba-tiba masuk ke dalam kamarnya sambil membawa sepasang kebaya dan melemparkannya pada Naura. Gadis yang baru saja bangun itu terlihat bingung. "Memangnya ada acara apa, Tante?" "Apa kau lupa kalau papamu meninggalkan hutang yang sangat banyak? Bahkan kami juga harus mengeluarkan banyak uang untuk membesarkanmu sampai saat ini. Jadi, anggap saja kau harus membayarnya dengan cara ini," gerutu Rita panjang lebar, sama sekali tidak menjawab pertanyaan Naura. “Aku tidak meng—”"Kau harus menikah!” sela Rita tampak kesal. “Kau harus menikah untuk melunasi semua hutang papamu dan juga membayar semua biaya yang kami keluarkan untukmu!” “Me-menikah? Apa maksud—” “Lebih tepatnya kau hanya akan dijadikan sebagai pemuas ranjang!” kata Rita sambil melipat kedua tangannya di dada. Ia tersenyum sinis pada keponakannya itu. “Jadi jangan terlalu berharap!”"Kalian
"Mommy mau kan berfoto denganku dan juga daddy? Sama seperti teman-teman Ray yang lainnya. Mereka memiliki foto keluarga, ada mommy dan juga daddy mereka. Bahkan ada juga bersama kakak atau adik mereka. Sedangkan Raygan," ucap Raygan sedih sambil menatap foto-foto yang terpajang di dinding kamarnya. Foto yang memperlihatkan kebahagiaannya bersama sang daddy, walaupun tidak ada sosok mommy di samping mereka. "Ray! Apa tugas sekolahmu sudah selesai?" tanya Leon mengalihkan pembicaraan. "Baiklah! kita akan berfoto bersama. Mommy, Ray dan juga daddy," ucap Naura tersenyum manis sambil memgusap lembut wajah Raygan. "Benarkah mom?" tanya Raygan penuh semangat. Bocah itu tidak menyangka jika akhirnya keinginannya selama ini akhirnya terkabul juga. Dimana dia akan memiliki foto keluarga yang lengkap, sama seperti teman-temannya. "Benar sayang," ucap Naura tersenyum hangat. "Bisakah kita bicara sebentar?" tanya Leon menatap istrinya itu dengan tatapan datar. "Em!" Naura hanya mengangguk p
Seorang pria sedang sibuk memeriksa dokumen yang ada di tangannya. Dia membuka lembaran dokumen itu satu persatu, tidak lupa dia membaca setiap tulisan di dokumen itu dengan teliti sambil sesekali mengusap wajahnya kasar. Terlihat dengan jelas jika sorot matanya memancarkan kemarahan yang sangat besar. "Apa kau sudah yakin jika informasi ini benar?" tanya Leon menatap Arga sang asisten dengan tatapan datar."Sudah, Tuan! Saya sendiri yang mencari informasi itu, jadi tidak mungkin salah," ucap Arga dengan penuh keyakinan."Baiklah! aku percaya kepadamu. Posisi sekertarisku masih kosong bukan?""Ia, Tuan! tapi sudah ada tiga berkas yang masuk untuk melamar di posisi itu. Bahkan besok mereka sudah di hubungi untuk melakukan interview.""Batalkan saja! aku sudah menemukan orang yang tepat untuk menduduki posisi itu," ucap Leon dengan tegas."Baik, Tuan!" Arga hanya bisa mengangguk patuh mendengar perintah bosnya itu.Leon hanya tersenyum tipis sambil menatap dokumen yang ada di tangannya
Saat membuka pintu, mata Leon langsung tertuju kearah wanita yang sedang tertidur di atas sofa. Terlihat wanita itu tertidur dengan begitu lelap, sehingga membuat pria itu menjadi tidak enak untuk membangunkannya. Namun, ketika melihat wajah teduh wanita itu, tiba-tiba ingatannya langsung tertuju pada masa lalu. "Maaf! Aku minta maaf karena baru menemukannya sekarang. Aku berjanji, akan mendidiknya menjadi seperti dirimu." Leon hanya bisa menatap wajah Naura dengan tatapan yang tidak bisa di artikan. Dia terus menatap wajah wanita yang baru dia nikahi itu tanpa berani menyentuhnya. Dari posisi tidur sang istri, dia tau jika wanita itu tertidur karena menunggunya. Ntah apa tujuan Leon menikahi Naura, akan tetapi ada rahasia besar di balik pernikahan itu. Jika karena nafsu, sudah pasti dia mengambil haknya malam ini juga, tetapi dia terlihat tidak tertarik untuk melakukan hal itu. Melihat Naura yang hanya menggunakan kemeja putih miliknya, kening pria itu tiba-tiba mengerut. Padahal d
"Apa kau sudah mempelajari semua berkas yang papa berikan?" Tanya Heri menatap sang putra yang asik memainkan ponsel. "Ia, Pa! Papa tenang saja, Rico pasti bisa," Ucap Rico santai sambil terus bermain game online. Melihat kelakuan putranya itu, Heri hanya bisa membuang napasnya pelan. Dia hanya bisa berdoa semoga putranya itu tidak membuat malu di rapat nanti. Hingga akhirnya mereka berhenti di depan bangunan mewah yang berdiri kokoh. Rico menatap bangunan itu dengan tatapan penuh kekaguman, bagaimana tidak, bangunan itu jauh lebih besar dan juga mewah dari kantor sang papa. "Pa! Apa ini kantor milik pria tua itu?" Tanya Rico sambil terus menatap kantor Leon tanpa berkedip. "Benar! Jadi kau harus jaga sikapmu. Jangan sampai gara-gara kelakuanmu yang tidak beradap, Tuan Leon membatalkan kerja samanya dengan perusahaan kita," Ucap Heri ketus lalu melangkahkan kakinya memasuki kantor itu. Sesampainya di ruang rapat, dia melihat beberapa pengusaha penting yang sudah hadir untuk mela
Mommy!" pekik Raygan ketika melihat sang mommy berdiri di depan gerbang sekolah untuk menunggu kepulangannya. Senyuman di wajah polos bocah itu terlihat dengan jelas. Sudah lama dia memimpikan hal ini, hal yangsangat sederhana, akan tetapi sangat bermakna di hati kecilnya."Jagoan mommy sudah pulang. Bagaimana sekolahnya? Apa menyenangkan?'' Tanya Naura sambil mengusap lembut puncak kepala Raygan."Hari ini Raygansangat senang. Karena akhirnya Raygan bisa mengatakan kepada teman-teman Raygan jika Raygan juga punya mommy," ucap Raygan tersenyum penuh percaya diri."Ray! apakah dia mommymu?" tanya Bimo, teman sekelas Raygan."Ia! dia adalah mommyku. Aku uga punya mommy sama sepertimu," ucap Rayga mengenggam tangan Naura. "Tapi saya perhatikan kalian tidak mirip sama sekali. Apalagi melihat mommymu itu yang masih sangat muda. Saya rasa dia tidak mungkin mommy kandungmu, atau jangan-jangan," ucap Tania, mama Bimo tersenyum sinis."Stop! jaga mulut Anda jika berbicara di depan putra saya
"Mom! Apa benar mommy itu mommy tiri Ray?" Deg...Jantung Naura langsung berdegup kencang mendengar pertanyaan putra sambungnya itu. Walaupun usianya masih sangat muda, akan tetapi Raygan memiliki pemikiran yang sangat dewasa. Jadi, walaupun Tania tidak mengucapkan secara langsung, tetapi dia dapat mengerti apa maksud ucapan wanita itu."Sayang! Kamu tidak perlu memikirkan perkataan mereka." Naura memilih untuk tidak membahas masalah itu lagi. "Tapi Ray juga berhak tahu, Mom," ucap Raygan dengan tegas. Sudah cukup selama ini dia di bully oleh teman-temannya, memang dia tidak masalah mendapatkan hinaan dan ejekan dari mereka. Namun, dia tidak terima jika ada orang yang menyakiti Naura, wanita yang telah memberikan kasih sayang seorang ibu untuknya. Mendengar ucapan Raygan, Naura hanya bisa diam membisu. Mulutnya seperti terkunci, sehingga dia tidak bisa mengucapkan sepatah katapun."Sayang!" ucap Naura menatap Raygan dengan mata yang berkaca-kaca."Kebohongan tidak akan pernah bisa
"Sayang! Ikut Mommy Naura ke kamarmu ya," Ucap Leon mengusap lembut air mata Raygan. "Naura! Bawa Raygan ke kamarnya." Naura hanya mengangguk patuh mendengar perintah Leon. "Sayang!" Ucap Naura dengan lembut sambil membawa Raygan menjauh. Melihat Naura dan Raygan telah pergi, Grace langsung tersenyum kecil. Dia berjalan mendekati Leon dengan senyuman yang melingkar di wajah cantiknya. Dia sangat yakin jika Leon akan menyambut kedatangannya dengan baik. "Kenapa kau kembali?" Tanya Leon dengan raut wajah yang tidak bisa di artikan. Sehingga membuat senyuman yang sejak tadi melingkar di wajah Grace langsung menghilang dalam seketika. "Sayang! Kenapa kau bertanya seperti itu? Aku sudah kembali, sekarang lebih baik kita buka lembaran baru bersama-sama. Bersama putra kita," Grace merangkul mesra lengan Leon lalu menyandarkan kepalanya di dada bidang pria itu. "Maaf! Kami tidak membutuhkanmu lagi." Leon langsung mendorong tubuh Grace agar menjauh darinya. Tidak banyak bicara, dia langs