Share

Contradiction
Contradiction
Penulis: Saya Syakrila

Ceroboh

      "Eh bocil, biasa aja dong kalo liatin cewek, jijik banget gue liatnya," kata Nala pada Yoga yang sedang tersenyum sendiri melihat Cecil dari jauh. Perempuan cantik itu terlihat sedang mengantri di kasir dengan beberapa makanan ringan di tangannya.

"Galak amat lu kayak macan. Eh, gua lupa elu kan emang singa; galak," jawab laki-laki itu sambil meledek Nala dengan menjulurkan lidahnya. Alhasil, Nala pun tidak segan-segan mendeplak bahu Yoga yang sudah seenaknya menyamakan dirinya dengan Nala pacar Simba dalam film Lion King itu.

"Enak aja lu kalo ngomong!" Kata gadis itu sambil melotot ke arah Yoga yang sedang mengelus-elus bahunya yang panas akibat ulah Nala yang tidak ia duga.

"Enak banget sih lu ngeplak-ngeplak orang. Lagian salah gua ke elu apaan? Marah-marah mulu kayak nenek-nenek," cerocos Yoga lagi dengan nada kesal pada Nala. Sementara itu, Nala akhirnya terdiam, memilih kembali menyantap baksonya yang sudah dingin dengan wajah maupun karena kesal.

Yoga, sahabatnya itu, tidak tahukah dia kalau Nala kesal setiap kali ia melihat ke arah cewek lain? Cowok tengil itu memang tidak peka, tidak tahu kalau dirinya sebenarnya menyukainya. Seandainya saja cowok itu bisa memahami tanda-tanda kecil yang ia berikan, pasti tidak begini jadinya.

"Yah kan, Cecil udah pergi. Elu sih, gangguin gua mulu," kata Yoga lagi membuat Nala kehilangan kesabaran. Gadis itu pun menghampar paha Yoga sekali lagi dan memilih pergi dari kantin.

"Ce ilah, ni mak lampiran satu. Eh, bayar dulu tuh bakso!" Teriak Yoga lagi sembari menahan sakit di pahanya karena ulah Nala yang suka main tangan itu. Sementara, gadis itu tidak memperdulikannya dan terus berjalan ke arah kelas.

"Bayarin!" Kata Nala membuat Yoga lagi-lagi menggelengkan kepalanya menghadapi sikap Nala yang ajaib itu. Tanpa ragu, ia pun mendekatkan mangkuk bakso yang masih penuh itu ke depannya dan langsung menyantapnya nikmat.

"Nala, Nala. Kalo bukan temen dari TK udah gua tinggalin lu," kata Yoga sambil menambahkan kecap ke dalam mangkuk bakso yang menurutnya masih terlalu pedas.

Sementara itu, gadis yang tengah dibicarakan tadi; Cecil sedang duduk di kursinya dalam kelas. Gadis cantik itu duduk paling belakang. Sendirian. Dia memang selalu sendirian. Walaupun banyak yang memuji kecantikannya, hal itu malah membuatnya dibenci oleh cewek-cewek di kelasnya. Tidak jarang, gadis itu mendapat labrakan dari cewek yang tidak ia kenal dengan tuduhan macam-macam. Seperti halnya hari ini.

Cecil tidak menyadari jika ada seseorang cewek yang sedang melangkah terburu-buru ke arahnya. Wajah cewek itu memerah penuh amarah. Cecil yang sedang menikmati roti coklat yang dibelinya tidak tahu apa-apa ketika cewek itu menggebrak mejanya keras.

"Eh, cewek ganjen! Berani ya lo rebut-rebut cowok gue!" Kata perempuan itu keras membuat Cecil yang sedang meminum teh dalam botol langsung memuncratkan isi mulutnya ke kemeja cewek itu. Ia tidak sengaja. Ia kaget, salah siapa datang tiba-tiba dan langsung berteriak begitu.

"AAAAAAA jijik banget!" Cewek itu berteriak lagi, kali ini bukan dengan nada marah melainkan dengan histeris meratapi nasib kemeja putihnya yang sekarang kotor terkena semprotan air teh manis yang lengket.

"Maaf, maafin gue. Gue bersihin sini," kata Cecil yang tidak kalah terkejut dengan korbannya. Cewek cantik itu kemudian berniat merogoh tas ranselnya. Seingatnya, ia membawa satu kotak tisu di dalam tas yang ia tempatkan bersama buku-buku sekolah yang ia bawa. Tapi, sebelum itu terjadi, Cecil malah tidak sengaja menyenggol botol berisi teh berpengawet itu hingga menyiram cewek yang suka marah-marah tadi. Alhasil, bukan cuma kemeja putihnya saja yang sekarang basah, melainkan juga rok abu-abu yang ia pakai.

Aaaaaaaa, ya ampun. Lo sengaja ya?" Tuduh cewek itu semakin marah kepada Cecil, dengan tatapan merasa bersalah yang amat kentara, cewek berambut panjang itu berkali-kali berusaha meraih kemeja dan rok di depannya untuk dibersihkan dengan tisu. Meski ia tahu hal itu tidak akan bisa membantu sama sekali, tetapi paling tidak ia ingin melakukan sesuatu.

"Gak usah! Males banget gue sama lo. Udah suka ngrebut pacar orang, pembawa sial lagi. Gak lagi-lagi gue mau liat muka lo!" Kata cewek itu membentak Cecil di depan banyak teman Cecil di kelas yang tidak mau ikut campur. Tidak ada di antara mereka yang mau melerai, mereka sudah terbiasa dengan pemandangan seperti itu meski mereka tahu Cecil pastilah tidak seperti yang dituduhkan.

"Cowok yang mana mba? Saya nggak ngerti," ujar Cecil membela diri. Ia tidak tahu, sungguh benar benar tidak tahu. Jangankan merebut cowok, selama tujuh belas tahun usianya, tidak pernah sekalipun dirinya berpacaran.

"Halah, gak usah sok polos deh lo! Gua liat sendiri, di hp pacar gue foto lo tubuh banyak banget tau gak? Lo kan yang udah pengaruhin cowok gua biar putus sama gue? Ngaku aja lo!" Kata cewek itu lagi sambil melotot ke arah Cecil yang sama sekali tidak mengerti.

"Heh! Yang bener dong kalo ngomong, emang lo punya buktinya? Seenaknya banget nuduh-nuduh orang!" Akhirnya, ada juga yang membela Cecil. Adrian, satu-satunya teman Cecil di kelas itu akhirnya datang. Cowok itu kaget setengah mati ketika menyadari cewek yang melabrak Cecil itu kini basah kuyup terkena tumpahan teh botol. Botol tidak bersalah itu dilihatnya sudah tidak berisi dengan air beraroma teh melati itu telah berserak di atas meja dan lantai.

"Eh, cowok gak jelas, gak usah ikut campur deh lo, gua ada urusan sama nih cewek. Bukan sama elo!" Kata cewek itu masih ngotot. Kali ini, dengan berani ia menatap marah ke arah Adrian tanpa ragu sama sekali.

"Apa urusan lo sama Cecil? Dia ngrebut pacar lo? Lagu lama, paling juga cowok lo yang keganjenan," ujar  Adrian membela temannya itu. "Lagian lo gak malu apa marah-marah di kelas orang diliatin?" Mendengar tuturan dari Adrian,  cewek itu pun melihat ke sekeliling. Ternyata benar, mereka memang sedang menjadi pusat perhatian seisi kelas. Meskipun di jam istirahat penghuni kelas tidak banyak, tapi tetap saja itu memalukan.

"Adrian bener," akhirnya ada pula seorang cewek dari teman kelas Cecil yang membela. Bukan karena benar-benar peduli sebenarnya, hanya saja suara berisik itu mengganggunya yang ingin beristirahat dengan tenang di dalam kelas. "Cecil udah biasa dilabrak sama cewek yang ngaku pacarnya direbut sama dia. Padahal mah Cecil nggak tau apa-apa, kenal aja nggak sama pacar lo itu," lanjut cewek itu dengan harapan keributan itu bisa segera berhenti.

Mendengar hal itu,  si cewek galak pun merasa malu dan akhirnya memilih keluar kelas setelah nemberikan peringatan kepada Cecil. Terlebih lagi,  ia sudah merasakan sensasi gatal di pakaiannya akibat ulah cewek ceroboh itu.

"Bener-bener ya tu cewek, gak punya otak apa?" Ujar Adrian yang masih merasa emosi karena perlakuan cewek ceroboh yang sudah memarahi Cecil tanpa alasan yang jelas. Tapi, ngomong-ngomong soal ceroboh, siapa yang bisa mengalahkan kecerobohan Cecil? Lihat saja cewek itu tadi, belum apa-apa, kemeja dan roknya sudah basah kena tumpahan minuman.

Begitulah Cecil. Cantik memang, tidak ada yang bisa membantah. Tubuhnya yang semampai, rambutnya yang hitam lurus dan kulitnya yang bersih membuat siapa saja setuju akan keanggunan cewek itu. Ditambah lagi, wajahnya yang imut dengan mata besar dan lesung pipi yang semakin membuatnya menggemaskan. Hanya saja... Ya begitu, Cecil itu ceroboh. Saking cerobohnya, banyak yang mengatakan kalau Cecil itu pembawa sial. Ada saja kejadian yang membuat orang-orang di dekatnya terkena masalah. Itu sebabnya, meski banyak cowok yang suka padanya karena Cecil cantik, tidak ada satu pun dari mereka yang berani menembak atau sekadar mendekati. Jangankan pacaran, teman saja Cecil tidak punya selain Adrian.

"Udah Drian, gak usah dipikirin. Lagian dia kan udah pergi," kata Cecil sambil berjalan ke sudut kelas untuk mengambil pel, membersihkan kekacauan yang sudah ia buat tanpa sengaja. Tapi, karena ia tidak begitu memperhatikan langkahnya, Cecil tidak sengaja terpeleset dan tangkai pel yang panjang itu menghantam kepala Adrian dengan keras.

"Aduh!" Kata Adrian sambil memegangi pelipisnya yang sedikit memar.

"Astaga, Adrian!" Cecil pun menghampiri cowok itu untuk memberikan pertolongan. Tanpa mereka sadari, jam istirahat telah berakhir dan hampir semua siswa sudah memasuki kelas, termasuk juga Pak Guru yang menatap mereka berdua seolah sedang bermesraan. "

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
nice opening cant wait to read the next chapter.. boleh kasih tau akun sosmed ga ya soalnya pengen aku share ke sosmed trs tag akun author :)
goodnovel comment avatar
Roselia Dufan
Hiks... nyesek banget... berasa lihat movie anime drama... ......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status