Share

Pergulatan Hati

Yoga dan Nala saling diam untuk beberapa saat, kecamuk berbagai pikiran dan perasaan begitu mengganggu mereka.

Jika saja, mereka berdua merasa begitu aneh. Mereka tidak pernah merasa begini canggung jika berdua. Selalu ada candaan yang terlempar juga hati dan pikiran yang selalu dibagi.

Jika ada masalah, biasanya mereka selalu bisa menyelesaikannya dengan cara baik dan cepat. Tapi, sepertinya hal itu tidak berlaku untuk hari ini.

Yoga dan Nala, tampak seperti dua orang yang tidak pernah dekat sebelumya. Mereka menaruh curiga dan dusta hingga Yuda, merasa hubungan mereka tidak sesehat dulu. Ada masalah yang tidak bisa diluruskan dan hubungan mereka sepertinya tidak mudah kembali terjalin.

"Gue tau ternyata gue salah. Lo bukan cewek sebaik yang gue kira. Kecewa gue sama lo."

Itulah kata-kata terakhir Yoga sebelum meninggalkan Nala saat itu. Tatapannya penuh kekecewaan, tidak lagi memandang Nala seperti dulu. Nala, bukan lagi anak baik yang ia kenal. Cewek itu sudah benar-benar berubah menjadi seorang pendendam yang hampir menyakiti Cecil. 

Debaman pintu UKS menjadi bukti bahwa pembicaraan mereka telah selesai, begitu juga hubungan pertemanan mereka yang sudah terjalin dari kecil. Berat memang, tapi Yuda tidak ingin berhubungan dengan orang yang salah. Kejadian mengejutkan ini, mengejutkan cowok itu sekaligus membuktikan wajah Nala yang sebenarnya.

Sementara itu, Nala hanya terdiam. Ingin sekali ia mengejar Yoga, membujuk Cowok itu untuk tidak meninggalkannya. Tapi, niat itu urung dilakukan. Nala tahu hal itu akan percuma. Butuh dari sekadar bujukan agar Yoga, bisa menerimanya kembali. Untuk sekarang, hal itu mungkin akan sulit dilakukan. Dan juga, ia harus minta maaf pada Cecil.

Sementara itu, Cecil sedang berdiam di kamarnya yang penuh dengan dingin udara AC. Cewek itu bergelung di dalam selimut tebalnya, sarapan pagi yang sudah disiapkan Mbok Darmi beberapa jam lalu belum disentuh sama sekali. Ia bahkan tidak mau beranjak dari tempat tidurnya tatkala Mbok Darmi mengetuk pintu kamarnya.

"Non, ini mbok bawain cemilan. Kue keju kesukaan non," kata Mbok Darmi, mencoba mengajak majikannya itu berbicara. Alih-alih menjawab, Cecil malah merapatkan selimutnya. Ia tidak mau makan, tidak mau minum ataupun yang lainnya. 

"Non, kalau non ndak mau, mbok bisa ba.."

"Nggak mau mbok, aku gak mau. Kuenya buat mbok aja," kata Cecil, memotong ucapan Mbok Darmi. Tanda, bahwa ia benar-benar akan menolak apapun yang wanita paruh baya itu coba berikan. Mbok Darmipun, tidak bisa berbuat apa-apa selain menuruti apa kata Cecil. 

Jujur saja, Mbok Darmi begitu khawatir dengan anak itu. Kemarin, Cecil pulang begitu cepat dari biasanya. Awalnya, Mbok Darmi senang-senang saja, tapi begitu melihat wajah lesu dan sembab Cecil yang saat itu diantar pulang oleh Adrian, memberikan tanda tanya besar bagi wanita paruh baya itu. Terlebih lagi, cewek itu bungkam dan tidak mau menceritakan apapun yang baru saja menimpanya.

"Yaudah kalau non ndak mau. Tapi, buka pintunya sebentar tolong non. Mbok mau bersihkan kamarnya," kata Mbok Darmi, pada akhirnya mampu membuat Cecil, beranjak dari duduknya dan membukakan pintu untuk orang yang selalu menemaninya itu.

Sebenarnya, itu hanya alasan Mbok Darmi saja. Selama ini, tanpa dibantu pun, Cecil sudah terbiasa mengurus ruangan pribadinya sendiri. Wanita itu hanya ingin melihat Cecil, memastikan anak itu baik-baik saja  Terbukti, saat Mbok Darmi masuk, keadaan kamar itu bersih dan rapi. Tapi, berbeda dengan kondisi Cecil yang tampak pucat dan acak-acakan.

Mbok Darmipun, segera menuju meja belajar Cecil. Di sana, sarapan cewek itu masih utuh tanpa disentuh sedikitpun. Ia sempat melirik Cecil sekilas, sungguh jika saja bisa, ia Ngin sekali menghibur Cecil sampai anak itu bisa kembali tersenyum ceria seperti biasanya.

"Non, kalau butuh sesuatu bilang ya. Mbok ada di dapur, siap masakin non apa aja yang non mau makan. Jangan kelamaan ngambeknya, nanti sakit," hanya itu yang bisa diucapkan seorang Mbok Darmi pada majikan yang disayanginya. Entah didengar atau tidak, Darmi hanya ingin memberi tahu Cecil bahwa dirinya selalu ada untuk cewek itu.

Sementara itu, Cecil hanya mengangguk. Merasa tidak sopan jika terlalu lama menghabiskan Mbok Darmi yang sudah begitu baik pada dirinya. Masalahnya ini, tidak ada hubungannya dengan Darmi, tapi perempuan itu justru turut merasakan dampak dari buruk suasana hatinya.

"Iya, mbok. Makasih ya, nanti kalau aku laper, aku ke dapur," kata Cecil membuat suasana hati Darmi membaik mendengarnya. Jujur, biasanya jika ada satu masalah yang menimpa, Darmi yang selalu menjadi tempatnya bercerita. Tapi, melihat masalahnya, ia jadi ragu akan menceritakannya pada Darmi. Bisa heboh nanti kalau Darmi tahu ia hampir diperkosa. Kalau begitu caranya, bukan hanya dia yang pusing nantinya, melainkan juga Mbok Darmi bahkan ayahnya yang sudah punya banyak beban dalam pekerjaannya. Ia tidak yakin perempuan itu bisa menjaga rahasia jika itu masalahnya.

"Mbok juga harus jaga kesehatan, gak usah mikirin aku terus. Aku gak apa-apa kok, cuma agak gak enak badan aja. Bentar lagi juga sembuh," kata cewek itu berusaha meyakinkan Darmi.

Mendengar hal itu, Darmi sebenarnya cukup lega. Ia sebenarnya yakin bahwa Cecil anak yang kuat. Tapi, ia juga tahu bahwa Cecil juga sebenarnya butuh teman. Darmi tahu betul Cecil hanya punya beberapa teman yang tidak banyak jumlahnya.

"Kalau gitu, nanti Mbok Darmi bikinkan wedang jahe ya non, supaya badan non seger," kata wanita itu bersemangat.

"Jangan lupa gulanya yang agak banyak ya mbok," balas Cecil menyetujui usulan Darmi meski ia juga tidak begitu ingin.

"Siap non, biar non lebih bertenaga," kata wanita itu lebih bersemangat. Tapi, ada hal yang Cecil tidak tahu.

Begitu Darmi keluar dari kamar Cecil, perempuan itu terdiam sejenak memikirkan sesuatu. Darmi tahu, ada yang disembunyikan Cecil darinya. Meski begitu, ia tidak punya hak apapun untuk memintanya bercerita. Ia sadar, ia bukan siapa-siapa kecuali orang yang dipekerjakan di rumah ini. Tapi, demi bisa melihat Cecil seperti biasa lagi, ia juga tidak boleh diam begitu saja. Ia ingin melakukan sesuatu untuk Cecil.

Darmi membuka hpnya untuk mengambil hp di saku bajunya dan langsung mengutak-atik aplikasi di dalamnya. Ia harus menghubungi seseorang yang pasti bisa menolong dan tidak mungkin bisa dibantah oleh Cecil.

"Maaf ya non, mbok sayang sama non. Mbok ndak mau lihat non begini terus. Non harus ceria lagi. Non sudah janji mau cerita apa saja sama mbok," kata wanita itu sebenarnya sedikit menyesal karena harusenggadaikan janjinya pada Cecil, untuk menuruti perintah tuannya yang lain.

Ya ini yang bisa ia lakukan untuk nona kecilnya itu.

 

"Halo bapak, ini saya Darmi."   

   

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status