Share

Fakta dan Pengakuan

Jam istirahat telah membuat seisi kelas gaduh. Para siswa terlihat membentuk kelompok-kelompok kecil dengan saling mengobrol dan berbagi makanan, tidak terkecuali Nala. Cewek itu tampak begitu bersenang senang dengan beberapa kawannya. Ia tertawa begitu lepas menanggapi candaan seseorang dan turut membagi cerita lucu pada mereka.

Tanpa ia sadari, Yoga telah memasuki kelasnya dan langsung menuju tempat duduknya. Cowok itu melangkah dengan cepat seakan tergesa. Ia tidak ingin membuang waktu untuk mengetahui kebenaran atas apa yang terjadi kepada Cecil kemarin.

"Nala," panggil cowok itu pada Nala, yang masih belum mengetahui eksistensi Yoga di belakangnya. Rekahan senyum langsung terbit dari wajah cewek itu begitu melihat Yoga.

"Yoga? Sejak kapan lo di sini?" Tanya cewek itu masih dengan senyum di wajahnya. Tapi, Yoga tidak datang untuk berbasa-basi. Tatapan cowok itu begitu dingin pada Nala yang masih menyambut baik kedatangannya itu.

"Gue mau ngomong sama lo," kata Yoga, sambil meraih tangan Nala untuk ia ajak ke tempat yang lebih privat. Teman-teman Nala yang tidak tahu apa-apa meyoraki mereka.

"Cie cie, mau kemana tuh?!" Kata mereka menggoda. Nala, tidak menanggapi, tapi rona merah di kedua pipinya menandakan ia begitu senang dengan Yoga yang secara terang-terangan mengajaknya pergi berdua.

Tidak lama setelahnya, merekapun sampai di UKS. Seperti dugaan Yoga, ruangan itu kosong tidak ada orang. Yogapun menutup pintu rapat-rapat agar tidak ada seorangpun yang mendengar pembicaraan antara ia dengan Nala.

"Adapaan lo bawa gue ke sini? Tanya Cewek itu penuh tanya ketika menyadari ekspresi Yoga tidak kunjung melembut. Tapi, begitulah kalau Yoga sedang dalam mode seriusnya. Cowok itu pasti ingin membicarakan hal penting dengannya. Saat itu, Nala sempat berharap Yoga akan membicarakan tentang kelangsungan hubungan mereka, tapi yang ia bicarakan malah...

"Nala, kemarin lo mau ngapain Cecil?" Tentu saja, hal itu membuat Nala kecewa. Senyum yang sedari tadi menghiasi wajahnya seakan hilang tak berbekas. Cecil lagi? Cewek itu selalu saja membuat hidup Nala tidak tenang.

"Jadi lo ngajak gue ke sini cuma mau bahas cewek gatel gak penting itu?" Tanya Nala dengan tatapan nanar pada Yoga di sampingnya. Sementara itu, Yoga seperti tidak percaya apa yang terlontar dari mulut Nala. Bagaimana ia bisa menyalahkan Cecil lagi setelah apa yang ia lakukan?

"Nala, gue tau lo tu gak suka sama Cecil. Gue juga tahu lo gak suka ada orang yang ngomongin dia. Tapi gue harus ngomong ini karena ini ada hubungannya sama lo. Lo kan, yang nyuruh preman di deket rumah lo buat nggangguin Cecil?" Tanya Yoga, dengan tegas pada Nala. Cewek itu pun langsung bungkam mendengar pertanyaan Yoga.

"Maksud lo apa? Gue nggak ngerti," kata Nala berusaha membantah. Ia mengalihkan pandangannya dari wajah Yoga, berusaha menghindar. Tapi, sebagai teman yang cukup dekat dengan Nala, tentu saja Yoga tahu dan itu membuatnya tampak lebih kecewa pada Cecil.

"Udah, lo nggak usah bohong lagi sama gue. Jelas-jelas gue liat sendiri tu preman deket-deket Cecil, dia hampir perkosa Cecil tahu gak?!" Kata Yoga mulai meninggikan nadanya. Cowok itu sudah benar-benar frustasi dengan kelakuan Nala.

Mendengar hal itu, Nala tampak tidak percaya. Padahal, ia sudah memperingatkan pria itu untuk tidak macam-macam dengan Cecil. Untuk sesaat, ia merutuki dirinya sendiri karena mudah percaya dengan tuturan pria itu yang seolah-olah mengerti apa yang ia inginkan. Nala tidak tahu, bahwa Cecil, sudah menjadi target baru preman itu begitu ia melihat foto Cecil di hp Nala.

"Sekarang, Cecil di rumah. Dia takut berangkat ke sekolah. Lo tahu gak? Gara-gara lo, yang seenaknya nuduh-nuduh Cecil sebagai penyebab kebakaran itu, dia jadi dibully di kelasnya dia," kata Yoga, berusaha menjelaskan situasi yang dirasakan Cecil saat ini agar cewek itu sedikit melunak. Tapi, bagi Nala yang mendengarnya, Yoga seperti sedang membela Cecil dan memojokkan dirinya. 

"Loh, bukannya dia emang gak punya temen dari dulu ya? Kenapa lo jadi nyalahin gue?" Tanya Cecil, masih berusaha membela diri. Cewek itu semakin kesal meski hatinya terbersit rasa bersalah pada cewek yang ia benci itu.

"Justru itu Nala. Lo udah tau kan Cecil udah dijauhi sama banyak orang? Trus lo malah nambah-nambahin kayak gitu. Lo pernah bayangin gak jadi dia gimana? Lo nggak kasian? Mau lo apa sih?" 

'Mau gue, lo jadi pacar gue dan jauhin Cecil!' kata Nala dalam hati. Ia semakin kesal dengan Yoga. Cowok itu seharusnya bisa mengerti perasaannya sehingga hal seperti ini tidak akan terjadi. Sekarang, entah bagaimana ia bisa mendapatkan kepercayaan Yoga lagi. Ini semua karena preman kurang ajar itu.

"Emang lo punya bukti apa kalau preman itu gue yang nyuruh? Gak punya bukti kan lo? Gak usah sok nyeramahin gue!" Kata Nala, merasa emosi dengan Yoga, yang terus-terusan membela Cecil di depannya.

"Gue gak perlu bukti begitu tahu pelakunya siapa. Preman tetangga lo itu, udah hampir bikin Cecil celaka tau gak! Ngaku deh lo!" Ujar Yoga yang kini tidak kalah emosi dari Nala. Ia hampir tidak mengenali cewek di depannya lagi. Bagaimana Nala bisa melakukan hal itu?

"Iya, gue. Emang gue pelakunya. Gue yang udah nyuruh tubuh preman buat peringatin Cecil, supaya gak deket-deket lagi sama lo. Gue kesel tau gak!" Kata Nala, membuat Yoga geleng-geleng kepala. Jadi Nala melakukan hal itu karena dirinya? Bagaimana bisa? 

"Gue gak ngerti lagi jalan pikiran lo gimana. Gue sama Cecil cuma temen biasa aja," kata Yoga, berusaha menjelaskan hal ini pada Nala. Tapi, seolah tidak mendengarkan, Nala malah mbuang pandangan. Ia nampak tidak peduli, tidak percaya pada apa yang Yoga tuturkan.

"Dulu, gue emang sempet suka sama Cecil. Tapi, gue akhirnya tau Cecil gak bisa Nerima gue. Dan gue hormati itu, gue tau perasaan itu gak bisa dipaksa. Pada akhirnya, setelah berjalannya waktu, gue tau rasa suka gue sama Cecil cuma sebatas kagum aja," kata Yoga, akhirnya bisa menyadarkan Nala, bahwa apa yang ia lakukan ternyata sia-sia. Tidak ada hubungan spesial antara Yoga dan Cecil. Padahal, ia sudah berbuat jahat pada cewek itu.

"Lo tau gak? Siapa yang bikin gue kuat waktu ditolak sama Cecil?" Kata Yoga, dengan nada lirih yang berhasil masuk ke dalam otak dan hati Nala dengan begitu baik. "Itu lo Nala," kata Yoga seperti petir bagi Nala yang mendengarkan. Jadi selama ini Yoga...

"Tapi setelah kejadian ini, gue tau ternyata gue salah. Lo bukan cewek sebaik yang gue kira  

     

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status