Share

Danuranda (Pendekar Nusantara)
Danuranda (Pendekar Nusantara)
Author: Pemalas Penyendiri15

Rawarontek

Daratan Nusantara, Kota Sunda Palapa di wilayah padepokan Tirta Kencana.

Padepokan Tirta Kencana adalah salah satu padepokan terbesar aliran putih di daratan pulau jawa. Padepokan Tirta Kencana di pimpin oleh ketua Ki Demang. Salah satu pendekar pilih tanding di pulau jawa.

"Bopo, jika aku besar nanti. Aku ingin sekuat dirimu," ucap Danuranda yang berada di pangkuan Ki Demang.

Ki Demang hanya tersenyum sambil mengelus lembut kepala Danuranda. Entah kenapa beberapa hari ini, Ki Demang ingin terus menghabiskan waktunya bersama putra semata wayangnya dengan adinda Sekar Wangi.

"Randa harus menjadi lebih kuat dari bopo dan melindungi seluruh orang yang Randa sayang," kata Ki Demang sambil tetap mengelus lembut kepala Danuranda.

"Bopo, tidak usah khawatir, aku bahkan akan lebih kuat dari bopo."

"Ku lihat beberapa hari ini kanda terlalu memanjakan putra kita," ucap seorang perempuan yang berjalan mendekati Ki Demang dan Danuranda.

Sekar Wangi istri dari Ki Demang. Sekar Wangi memiliki paras yang begitu cantik, bahkan banyak yang menyebut dirinya lebih cantik dari para dewi yang berada di khayangan sekalipun.

"Biung, sudah sewajarnya seorang bopo memanjakan putranya bukan?" Danuranda memandang Sekar Wangi sambil tersenyum kecil.

Sekar Wangi hanya membalas senyum ucapan dari Danuranda, putra semata wayang mereka. Dan ikut bergabung bersama mereka. Keluarga mereka begitu harmonis dengan kehadiran Danuranda.

Beberapa saat kemudian, seorang pemuda masuk ke ruangan mereka dengan napas yang ngos-ngosan.

"Lapor ketua, Beberapa orang pendekar aliran hitam tampak bergerak ke arah padepokan kita," kata pemuda itu sambil mengatur napasnya yang masih tidak beraturan.

"Seberapa banyak jumlah mereka," Ki Demang langsung beranjak dari tempat duduknya.

"Jumlah mencapai ratusan orang ketua," ucap pemuda itu dengan wajah yang pucat pasih.

Ki Demang langsung bergerak cepat meninggalkan ruangannya. Ia bergerak cepat menuju gerbang padepokan Tirta Kencana.

"Apa yang mereka inginkan dari padepokanku," batin Ki Demang sambil terus bergerak dengan cepat menuju gerbang padepokan untuk bergabung dengan tetua padepokan yang sudah bersiap di pintu gerbang.

***

Gerbang Padepokan Tirta Kencana.

"Ketua." ucap para tetua saat merasakan kedatangan dari Ki Demang.

"Sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Ki Demang.

Salah satu tetua mulai menjelaskan tentang pasukan aliran hitam dalam jumlah yang besar sedang menuju ke padepokan mereka. Pemimpin dari pasukan itu adalah Ki Sangeti mantan wakil ketua padepokan Tirta Kencana.

"Mau apalagi setan tua itu datang kemari," umpat Ki Demang.

Beberapa saat kemudian, pasukan aliran hitam itu sudah berada di hadapan Ki Demang dan para tetua dari padepokan Tirta Kencana. Benar dugaan sebelumnya, jumlah dari mereka mencapai ratusan lebih.

"Sangeti ada angin apa ini? Sehingga kau masih berani datang kemari," sergap Ki Demang terhadap Ki Sangeti.

"Rupanya kau masih ingat dengan tua bangka ini," jawab Ki Sangeti sambil tertawa lantang.

"Aku datang kemari...," Ki Sangeti menjelaskan jika kedatangannya kali ini ingin menuntut balas atas kekalahannya tempo waktu yang lalu. Serta berniat untuk membumi hanguskan padepokan Tirta Kencana dari pulau jawa.

"Sudahlah Sangeti, yang lalu biarlah berlalu. Kami sudah tidak ingin membahas hal itu lagi," ucap Ki Demang dengan nada bicara yang sangat berwibawa.

Ki Sangeti tertawa dengan lantang, seakan-akan mengejek Ki Demang dan para tetua padepokan Tirta Kencana lainnya. Ki Sangeti menatap tajam Ki Demang dan para tetua padepokan Tirta Kencana lainnya.

"Pergilah Sangeti, sebelum aku berubah pikiran!!" ancam Ki Demang sambil membalas tatapan tajam dari Ki Sangeti.

Ki Sangeti kembali tertawa dengan lantangnya. Kali ini tawa Ki Sangeti tampak lebih kencang dan begitu mengejek nan merendahkan Ki Demang, "Demang, kau pikir masih dapat mengalahkan diriku. Setelah pengembaraanku, aku lebih kuat darimu Demang,"

Ki Demang tersenyum kecut. Ia menyadari jika Ki Sangeti tampak lebih kuat dari dirinya saat ini, "Aku tidak tau kau lebih kuat dari ku atau tidak, tapi ku harap kau cepat meninggalkan tempat ini, dan lupakan semua yang terjadi di masa lalu di antara kita,"

"Haha, aku akan melupakan semuanya. Asalkan kau mengizinkan diriku mencicipi tubuh Sekar Wangi, maka aku akan melupakan semua yang terjadi di antara kita di masa lalu," Ki Sangeti tertawa lantang sambil menjilati bibirnya yang menampakan wajah mesum lelaki sepuh itu.

Ki Demang menarik napas cukup panjang sebelum berkata, "Sejengkalpun aku tidak akan membiarkanmu melakukan hal itu, selama nyawaku masih ada,"

Ki Sangeti yang mendengar hal itu langsung mengangkat tangannya ke udara yang menandakan untuk pasukannya bersiap untuk menyerang. Detik kemudian, area gerbang padepokan Tirta Kencana sudah menjadi medan pertempuran.

"Kau sudah memilih pilihan yang salah Demang," sergap Ki Sangeti yang sekarang berhadapan dengan Ki Demang.

"Iblis Tua, aku tidak akan menyesali keputusanku. Meskipun hari ini aku harus mati!!" jawab Ki Demang dengan nada yang mengejek Ki Sangeti.

Ki Demang langsung melesat cepat menyerang Ki Sangeti menggunakan pedang miliknya. Ki Sangeti dengan cukup sigap menyambut serangan dari Ki Demang dengan menggunakan sebilah pedang pula.

Keduanya terlibat pertukaran serangan yang sengit. Bahkan, keduanya sudah terlibat pertukaran hampir seratus jurus. Namun keduanya masih cukup berimbang, meskipun Ki Sangeti nampak sedikit unggul dari Ki Demang.

Beberapa goresan luka sudah memenuhi tubuh keduanya. Keduanya nampak sedang mengatur napas dan tenaga dalam mereka.

Beberapa saat kemudian keduanya kembali melesat menyerang satu sama lainnya. Kali ini Ki Demang menggunakan seluruh kemampuan yang dirinya miliki.

Ki Demang berhasil membuat Ki Sangeti terdesak. Sedetik kemudian Ki Demang berhasil menebas kepala Ki Sangeti.

Namun beberapa menit kemudian sesuatu yang anehpun terjadi. Kepala Ki Sangeti kembali menyatu dengan tubuhnya saat bersentuhan dengan tanah.

"RAWARONTEK,"

Ki Demang dan tetua lainnya begitu kaget saat melihat Ki Sangeti berhasil menguasai Ajian Rawarontek.

"Kalian semua akan mati!!!" teriak Ki Sangeti dengan lantang dan mengerikan.

Ki Demang yang melihat hal itu langsung bergerak cepat menyerang Ki Sangeti. Keduanya terlibat pertarungan hidup mati yang sangat sengit. Sekarang Ki Demang sudah dalam posisi yang tidak menguntungkan, sedetik kemudian pedang Ki Sangeti berhasil menebas kepala Ki Demang.

***

Tidak jauh dari pintu gerbang padepokan Tirta Kencana. Danuranda dan Sekar Wangi berdiri dengan kaku dan penuh akan ketakutan. Mereka menyaksikan sendiri saat Ki Sangeti menebas kepala Ki Demang. Tanpa dapat di bendung air mata keduanya menetes tanpa bisa di bendung lagi.

"Biung," ucap Danuranda sambil terus menangis.

"Randa, dengarkan pesan biung. Balaskan dendam bopo dan seluruh penghuni padepokan Tirta Kencana. Sekarang selamatkan dirimu terlebih dahulu. Biung akan menahan iblis tua itu sementara waktu," Sekar Wangi memeluk erat putra semata wayangnya itu, seakan itu terakhir kalinya ia bertemu dengan putranya.

"Tidak ada waktu untuk berpikir terlalu lama, sekarang larilah dan selamatkan dirimu. Balaskan kematian bopo dan biung," Sekar Wangi langsung melesat cepat ke arah pintu gerbang.

Sementara Danuranda memilih bersembunyi di belakang sebuah pohon yang cukup besar untuk melihat situasi dan kondisi yang terjadi.

***

"Iblis tua, kau akan mati di tanganku!!" ancam Sekar Wangi dengan emosi yang sudah memuncak.

"Aku datang untuk menjemputmu dinda, kenapa kau malah ingin membunuhku. Ayo mulai sekarang kita mulai hidup yang baru setelah kematian Demang." kata Ki Sangeti yang terus menggoda Sekar Wangi.

"LANCANG!!" Sekar wangi langsung menarik pedang di pinggangnya dan melesat dengan cepat menyerang Ki Sangeti.

Ki Sangeti dengan cukup sigap menangkis serangan dari Sekar Wangi. Ki Sangeti memilih tidak menggunakan pedangnya untuk menghadapi Sekar Wangi karena takut jika tubuh Sekar wangi terluka sebelum ia nikmati.

***

Hai, ini adalah karya pertama saya di Good Novel, semoga menghibur dan selamat menikmati ... Salam hangat dari Pemalas.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status