Share

BAB 5

Suara hujan yang semakin deras menarik kesadaran Elya dari kenangan masa lalu. Wanita itu menghela napas untuk yang kesekian kalinya.

Pramusaji datang mengantarkan teh melati hangat kesukaannya. Elya tersenyum dan mengangguk sopan, berterima kasih pada pramusaji.

Dingin. Hujan membuat suasana menjadi dingin. Sama seperti sore itu. Sore hari beberapa bulan lalu.

Elya yang bosan di rumah, akhirnya memutuskan mengunjungi Bram ke kantornya. Sayang, suaminya itu sedang ada meeting di luar. Elya akhirnya memutuskan menunggu Bram di ruangannya, malas juga dia nyetir hujan-hujan.

"Sudah lama Pak Bram keluar, Rim?" Elya bertanya pada sekretaris Bram yang mengantarkan minuman untuknya.

"Sudah dari makan siang tadi, Bu." Rima menjawab sopan sambil meletakkan minuman di depan Elya, di meja tamu ruang kerja Bram.

"Ibu Elya tambah cantik saja." Rima mengedipkan mata.

"Loh? Ya harus tambah cantik dong, Rim. Kalo tambah muda kan tidak mungkin toh." Elya dan Rima tertawa renyah.

Elya lumayan sering berkunjung, sehingga cukup akrab dengan karyawan di kantor Bram.

"Saya tinggal ya, Bu." Rima pamit. Elya mengangguk sambil menyesap minumannya.

Elya yang bosan akhirnya memutuskan menatap hujan. Dia berjalan ke arah jendela kaca besar di belakang meja kerja Bram.

Kota itu terlihat indah dibungkus hujan. Gedung-gedung pencakar langit terlihat menjulang gagah.

Lampu mobil berpendar, membentuk tarian cahaya.

Erya membalikkan badan. Bosan menatap hujan.

Saat itulah. Entah lupa atau memang sudah ditakdirkan oleh Sang Pencipta. Mata Elya langsung tertuju pada layar monitor laptop Bram.

Pelan Elya melangkah. Seperti ada yang menuntunnya, untuk membuka bagian arsip dari email yang terpampang. Ada dua file. File pertama atas nama dirinya dan file kedua atas nama Bram. Tertanggal tujuh tahun lalu, tepat tiga tahun umur pernikahan mereka. Itu saat mereka akhirnya memutuskan untuk konsultasi ke dokter kandungan.

HASIL PEMERIKSAAN NY. ELYA KHANZA HARYADI.

HASIL PEMERIKSAAN TN. BRAMANTYO HARIMURTI.

Gemetar Elya mengklik hasil pemeriksaan atas nama dirinya. Dengan hati berdebar dia membaca satu persatu hasil yang tertulis. Keningnya bertaut. Napasnya tertahan. Semua hasil pemeriksaan sesuai dengan nilai kontrol. Artinya dirinya normal, rahimnya baik-baik saja. Lalu? Apa maksud Bram?

Lelaki itu memang tidak pernah secara gamblang mengatakan Elya yang bermasalah. Namun, secara tersirat, dia seakan mengatakan ada yang salah dengan kesuburannya. Pun dengan keluarga besar Harimurti. Bram secara terang-terangan menunjukkan seakan ada yang salah dengan rahimnya.

Berkali Bram mengatakan menerima segala kelebihan dan kekurangan Elya setiap ada yang menyinggung masalah keturunan. Awalnya Elya merasa tenang, karena Bram sangat memujanya.

Namun, ini apa? Apa maksudnya? Bukankah dari hasil ini diketahui dia baik-baik saja?

Elya menarik napas panjang untuk menetralisir dentum di dada. Perlahan dia duduk di kursi kerja Bram. Elya menutup wajah dengan kedua tangannya. Lama dia terpekur. Kepalanya pusing. Semua praduga berlarian di otaknya. Elya bukan sembarang wanita. Dia lulusan S2 dari perguruan tinggi ternama dengan predikat cumlaude.

Setelah cukup lama berdiam diri, tenggelam dalam pikiran dan praduganya sendiri, Elya dengan tangan yang semakin gemetar dan berkeringat mengklik hasil pemeriksaan Bram.

AZOOSPERMIA NON-OBSTRUKTIF.

Kepala Elya pening. Napasnya naik turun dengan cepat. Bergegas dia berlari menuju kursi tamu. Tas kulit ekspor berwarna navy itu diraihnya. Tergesa dia mencari ponsel. Elya segera memencet tombol panggil pada nomor telepon dokter Lucky.

Masih sangat jelas di ingatan Elya, sore itu dia hancur sehancur-hancurnya. Suami yang sangat dia cintai ternyata pendusta.

Bram, lelaki yang selalu membelanya, yang dia kira lelaki sempurna. Ternyata hanya lelaki berjiwa kerdil. Lelaki pengecut yang tega menjadikannya tameng, agar terlihat tanpa cela.

"Azoospsrmia adalah kondisi air mani pria tidak mengandung sperma sama sekali. Atau dikenal dengan kondisi kandungan sperma nol.

Ada dua jenis azoossermia, yaitu obstruktif dan non-obstruktif. Tipe obstruktif artinya testis sebenarnya memproduksi sperma, tetapi tersumbat dan tidak dapat dikeluarkan. Sementara, pada tipe non-obstruktif, testis memang tidak memproduksi sperma sama sekali."

Penjelasan dokter Lucky terngiang-ngiang di telinga Elya. Hasil pemeriksaan Bram Azoospermia non-obstruktif, atau kata lainnya mandul.

Elya terisak. Dadanya sesak. Terbayang semua sikap manis Bram selama ini. Ternyata semua hanya dusta.

Bram bukan takut kehilangan Elya karena terlalu cinta, tapi dia takut jika Elya akhirnya menikah lagi, Elya akan memiliki keturunan, semua tudingan dan hinaan itu akan beralih kepadanya.

Bram benar-benar telah membodohinya selama bertahun-tahun, dia memperalat Elya untuk menutupi aibnya sendiri. Dia tega menyiksa batin Elya, agar terhindar dari segala cerca.

Elya tergugu. Akhirnya dia mengerti mengapa Bram selalu menolak saat dia mengajak untuk mengikuti program hamil, mengajak untuk mencoba bayi tabung, uang bukan masalah, mereka dikaruniai materi berlimpah.

Bram selalu beralasan dia menerima Elya apa adanya. Dia tidak ingin jika program gagal, maka Elya akan semakin dicela keluarganya. Elya terbujuk, tenggelam dalam lautan cinta Bram yang ternyata hanya tipuan semata.

Bram tidak ingin ketahuan dia yang bermasalah. Jika sampai berita dia mandul diketahui keluarga besar Harimurti, maka tonggak estafet perusahaan akan diambil darinya. Itulah yang ditakutinya. Bukan karena akan kehilangan Elya, tapi akan kehilangan sumber kekayaannya.

Tujuh tahun tersimpan rapi. Tapi semua selesai kini. Tepat sepuluh tahun pernikahan mereka, dusta itu terbuka.

Elya memilih pergi, untuk menenangkan diri.

Bram yang menyadari Elya telah mengetahui semua rahasia, kalang kabut mencari Elya seperti orang gila.

Dering ponsel menyadarkan Elya dari lamunan. Elya melambaikan tangan pada wanita berwajah keturunan yang sedang berdiri memperhatikan sekitar. Saat melihat Elya, wajahnya langsung menampilkan senyum yang sangat lebar.

"Eliiiiin…" Elya berseru sambil merentangkan tangan.

"Elyaaaa…" Elin, nama wanita itu.dia berlari kecil menyambut pelukan Elya.

"Tambah cantik saja, Bu." Elin menoel pipi Elya.

Elya tertawa renyah.

"Bagaimana?" Elin bertanya setelah basa-basi singkat denga Elya.

"Kau selalu to the point, Lin." Elya tertawa kecil.

"Hei, Bu. Saya bekerja, beda dengan Anda." Elin menyikut pelan siku Elya yang duduk disampingnya.

"Ini, semua sudah kusiapkan di dalam map ini." Elya menyerahkan map yang tadi dibawanya.

"El … Bram sudah tahu?" Elin bertanya ragu.

Elya menggeleng. Elin mengangguk maklum.

Dia sengaja melakukan semuanya tanpa sepengetahuan Bram. Sakit yang dia rasa selama ini akan dia balas dengan lunas. Tunggu saja, Bram. Nikmatilah, nikmati cerita cinta yang sudah kau coreng sekian lama.

Batin Elya bergejolak. Benci itu menggebu. Hitam berjelaga, memenuhi seluruh ruang hatinya.

"Ikatan suci pernikahan, kau jadikan permainan. Bukan sehidup semati tujuanmu, tapi harta benda yang membuatmu menahanku.

Kau salah Bram, sepuluh tahun hidup bersama, kau ternyata tidak mengenali seorang Elya.

Maka, biar ku tunjukkan. Aku dengan senang hati akan memperkenalkan padamu, siapa istrimu ini. Siapa itu Elya Khanza Haryadi."

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Cyreunn Hong
kesian rupanya lakinya mandul
goodnovel comment avatar
Diana Chaniago
bagus ini suka ceritanya
goodnovel comment avatar
Rieca Chandra
Aduh w pikir mah krn selingkuh ternyata bkn
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status