"Jadi tuan!" Naura menatap Leon dengan tatapan yang tidak bisa di artikan. Matanya memerah dan berair, akan tetapi dia tetap berusaha untuk membendung air matanya agar tidak terjatuh. "Maaf! Kau tidak akan pernah bisa mengantikan posisi Shella. Jadi kau harus tau posisimu," Ucap Leon singkat lalu melangkahkan kakinya meningalkan Naura. Dia pergi ke kamar untuk beristirahat tanpa memperdulikan keadaan Naura saat ini. Jantung Naura seakan berhenti berdetak mendengar ucapan Leon. Sakit, tapi tidak berdarah. Dia di nikahi bukan karena cinta, akan tetapi hanya di jadikan untuk balas dendam. Walaupun dendam itu juga ada hubungannya dengan dirinya. "Mama!" Naura langsung jatuh tersungkur sambil memegang dadanya. Air matanya mengalir dengan deras, di ikuti dengan suara isak tangis yang tidak sanggup dia tahan lagi. Dia sadar jika saingannya untuk mendapatkan hati Leon bukanlah wanita lain, akan tetapi sosok ibunya sendiri. "Papa! Kenapa rasanya sesakit ini? Apa aku tidak berhak untuk di
Di pagi hari Heri dan keluarganya di sambut dengan pemandangan yang tidak terduga. Melihat beberapa polisi dan juga wartawan mengelilingi kediaman mereka, Heri dan Rita hanya bisa terdiam ketakutan. Keadaan yang selama ini mereka paling takuti akhirnya tiba juga. "Pa! Kenapa polisi datang ke sini?" Tanya Rita menatap Heri yang sedang duduk meringkuk di sofa. "Kita tidak bisa kabur lagi. Polisi sudah mengepung semua tempat ini," Ucap Heri dengan tubuh bergetar. Harta dan kekuasaan telah membutakan mata hatinya, sehingga dia melakukan berbagai rencana licik untuk mendapatkan apa yang dia inginkan. Kini buah yang dia tanam telah siap untuk di petik, hingga akhirnya dia harus mempertanggung jawabkan semua yang dia lakukan selama ini. "Maaf, Tuan! Nyonya muda ingin bertemu," Ucap seorang pelayan menghampiri Rita dan Heri. "Maaf! Aku tidak punya waktu untuk menunggu," Ucap Naura menghampiri Heri tanpa menunggu persetujuan darinya. "Kau!" Heri menatap Naura dengan mata berkaca-kaca. Ga
Heri duduk termenung di sudut ruangan yang begitu sempit. Ruangan yang begitu gelap tanpa ada lagi kemewahan, yang ada hanya ada satu kasur lusuh yang akan menjadi alas tidurnya. Hidupnya kini berubah drastis, dulu dia selalu di hujani kemewahan. Dia selalu bisa mendapatkan apa yang dia inginkan, bahkan begitu banyak orang yang datang untuk memujinya. Namun, itu semua hanya sebuah kenangan. Jangankan harta dan tahta, teman dekat ataupun sahabat sudah menjauh dan tidak perduli lagi. Di saat seperti ini dia baru sadar jika di dunia ini kita akan di sanjung jika memiliki uang. Sudah dua hati dia menekam di dalam penjara, akan tetapi tidak ada satupun orang yang datang untuk mengunjunginya. Jangankan membantu, menanyakan keadaannya saja tidak ada. "Ada orang yang ingin menemui Anda," Ucal seorang penjaga membuyarkan lamunannya. Mendengar ada orang yang mengunjunginya, Heri langsung terdiam mematung. Dia berpikir siapa orang yang tiba-tiba datang untuk menemuinya. Padahal pada saat ke
Aku ingin bicara sebentar," Ucap Leon menatap Naura yang sedang menyiapkan makan malam untuk Raygan. "Maaf! Biarkan aku menemani putraku makan terlebih dahulu," Ucap Naura dingin sambil tetap fokus mengisi piring Raygan tanpa menatap pria itu. Leon hanya bisa membuang napasnya pelan mendengar jawaban dari Naura. Dia melanggarkan dasinya lalu duduk bergabung dengan anak istrinya itu. "Tadi Grace menemui Raygan di sekolah," Ucap Naura sambil menyuapkan nasi ke mulutnya. "Mau apa dia?" Tanya Leon menahan amarah. Ternyata tebakannya benar, Grace sedang merencanakan sesuatu untuk menghancurkan keluarganya. Wanita itu memang sangat licik, jadi tidak mungkin dia hanya diam melihat kebahagiaan mereka. Kedatangan wanita itu yang secara tiba-tiba, sudah membawa kecurigaan di hati Leon. Tidak mungkin tiba-tiba dia kembali begitu saja. Pasti ada sesuatu di balik kembalinya mantan istrinya itu. "Tidak ada! Dia hanya ingin menemui Raygan. Tapi sebelum mereka bertemu, aku sudah datang terlebi
Arghhh... sakit, Tante!" teriak seorang gadis ketika sebuah rotan meluncur mulus di kulitnya."Sakit? Ternyata kau tau sakit juga? Ha!" pekik wanita itu, sambil menarik rambut Naura tanpa rasa kasihan sedikit pun."Ampun! Naura minta maaf, Tante. Naura minta maaf," ucap Naura, gadis malang yang selalu mendapat siksaan dari keluarga sang paman."Sudah, Ma! Pukul saja dia. Dia yang merayuku, tapi dia malah menuduhku!” sentak Rico, sepupu Naura. “Dia kira aku ini pria apaan? Kalau aku mau, aku bisa mendapatkan gadis yang lebih cantik darinya!" tambahnya, sambil tersenyum sinis melihat Naura disiksa oleh sang mama.Sebenarnya, Rico sangat mengagumi kecantikan Naura. Namun, dia merasa gengsi untuk mengakuinya. Itulah sebabnya dia selalu merayu Naura secara diam-diam, bahkan sering mencoba melecehkan gadis itu, walaupun dia selalu gagal."Katakan! Apa kau ingin menuduh putraku lagi?" Rita menatap geram gadis itu. Tentu saja dia lebih percaya kepada putranya dibandingkan dengan Naura. Walaup
Bersihkan dirimu, lalu pakai kebaya ini. Sebentar lagi ada orang yang akan mendandanimu!"Naura mengerjapkan mata bingung saat Rita tiba-tiba masuk ke dalam kamarnya sambil membawa sepasang kebaya dan melemparkannya pada Naura. Gadis yang baru saja bangun itu terlihat bingung. "Memangnya ada acara apa, Tante?" "Apa kau lupa kalau papamu meninggalkan hutang yang sangat banyak? Bahkan kami juga harus mengeluarkan banyak uang untuk membesarkanmu sampai saat ini. Jadi, anggap saja kau harus membayarnya dengan cara ini," gerutu Rita panjang lebar, sama sekali tidak menjawab pertanyaan Naura. “Aku tidak meng—”"Kau harus menikah!” sela Rita tampak kesal. “Kau harus menikah untuk melunasi semua hutang papamu dan juga membayar semua biaya yang kami keluarkan untukmu!” “Me-menikah? Apa maksud—” “Lebih tepatnya kau hanya akan dijadikan sebagai pemuas ranjang!” kata Rita sambil melipat kedua tangannya di dada. Ia tersenyum sinis pada keponakannya itu. “Jadi jangan terlalu berharap!”"Kalian
"Mommy mau kan berfoto denganku dan juga daddy? Sama seperti teman-teman Ray yang lainnya. Mereka memiliki foto keluarga, ada mommy dan juga daddy mereka. Bahkan ada juga bersama kakak atau adik mereka. Sedangkan Raygan," ucap Raygan sedih sambil menatap foto-foto yang terpajang di dinding kamarnya. Foto yang memperlihatkan kebahagiaannya bersama sang daddy, walaupun tidak ada sosok mommy di samping mereka. "Ray! Apa tugas sekolahmu sudah selesai?" tanya Leon mengalihkan pembicaraan. "Baiklah! kita akan berfoto bersama. Mommy, Ray dan juga daddy," ucap Naura tersenyum manis sambil memgusap lembut wajah Raygan. "Benarkah mom?" tanya Raygan penuh semangat. Bocah itu tidak menyangka jika akhirnya keinginannya selama ini akhirnya terkabul juga. Dimana dia akan memiliki foto keluarga yang lengkap, sama seperti teman-temannya. "Benar sayang," ucap Naura tersenyum hangat. "Bisakah kita bicara sebentar?" tanya Leon menatap istrinya itu dengan tatapan datar. "Em!" Naura hanya mengangguk p
Seorang pria sedang sibuk memeriksa dokumen yang ada di tangannya. Dia membuka lembaran dokumen itu satu persatu, tidak lupa dia membaca setiap tulisan di dokumen itu dengan teliti sambil sesekali mengusap wajahnya kasar. Terlihat dengan jelas jika sorot matanya memancarkan kemarahan yang sangat besar. "Apa kau sudah yakin jika informasi ini benar?" tanya Leon menatap Arga sang asisten dengan tatapan datar."Sudah, Tuan! Saya sendiri yang mencari informasi itu, jadi tidak mungkin salah," ucap Arga dengan penuh keyakinan."Baiklah! aku percaya kepadamu. Posisi sekertarisku masih kosong bukan?""Ia, Tuan! tapi sudah ada tiga berkas yang masuk untuk melamar di posisi itu. Bahkan besok mereka sudah di hubungi untuk melakukan interview.""Batalkan saja! aku sudah menemukan orang yang tepat untuk menduduki posisi itu," ucap Leon dengan tegas."Baik, Tuan!" Arga hanya bisa mengangguk patuh mendengar perintah bosnya itu.Leon hanya tersenyum tipis sambil menatap dokumen yang ada di tangannya