Share

Sebuah Pertolongan

Hanya dalam beberapa jam saja, seluruh penghuni padepokan Tirta Kencana habis terbunuh oleh pasukan aliran hitam. Bahkan Sekar Wangi harus menerima kematian paling mengenaskan.

Sekar Wangi harus puas di gauli oleh Ki Sangeti beberapa kali dan beberapa orang anak buah nya juga ikut menggauli Sekar Wangi, sebelum menerima kematian saat sebilah pedang manancap di dadanya.

Danuranda yang menyaksikan hal itu. Membuat dirinya kesulitan bernapas untuk beberapa saat. Lantas ia langsung berlari sekuat tenaga meninggalkan padepokan Tirta Kencana. Na'as bagi Danuranda, karena pelariannya diketahui oleh anak buah Ki Sangeti.

Danuranda terus berlari sekuat tenaganya, ia berlari dengan sangat cepat memasuki hutan. Meskipun Danuranda masih beusia belia fisik milik Danuranda sudah sangat bagus, karena sudah sering di latih oleh orang tuanya sejak berusia sangat dini.

Anak buah Ki Sangeti jelas cukup terkejut melihat kecepatan lari Danuranda. Tidak pernah terlintas sedikitpun dalam pikiran mereka, jika seorang bocah belia dapat berlari secepat ini.

"Kenapa mereka tidak pernah berhenti mengejar ku, apa yang mereka inginkan dariku," umpat Danuranda sambil terus berlari secepat yang ia bisa.

Beberapa kali ia menoleh ke belakang. Melihat apakan orang-orang itu masih mengejar dirinya. Danuranda mendengus kesal karena orang-orang itu masih mengejarnya, tidak perduli sudah sejauh mana dirinya berlari.

"Sepertinya mereka benar-benar tidak ingin membiarkan diriku lolos." umpat Danuranda," Bedebah itu benar-benar ingin membunuhku," Danuranda terus mempercepat langkah kakinya agar cepat melarikan diri atau sekedar bersembunyi dari kejaran anak buah Ki Sangeti.

Entah sudah berapa lama Danuranda berlari, namun orang-orang di belakangnya (anak buah Ki Sangeti) terus mengejar dirinya. Danuranda mulai merasakan kelelahan, karena sudah terlalu lama dirinya berlari dari kejaran anak buah Ki Sangeti.

Sekarang Danuranda sudah beranda di tengah hutan belantara. Tidak pernah berpikir oleh Danuranda sebelumnya, jika dirinya akan berlari setengah mati untuk menyelamatkan dirinya dari kematian. Nasib benar-benar berubah 180 derajat untuk Danuranda. Kemarin dirinya begitu di manja kedua orang tuanya dan para tertinggi padepokan, namun kali ini harus berlari antara hidup dan mati.

"Sang Hyang Widi kenapa kau begitu kejam kepadaku," ucap Danuranda sambil terus berlari secepat yang dirinya bisa.

Nasib sial seakan tidak ingin meninggalkan Danuranda. Ia sekarang harus di hadang oleh anak buah dari Ki Sangeti.

"Apa yang kalian inginkan dariku? Apa kalian tidak puas sudah membunuh kedua orang tuaku?" sergap Danuranda kepada anak buah Ki Sangeti.

"Kau ternyata anak Demang dan wanita jalang itu," Kata salah satu dari anak buah Ki Sangeti sambil di iringi tawa yang mengejek Danuranda.

Danuranda yang mendengar hal itu benar-benar marasa emosi, namun ia menyadari jika nekad menyerang maka dirinya akan mati konyol. Ia sekarang sedang memikirkan bagaimana dirinya dapat melarikan diri dari kejaran anak buah Ki Sangeti.

Danuranda mengambil langkah mundur sambil terus berpikir bagaimana caranya supaya dirinya dapat menyelamatkan diri.

Blush

Danuranda melemparkan pasir ke depan wajah anak buah Ki Sangeti dan langsung bergerak mundur dan berlari secepat mungkin. Ia tidak ingin tertangkap dan mati, sebelum berhasil membalaskan dendam kedua orang tuanya.

Ketika Danuranda sudah berpikir jika dirinya akan selamat. Tanpa ia sadari ia terpeleset dan terjerumus ke dalam sebuah sumur tua yang berada di tengah hutan itu. Danuranda langsung tidak sadarkan diri saat jatuh ke dasar sumur itu.

Danuranda baru sadar ketika hari sudah gelap. Ia merasakan rasa sakit yang luar biasa. Seluruh badannya lebam dan beberapa  masih Menyisahkan luka.

Danuranda juga tidak dapat menggerakan kakinya, karena kedua kakinya terseloa dan lebam yang sangat parah.

"Apakah ini akhir hidupku? Bopo biung maafkan aku yang tidak bisa membalaskan kematian kalian. Aku benar-benar tidak berguna," guman Danuranda sambil meneteskan air matanya.

Danuranda kembali kehilangan kesadarannya untuk kedua kalinya. Danuranda mulai sadarkan diri ketika sinar mentari mulai menyinsing.

"Aku belum mati? setidaknya jangan kau siksa hidupku dewa, jika kau ingin aku mati. Maka cabutlah nyawaku," gerutu Danuranda.

Ketika harapan dirinya selamat sudah sangat tipis dan kemungkinan dirinya akan mati di dalam sumur ini sangat besar. Secara tidak terduga ada seseorang yang melemparkan seutas tali ke dalam sumur.

"Peganglah tali itu dengan erat nak, aku akan menarikmu ke atas," perintah seorang perempuan paruh baya itu.

Danuranda langsung memegang tali itu dengan sangat erat. Dia merasa memiliki harapan untuk selamat dan menuntaskan dendam kepada Ki Sangeti.

Beberapa menit kemudian Danuranda sudah berada di atas dengan kondisi yang cukup mengenaskan dengan beberapa luka sayatan dan lebam di sekujur tubuhnya.

***

Perempuan paruh baya itu merasa iba melihat Danuranda. Dia lantas menggendong Danuranda menuju kediamannya untuk di rawat hingga sembuh dan dapat beraktifitas seperti biasanya.

Ketika hari mulai gelap. Barulah perempuan paruh baya itu tiba di kediamannya yang berada di ujung sebuah desa.

Perempuan itu bernama bu Tais, seorang janda yang di tinggal mati oleh suaminya. Bu Tais tidak memiliki anak dari suaminya.

Saat mencari kayu bakar di tengah hutan tanpa sengaja Bu Tais mendengar suara seseorang dari dalam sebuah sumur tua yang ada di tengah hutan.

Bu Tais benar-benar terkejut saat melihat seorang anak yang sedang terluka parah berada di dasar sumur itu. Tanpa berpikir panjang lagi Bu Tais langsung melemparkan tali kedalam sumur itu dan menarik anak yang berada di dalam sumur itu.

***

Bu Tais merawat Danuranda sudah seperti merawat anaknya sendiri. Dia bahkan tidak pergi mencari kayu bakar selama satu minggu, karena harus terus merawat dan menjaga Danuranda hingga benar-benar sembuh.

Sudah satu minggu Danuranda terbaring di tempat tidur tanda bisa berpindah tempat. Danuranda sudah mulai merasa cukup pulih dan menggerkan kakinya 10 hari kemudian.

Barulah setelah Danuranda sudah mulai sembuh, bu Tais baru pergi mencari kayu bakar kembali untuk memenuhi kebutuhan dirinya untuk terus menyambung hidup.

Satu bulan kemudian barulah Danuranda benar-benar sembuh dan dapat beraktifitas lagi tanpa merasa sakit lagi.

"Randa, setelah ini kemana lagi tujuanmu nak," tanya Bu Tais kepada Randa.

Danuranda hanya menggeleng pelan. Ia tidak tau harus pergi kemana lagi. Untuk membalas dendam, rasanya tidak mungkin. Karena Danuranda belum memiliki kekuatan untuk melakukan hal itu.

Saat ini Danuranda hanya ingin hidup tenang dan pelan-pelan mempelajari ilmu kanuragan.

"Jika kau tidak memiliki tujuan, tinggalah bersama ibu sementara waktu. Aku akan merawat dan membesarkanmu seperti anakku sendiri," kata bu Tais.

Danuranda yang tidak memiliki tujuan lain hanya mengangguk pelan. Mulai hari ini Danuranda akan menjadi anak angkat dari bu Tais seorang janda yang menyelamatkan hidupnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status