Share

Bab 8

"Nanti malam ada sebuah undangan acara ulang tahun perusahaan, kamu ikut denganku jika kamu tidak pergi dengan Richard. Kita pergi bertiga dengan asisten pribadiku."

"Baik, Tuan!" Jawab Azalea.

"Kau masih memanggilku Tuan, Nyonya Pranata?" Dilan menatap Azalea dengan bibir yang terangkat sebelah.

"Anda pemilik perusahaan ini, jadi wajar saja jika saya memanggil Anda 'Tuan,' tapi saya harap, Anda tidak memanggil saya dengan panggilan Nyonya Pranata kembali, saya tidak ingin orang lain mengetahui status saya sebagai istri Tuan Richard." Azalea memasang wajah datar.

Dilan menautkan alisnya karena merasa bingung mendengar Azalea tidak ingin diketahui sebagai Richard, yang kebanyakan para wanita menginginkan panggilan tersebut.

"Kenapa? Bukankah seharusnya kamu senang menjadi istri seorang Richard? Pemuda sukses dan ditakuti semua orang di kota ini?" tanya Richard.

"Tidak. Saya tidak ingin semua orang takut pada saya. Saya ingin menjadi diri saya sendiri tanpa ada yang menjauh karena mengetahui status saya sebagai istri seorang Tuan Richard," ucap Azalea.

Dilan pun mengangguk-anggukkan kepalanya. Meski Richard pengusaha kaya raya, tapi tidak ada media yang berani mengekspos kehidupan pribadi pria itu tanpa izin.

"Tapi, tidak ada hal lain yang kalian sembunyikan 'kan?" tanya Dilan menata Azalea curiga.

"Mau ada atau pun tidak, itu bukan urusan Anda, Tuan! Selain itu, saya tidak ingin orang-orang mengatakan bahwa saya sama sekali tidak cocok bersanding dengan Tuan Richard. Kita beda status, jadi jika orang tau tentang jati diri saya, maka saya hanya akan membuat Tuan Richard malu," ucap Azalea.

Dilan mengangguk-anggukkan kepalanya. "Baiklah, jika memang itu yang kamu inginkan, nanti malam kamu ikut! Aku akan mengenalkanmu pada beberapa teman bisnisku," ucap Dilan.

"Tapi, Tuan saya belum minta izin dan saya ... "

"Apa Richard tahu kalau kamu bekerja?" Dilan menatap Azalea lekat.

Tanpa berniat ingin melanjutkan ucapannya, wanita itu mengangguk, hingga membuat pria tersebut mengembangkan senyumnya.

"Ya sudah, kamu hubungi dia sekarang? Apakah dia mengizinkan kamu pergi atau tidak? Jika tidak, maka aku tidak akan memaksamu!" ucap Dilan.

Azalea menghembuskan nafasnya yang terasa berat, lalu ia mengambil ponselnya untuk menghubungi sang suami. Akan tetapi, ia tersadar bahwa ia tidak memiliki nomor ponsel Richard maupun Reno.

"Kenapa?" tanya Dilan yang melihat wajah Azalea kebingungan.

"Maaf Tuan, saya belum sempat minta nomor suamiku," ucap Azalea tersenyum kaku.

Mendengar Azalea tidak punya nomor suaminya, seketika tawa Reno pecah yang membuat Azalea menaikkan sebelah alisnya. "Apa ada yang lucu, Tuan?"

Dilan menghentikan tawanya, lalu ia menatap Azalea yang memasang wajah kesal. "Tentu saja. Kalian suami istri gimana, sih? Masak iya kamu tidak punya nomor suami kamu sendiri?" Dilan menggeleng-gelengkan kepalanya.

Azalea hanya terdiam, karena ia tidak ingin membicarakan tentang rumah tangganya pada siapapun, sementara Dilan mengambil ponselnya sendiri. "Baca nomor ponselmu!" titah Dilan.

"Untuk apa, Tuan?" tanya Azalea curiga.

"Kau sekretarisku Sekarang. Jika aku tidak punya nomor ponselmu, bagaimana aku bisa menghubungi kamu jika ada pekerjaan penting?"

Azalea sejenak berpikir, dan ia pun pasrah, lalu menyerahkan nomor ponselnya pada sang atasan.

"Aku kirim nomor Richard ke nomormu! Hubungi dia sekarang!" Perintahnya.

Azalea pun membuka pesan dari Dilan, lalu ia menghubungi nomor sang suami, tetapi sambungannya langsung terputus hingga membuat wanita itu mengerdilkan bahunya.

"Ditolak." Azalea menatap Dilan kecewa.

"Ya sudah, nanti saya pamit saat dia pulang saja," ucap Azalea tersenyum kaku.

"Jangan, takutnya dia langsung ke pesta jika dia tidak mengajakmu. Lebih baik kamu hubungi Reno saja!"

"Tapi, Tuan ... "

"Ini perintah! Nomornya sudah aku kirim!" ucap Dilan.

Azalea yang tidak punya pilihan, akhirnya ia mencoba menghubungi Reno dan beberapa saat kemudian Reno mengangkat panggilannya.

"Iya, Nona?"

"Aku ingin bicara sama Tuan Richard." Azalea.

"Maaf, Nona! Tuan Muda sedang rapat! Apa ada yang penting?" tanya Reno.

"Tidak! Aku hanya ingin memintaku izin menghadiri pesta malam ini," ucap Azalea.

"Baiklah, saya akan menyampaikan pesan Anda pada Tuan Muda!"

Setelah itu, Reno melangkahkan kakinya menuju ruangan CEO. Lalu, ia mengetuk pintu ruangan tersebut dengan begitu pelan.

"Masuk!" titah Richard dari dalam.

Reno pun membuka pintu, dan ia pun mengalihkan tatapannya saat melihat pemandangan yang membuat ia begitu kesal.

"Ada apa?" tanya Richard yang memasang wajah datar.

Pria itu duduk di kursi CEO dengan Wulan yang duduk di pangkuannya sambil terus memainkan dasi tanpa memperdulikan kehadiran Reno.

"Nona Azalea menghubungi Anda, Tuan! Nona minta Izin untuk pergi ke pesta malam ini," ucap Reno.

"Pesta?" Richard mengerutkan kening.

"Iya, Tuan!"

"Ya sudah, terserah dia saja!" ucap Richard dengan wajah tidak perduli.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status