Share

4. apa mereka bulan madu?

Aku tersengal selagi masih mencengkeram kerah baju suamiku dan menatapnya dengan tatapan, Aku ingin berteriak tapi tenggorokanku tercekat dan nafasku seolah-olah diikat dengan batu yang sangat besar. Nafasku sesak begitu membayangkan kalau dia sudah seminggu menikah, mereka tentu saja bulan madu. Di malam Minggu kemarin mereka pasti sudah sangat berbahagia dan menumpahkan madu asmara. Pecah telur, pecah perawan.

Ya Tuhan aku meracau, aku gila, pikiranku runyam membayangkan bagaimana mereka saling berpelukan, itu membuatku gila.

"Katakan Apakah kau sudah tidur dengan wanita itu!"

Suamiku hanya menelan ludah yang berarti kalau dia membenarkan pertanyaan itu. Aku langsung gelap mata, aku memukulnya, menamparnya dan mencakar wajahnya, menjampak rambutnya, memukuli dada dan perutnya tapi dia diam saja, membisu dan hanya berdiri seolah-olah pukulanku sama sekali tidak sakit.

Aku memukulnya sampai aku tersengal dan jatuh sendiri karena kelelahan. Sebenarnya, aku sudah tahu memukuli dan menegur Orang yang jatuh cinta tidak akan mempan. Pukulannya itu hanya seperti sebuah sentilan yang tidak akan ada rasanya sama sekali. Percuma semuanya.

"Teganya kau menyakitiku membohongiku! Bisa-bisanya kau bercinta tanpa membayangkan bagaimana sakitnya hatiku Jika aku tahu!"

"Iklima itu hanya kewajiban sebagai laki-laki."

"Kewajiban!?"aku kembali menggeram mendengar dia menggumamkan kata kewajiban.

"Kemarin kau menuruti keputusan nenekmu sebagai bentuk kewajiban anak dan cucu yang baik kepada keluarganya. Lalu kau sampai membohongiku dan tidak menceritakan apapun padaku, biasanya kau bercerita, tapi untuk yang satu ini kau tidak menceritakannya. Lalu kau menjilat wanita itu dan menidurinya dengan dalil bahwa itu hanya kewajiban tanpa kau menikmatinya sedikitpun, jangan munafik!"

"Sumpah!"

Plak!

Untuk sekali aku aku menamparnya dan dia langsung kehilangan kata-kata sambil memegang pipinya.

"Sumpah? Beraninya kau bersumpah, bagaimana seseorang akan mencapai kenikmatan kalau dia tidak menikmati sesi percintaan. Safia adalah wanita yang cantik dan mempesona, tubuhnya semampai dan langsing, kalau dia ada di antara keluarga maka semua orang akan menatapnya dan aku yakin sejak saat itu kau menyukainya!"

"Tidak."

"Fakta bahwa kau menidurinya membuktikan bahwa kau sama saja dengan laki-laki hidung belang di dunia ini! Jika kau belum menikmati tubuhnya maka aku masih memintamu bercerai, tapi, ketika kau sudah .... aku bisa apa."

"Kau berharap aku bercerai?"

"Setidaknya berpura-puralah untuk menunjukkan bahwa kau tidak menyukai wanita itu sehingga aku tidak terlalu kecewa, tapi kau terlampau jujur! Gestur dan pandangan matamu menunjukkan bahwa kau sangat mencintainya." Aku langsung menangis dengan tubuh yang meluncur ke lantai dengan lemas. Aku tergugu pilu sementara suamiku masih saja berdiri di tempatnya dan tidak berusaha untuk mengambil hatiku.

"Haruskah besok aku pergi ke kantor polisi dan menggugat Kalau suamiku sudah berani menikah tanpa izin!"

"Jangan..."

"Berarti kamu memalsukan dokumen ketika menikahi dia tanpa sepengetahuanku! Apakah kau memalsukan tanda tanganku!"

"Tidak."

"Jadi kau hanya menikah siri!"

"Iya."

"Karena aku tidak menyetujui pernikahan kalian, maka jatuhkan talakmu kalau begitu!"

"Apa? Baru menikah langsung bercerai?"

"Apa salahnya menjadikan wanita itu janda untuk kedua kalinya dibandingkan harus menjandakan diriku dan membuat anakku kehilangan ayahnya, kau lebih memilih siapa!"

"Kamu memintaku untuk memilih disaat Aku begitu mencintaimu!?"

"Kalau kau mencintaiku kau tidak akan menyakitiku!"

"Jangan meniru dialog film!"

"Dialog film katamu!"

Beraninya ia meremehkan hatiku, meremehkan perasaanku, kalaupun memang dialog film Apakah itu tidak mewakili perasaan si penutur? Ya Allah, sejak kapan suamiku menjadi lelaki yang tidak berperasaan.

"Jadi pesona Wanita itu sudah membutakan dirimu sehingga membuatmu lupa denganku, dengan anak anak kita?"

"Tidak begitu, dia hanya istri kedua, aku berjanji, hanya istri kedua!"

"Apa kau mau membuat kesepakatan denganku?"

"Apa syaratmu hingga kau tak marah marah lagi."

"Kau tidak boleh bertemu dengannya tanpa izinku jika aku tidak mengizinkanmu bertemu sebulan, 2 bulan, bahkan sampai bertahun-tahun maka kau tidak boleh menemuinya."

"Tapi ...."

"Itu jika kau masih mau denganku, hidupku, rumah tanggaku, aturanku!"

"Jangan mengambil alih tugas sebagai kepala rumah tangga!"

"Harus begitu!"

"Jangan pula memberinya uang tanpa izin!"

"Lagi?" Lelaki itu terbelalak.

"Juga, pernikahan kalian hanya sementara, begitu dia mendapatkan calon suami yang layak, maka kau harus meninggalkannya!"

"Apa?"

"Kalau kau tak mau, itu artinya, kita harus bercerai!" jawabku dengan tatapan dingin.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status