Seorang pria sedang sibuk memeriksa dokumen yang ada di tangannya. Dia membuka lembaran dokumen itu satu persatu, tidak lupa dia membaca setiap tulisan di dokumen itu dengan teliti sambil sesekali mengusap wajahnya kasar. Terlihat dengan jelas jika sorot matanya memancarkan kemarahan yang sangat besar.
"Apa kau sudah yakin jika informasi ini benar?" tanya Leon menatap Arga sang asisten dengan tatapan datar."Sudah, Tuan! Saya sendiri yang mencari informasi itu, jadi tidak mungkin salah," ucap Arga dengan penuh keyakinan."Baiklah! aku percaya kepadamu. Posisi sekertarisku masih kosong bukan?""Ia, Tuan! tapi sudah ada tiga berkas yang masuk untuk melamar di posisi itu. Bahkan besok mereka sudah di hubungi untuk melakukan interview.""Batalkan saja! aku sudah menemukan orang yang tepat untuk menduduki posisi itu," ucap Leon dengan tegas."Baik, Tuan!" Arga hanya bisa mengangguk patuh mendengar perintah bosnya itu.Leon hanya tersenyum tipis sambil menatap dokumen yang ada di tangannya. Dari raut wajahnya, dia seperti menyiapkan sebuah rencana besar. Namun, tidak ada yang tau rencana apa itu, bahkan tidak ada yang berani bertanya tentang isi pikiran pria itu."Lihat saja, kalian akan membayar semua perbuatan kalian. Tinggal menunggu waktu, kalian akan merasakan apa yang seharusnya kalian rasakan," Gumam Leon tersenyum sinis.*****"Ma! Rico minta uang dong. Mau nongkrong dengan teman-teman," ucap Rico menatap kedua orang tuanya yang sedang menghitung isi amplop yang di berikan Leon."Kamu selalu saja nongkrong dengan teman-temanmu yang tidak berguna itu. Apa salahnya kamu belajar untuk mengurus perusahaan. Papa sudah berusaha mati-matian merebut perusahaan itu. Jangan sampai Naura merebutnya kembali," ucap Heri menatap geram putranya yang pemalas itu.Rico memang sosok anak yang sangat manja dan pemalas, bahkan di umurnya yang sudah menginjak 25 tahun, dia sama sekali tidak memiliki pekerjaan sama sekali. Jika dia menginginkan sesuatu, tinggal minta saja kepada sang mama. Jadi dia tidak perlu lelah bekerja untuk mencari uang."Papa berikan saja sebagian uangnya itu. Lagipula kita masih memiliki banyak uang. Tuan Leon memang bodoh, dia begitu mudah mengeluarkan banyak uang untuk mendapatkan gadis sialan itu,'' ucap Rita tersenyum sinis menatap uang pemberian Leon yang masih berserakan di meja."Papa tidak sia-sia membawa pria itu kesini. Selain melemparkan wanita itu keluar dari sini, kita juga mendapatkan uang banyak," ucap Rico tersenyum sinis."Tapi papa merasa ada yang aneh. Kenapa Tuan Leon mau mengeluarkan uang yang banyak untuk mendapatkan Naura.'' tiba-tiba Heri merasakan sesuatu yang janggal atas sikap Leon."Papa seperti tidak tau saja, Tuan Leon itu pria dewasa, bahkan istrinya saja sudah lama tidak terlihat. Mungkin dia hanya ingin menjadikan Naura sebagai pelampiasan. Kita semua tau jika Naura itu hanya gadis bodoh yang tidak berpendidikan. Jadi akan lebih mudah untuk membodohinya," ucap rita tanpa ada rasa bersalah sedikitpun."Mudah-mudahan yang kamu katakan itu benar," ucap Heri berusaha menepis semua rasa cemasnya."Baiklah! kita lupakan saja tentang wanita yang tidak ada gunanya itu. Lebih baik mama kasih aku sebagian uangnya, aku mau berpesta," ucap Rico mengambil beberapa lembar uang merah yang berada di atas meja."Ingat! besok kamu akan mulai bekerja di kantor. Kita tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini. Kita harus mengambil alih seluruh aset Naura secepatnya,'' ucap Heri mengeleng kecil melihat kelakuan putranya itu.Heri memang sudah mengambil alih sebagian harta warisan milik Naura, akan tetapi ada beberapa aset yang belum dia ubah atas namanya. Jadi dia harus bergerak cepat sebelum Naura mengetahui kejadian yang sebenarnya dan mengambil alih semua aset peninggalan kedua orang tuanya. Jika sampai itu terjadi, bukan hanya kehilangan semua kemewahan yang mereka nikmari selama ini, bisa-bisa satu keluarga yang tidak tau malu itu akan jadi gelandangan dan tinggal di kolong jembatan.Tidak perduli dengan omelan sang papa, Rico berjalan dengan santai keluar dari rumah sambil menghitung uang yang dia ambil dari atas meja. Senyuman terus melingkar dengan indah memandang lembaran uang merah yang ada di tanggannya."Tidak apa-apa pria tua itu mendahuluiku, tapi lihat saja! Aku akan mendapatkan tubuhmu secepatnya,'' batin Rico tersenyum sinis membayangkan tubuh indah Naura.Dia menaiki motor kesayangannya lalu melajukannya ke sebuah club malam yang biasa dia kunjungi setiap malam. Dia akan bersenang-senang bersama para gadis malam dan juga para teman tongkrongannya. Mungkin dia akan melampiaskan hasrat yang selama ini dia pendam untuk Naura bersama para wanita penghibur.Sesampainya di club rico langsung turun dari motornya. Dia perlahan memasuki club itu dengan senyuman penuh kebahagiaan, bagaimana tidak, baru saja melewati pintu masuk dia langsung di sambut oleh beberapa cewek seksi dan juga sangat menggoda iman. Dengan cepat dia merlingkarkan kedua tangannya di pinggang dua gadis sekaligus.''Ayo baby! kita bersenang-senang malam ini," ucap Rico sambil menciumi kedua gadis itu secara bergantian.Mereka berjalan menuju panggung dansa dan menari mengikuti iringan musik sambil meminum minuman keras. Terlihat Rico juga mencumbu kedua gadis itu secara bergantian, hingga akhirnya mereka berakhir di ranjang dan saling bergulat satu sama lain."Adikku, sayang! Hidupku memang sangat beruntung. Sangat berbeda dengan dirimu. Kau memang terlahir dari orang tua yang terpandang, akan tetapi takdirmu berkata lain," batin Rico mengingat penderitaan Naura selama ini.Bersambung......Saat membuka pintu, mata Leon langsung tertuju kearah wanita yang sedang tertidur di atas sofa. Terlihat wanita itu tertidur dengan begitu lelap, sehingga membuat pria itu menjadi tidak enak untuk membangunkannya. Namun, ketika melihat wajah teduh wanita itu, tiba-tiba ingatannya langsung tertuju pada masa lalu. "Maaf! Aku minta maaf karena baru menemukannya sekarang. Aku berjanji, akan mendidiknya menjadi seperti dirimu." Leon hanya bisa menatap wajah Naura dengan tatapan yang tidak bisa di artikan. Dia terus menatap wajah wanita yang baru dia nikahi itu tanpa berani menyentuhnya. Dari posisi tidur sang istri, dia tau jika wanita itu tertidur karena menunggunya. Ntah apa tujuan Leon menikahi Naura, akan tetapi ada rahasia besar di balik pernikahan itu. Jika karena nafsu, sudah pasti dia mengambil haknya malam ini juga, tetapi dia terlihat tidak tertarik untuk melakukan hal itu. Melihat Naura yang hanya menggunakan kemeja putih miliknya, kening pria itu tiba-tiba mengerut. Padahal d
"Apa kau sudah mempelajari semua berkas yang papa berikan?" Tanya Heri menatap sang putra yang asik memainkan ponsel. "Ia, Pa! Papa tenang saja, Rico pasti bisa," Ucap Rico santai sambil terus bermain game online. Melihat kelakuan putranya itu, Heri hanya bisa membuang napasnya pelan. Dia hanya bisa berdoa semoga putranya itu tidak membuat malu di rapat nanti. Hingga akhirnya mereka berhenti di depan bangunan mewah yang berdiri kokoh. Rico menatap bangunan itu dengan tatapan penuh kekaguman, bagaimana tidak, bangunan itu jauh lebih besar dan juga mewah dari kantor sang papa. "Pa! Apa ini kantor milik pria tua itu?" Tanya Rico sambil terus menatap kantor Leon tanpa berkedip. "Benar! Jadi kau harus jaga sikapmu. Jangan sampai gara-gara kelakuanmu yang tidak beradap, Tuan Leon membatalkan kerja samanya dengan perusahaan kita," Ucap Heri ketus lalu melangkahkan kakinya memasuki kantor itu. Sesampainya di ruang rapat, dia melihat beberapa pengusaha penting yang sudah hadir untuk mela
Mommy!" pekik Raygan ketika melihat sang mommy berdiri di depan gerbang sekolah untuk menunggu kepulangannya. Senyuman di wajah polos bocah itu terlihat dengan jelas. Sudah lama dia memimpikan hal ini, hal yangsangat sederhana, akan tetapi sangat bermakna di hati kecilnya."Jagoan mommy sudah pulang. Bagaimana sekolahnya? Apa menyenangkan?'' Tanya Naura sambil mengusap lembut puncak kepala Raygan."Hari ini Raygansangat senang. Karena akhirnya Raygan bisa mengatakan kepada teman-teman Raygan jika Raygan juga punya mommy," ucap Raygan tersenyum penuh percaya diri."Ray! apakah dia mommymu?" tanya Bimo, teman sekelas Raygan."Ia! dia adalah mommyku. Aku uga punya mommy sama sepertimu," ucap Rayga mengenggam tangan Naura. "Tapi saya perhatikan kalian tidak mirip sama sekali. Apalagi melihat mommymu itu yang masih sangat muda. Saya rasa dia tidak mungkin mommy kandungmu, atau jangan-jangan," ucap Tania, mama Bimo tersenyum sinis."Stop! jaga mulut Anda jika berbicara di depan putra saya
"Mom! Apa benar mommy itu mommy tiri Ray?" Deg...Jantung Naura langsung berdegup kencang mendengar pertanyaan putra sambungnya itu. Walaupun usianya masih sangat muda, akan tetapi Raygan memiliki pemikiran yang sangat dewasa. Jadi, walaupun Tania tidak mengucapkan secara langsung, tetapi dia dapat mengerti apa maksud ucapan wanita itu."Sayang! Kamu tidak perlu memikirkan perkataan mereka." Naura memilih untuk tidak membahas masalah itu lagi. "Tapi Ray juga berhak tahu, Mom," ucap Raygan dengan tegas. Sudah cukup selama ini dia di bully oleh teman-temannya, memang dia tidak masalah mendapatkan hinaan dan ejekan dari mereka. Namun, dia tidak terima jika ada orang yang menyakiti Naura, wanita yang telah memberikan kasih sayang seorang ibu untuknya. Mendengar ucapan Raygan, Naura hanya bisa diam membisu. Mulutnya seperti terkunci, sehingga dia tidak bisa mengucapkan sepatah katapun."Sayang!" ucap Naura menatap Raygan dengan mata yang berkaca-kaca."Kebohongan tidak akan pernah bisa
"Sayang! Ikut Mommy Naura ke kamarmu ya," Ucap Leon mengusap lembut air mata Raygan. "Naura! Bawa Raygan ke kamarnya." Naura hanya mengangguk patuh mendengar perintah Leon. "Sayang!" Ucap Naura dengan lembut sambil membawa Raygan menjauh. Melihat Naura dan Raygan telah pergi, Grace langsung tersenyum kecil. Dia berjalan mendekati Leon dengan senyuman yang melingkar di wajah cantiknya. Dia sangat yakin jika Leon akan menyambut kedatangannya dengan baik. "Kenapa kau kembali?" Tanya Leon dengan raut wajah yang tidak bisa di artikan. Sehingga membuat senyuman yang sejak tadi melingkar di wajah Grace langsung menghilang dalam seketika. "Sayang! Kenapa kau bertanya seperti itu? Aku sudah kembali, sekarang lebih baik kita buka lembaran baru bersama-sama. Bersama putra kita," Grace merangkul mesra lengan Leon lalu menyandarkan kepalanya di dada bidang pria itu. "Maaf! Kami tidak membutuhkanmu lagi." Leon langsung mendorong tubuh Grace agar menjauh darinya. Tidak banyak bicara, dia langs
"Tuan!" Ucap Arga menatap Leon yang masih fokus dengan tumpukan dokumen yang ada di hadapannya. "Hem!" Leon hanya berdehem, tanpa menoleh sedikitpun. Tatapannya tetap tertuju pada dokumen yang ada di tangannya. Walaupun dia terlihat sangat lelah, tetapi dia tetap fokus dengan tumpukan dokumen itu. "Sepertinya tuan sangat kelelahan. Lebih baik tuan istirahat saja, biar saya yang memberiksa dokumen ini,""Tidak! Saya akan memeriksanya sendiri. Sebentar lagi juga selesai," Ucap Leon terus membuka lembaran dokumen itu. Pernikahannya dan Naura sudah berjalan selama dua minggu, akan tetapi hari-harinya selalu dia habiskan di kantor. Pergi sebelum Naura bagun, dan pulang setelah Naura tidur terlelap. Bahkan mereka hanya berbicara di kantor saja, itupun hanya mengenai masalah pekerjaan saja. Setelah kedatangan Grace, pria itu terlihat lebih tertutup dari biasanya. Walaupun aslinya dia memang seperti itu. "Tuan! Apa Anda tidak ingin menghabiskan waktu dengan nyonya besar?" Tanya Arga member
"Arggh! Sial. Kenapa tiba-tiba keuangan perusahaan kita bisa menurun seperti ini? Bukankah perusahaan Tuan Leon sudah memberikan bantuan kepada perusahaan ini?" Tanya Heri melemparkan berkas yang berisi laporan keuangan kantor. "Ma... Maaf, Tuan! Tapi," "Tapi apa?" Tidak membiarkan manager keuangan berbicara, Heri terus saja nyerocos tiada henti. Walaupun sudah mendapatkan uang yang begitu banyak dari Leon, tidak membuat nasib keuangannya semakin membaik. Kepalanya terasa ingin pecah melihat keadaan perusahaan yang semakin hancur. "Tuan Rico mengunakan uang perusahaan, Tuan!" Jelas manager keuangan itu tidak mau menjadi sasaran kemarahan Heri. Rico yang berbuat ulah, kenapa dia yang harus mendapatkan hukumannya. "Apa! Dimana anak itu?" "Di... Di ruangannya, Tuan!"Tidak banyak bicara, Heri langsung bergegas menuju ruangan Rico. Matanya memerah, rahannya langsung mengeras, seakan ingin menerkam setiap orang yang mendekat. Melihat ekspresi Heri yang menakutkan, semua karyawan yang d
"Sekali lagi kau menatap istriku seperti itu, akan kupastikan kau tidak bisa melihat lagi untuk selamanya." Leon menatap Rico dengan tatapan elangnya. "Ayo!" Ucap Leon menarik tangan Naura menuju mobil."Ternyata Tuan bisa cemburu juga," Batin Arga tersenyum kecil melihat tingkah tuan besarnya itu."Jaga sikapmu jika kau ingin hidup. Ingat! Nyonya Naura yang sekarang adalah Nyonya besar keluarga Arvando. Jika sekali lagi kau melakukan kebodohan ini, maka tidak akan ada kata ampun untukmu,'' ucap Arga dengan tegas, lalu pergi meningalkan Rico yang sedang menahan sajit karena bugeman mentah dari Loen."Arghh! Sial. Kenapa nasibku hari ini sangat sial?'' pekik Rico dengan kesal. Sudah jatuh, tertimpa tangga lagi, itulah yang dirasakan Rico saat.Sedangkan Leon langsung membawa Naura ke mobil. Tidak lupa dia membukakan pintu untuk sang istri. Naura hanya diam melihat sikap suaminya itu. Tentu dia tidak mau mengambil hati dari setiap setiap perlakuan baik sang suami, demi kebaikan dirinya