Share

Kembali Pulang

Kun Shian sudah tiba di rumahnya dan ibunya terkejut atas kepulangannya yang sangat mendadak, tetapi tentu saja perasaan ibunya juga senang karena akhirnya anak bungsunya kembali. Kebetulan ketika ia pulang kedua saudaranya juga kembali dari kamp militer. Kedatangan ketiga anaknya membuat Ny. Kun senang, apalagi momen seperti ini sangat langka. Semenjak Shian tinggal di istana, rumah keluarga Kun menjadi sepi dan Ny. Kun menjadi lebih banyak menghabiskan waktunya sendirian.

Anak tertua di keluarga Kun, yaitu Kun Hoya merasa heran melihat adik bungsunya yang kembali dari istana dengan membawa banyak barang, “Shian, kau tidak melarikan diri dari istana, kan?”

Shian memberi isyarat kepada kakaknya agar lebih dekat kepadanya. “Lebih tepatnya aku diusir.” Bisiknya.

“Apa???” Ucap Hoya setengah teriak, ia terkejut mendengar adiknya diusir.

“Ada apa?” tanya Guha, anak kedua keluarga Kun yang terkejut mendengar kakaknya berteriak.

Hoya memberi isyarat yang sama seperti dilakukan shian, yaitu menyuruh Guha lebih dekat agar ia bisa berbisik, “Shian diusir dari istana.”

Reaksi Guha sama persis dengan Hoya.

Melihat reaksi kedua kakaknya yang terlalu heboh membuat shian panik dan segera meminta kedua kakaknya untuk merahasiakannya, terutama dari ayahnya. Jika sampai Jenderal Kun mengetahuinya entah apa yang akan dilakukannya pada Shian. Mungkin saja akan dipukul seperti yang dilakukan kepada prajurit di kemiliteran atau bahkan lebih kejam dari itu. Membayangkannya saja membuat shian merinding.

“Apapun yang terjadi, tolong jangan katakan kepada ayah dan ibu. Anggap saja aku meminta izin kepada pangeran untuk pulang.” Pinta shian dengan wajah memelas agar kedua kakaknya memenuhi permintaannya.

“Ini hal yang sulit dan pasti akan ketahuan.” Ucap Guha yang ragu.

“Sebelum ketahuan aku akan mencari cara untuk kembali.” Shian meyakinkan kakaknya.

“Tapi ngomong-ngomong kenapa kau di usir?” Tanya Hoya yang penasaran.

“Jangan-jangan kau...” Guha memikirkan hal yang tidak-tidak.

“Aku tidak segila itu!” Shian menanggapi Guha.

Shian pun menjelaskan kejadian yang menimpahnya di kediaman Pangeran dari beberapa hari yang lalu hingga di hari ia di usir.

“Beberapa hari yang lalu, Wakil Menteri datang ke kediaman Pangeran. Ada sesuatu yang aneh dengannya, sepertinya dia memiliki kekuatan yang aneh. Sebelum dia sampai di kediaman pangeran, ada sesuatu yang terlebih dahulu tiba di kediaman Pangeran dan aku bahkan tidak sadar kedatangannya tiba-tiba saja seperti ada yang menabrak tubuhku hingga aku tak sadarkan diri. Lalu, beberapa hari kemudian aku mencari tahu mengenai Wakil Menteri dan Pangeran marah, dia malah berpikir aku mata-mata dan inilah yang membuatku diusir.” Ceritanya.

Hoya dan Guha saling bertatapan setelah mendengar cerita Shian.

“Ada apa dengan pria tua itu?” Tanya Shian.

Hoya menarik napas perlahan untuk mulai menjelaskan panjang lebar kepada Shian,”Sebenarnya Wakil Menteri memiliki asal usul yang tidak jelas dan sampai sekarang memberikan tanda tanya yang besar karena sampai sekarang kekuasaannya tidak goyah padahal pejabat lain selalu silih berganti. Ayah sudah pernah mencari tahu tetapi tidak pernah mendapat informasi yang jelas. Selain itu, sejak kedatangannya di kerajaan Yun, ia hanya memperhatikan Pangeran Kesebelas. Saat itu pangeran kesebelas baru berumur lima tahun dan menjadi dekat sampai sekarang.”

“Mengenai kekuatannya, banyak rumor mengatakan bahwa Wakil Menteri memiliki kekuatan yang setara dengan dewa makanya ia bisa bertahan di posisinya saat ini.” Lanjut Hoya.

“Sebaiknya kau tetap waspada. Apalagi dia belum tiba saja sudah membuatmu pingsan.” Hoya memperingatkan adiknya agar lebih hati-hati terhadap Wakil Menteri.

Shian merenung Sejenak.

“Aneh sekali, di antara Aku, Ahan, dan Pangeran. Mengapa hanya aku yang pingsan?” Shian heran mengingat posisinya tidak berada di depan gerbang bersama Pangeran dan Ahan tetapi malah dia yang pingsan.

“Apakah hanya aku yang bisa merasakannya?” Tanya Shian.

“Aku rasa karena kau masih baru di kediaman Pangeran.”Jawab Guha.

“Bagaimanapun kau harus berhati-hati!” Guha juga memperingatkan adiknya.

Di tengah pembicaraan serius mereka tiba-tiba saja terdengar suara Jenderal Kun yang sedang berbincag dengan Ny. Kun di halaman. Jenderal Kun juga kembali dari Kamp dan saat itu di sambut oleh istrinya.

“Oh tidak, Ayah juga kembali.” Shian Panik.

“Iya, hari ini ayah juga kembali.” Ucap Guha.

Shian merasa kerasa karena kedua kakaknya tidak mengatakan sejak awal bahwa Ayahnya akan pulang juga.

“Kenapa kakak tidak mengatakannya?” Tanya Shian kesal.

“Aku pikir ibu sudah memberitahumu.” Jawab Guha.

“Gawat... Gawat..” Ucap Shian yang sedang panik.

Jenderal Kun masuk kedalam rumah dan terkejut melihat Shian yang berdiri di antara kedua kakaknya. Tentu saja, melihat kehadiran Shian membuat Jenderal Kun berpikir yang tidak-tidak. Ia masuk ke dalam dengan langkah yang cepat dan menghampiri Shian.

“Apa yang kau lakukan disini?” Tanya Jenderal Kun menahan amarahnya.

Shian perlahan mundur dan bersembunyi di belakang kedua kakaknya.

“Kau kabur dari istana?” Tanya Jenderal Kun yang ternyata memiliki pemikiran yang sama dengan kedua anak tertuanya ketika melihat kehadiran Shian.

“A-ayah.. aku tidak kabur.” Jawab Shian ketakutan.

“Jika kau tidak kabur, mengapa kau ada disini?” Tanya Jenderal Kun.

Shian melangkah perlahan kehadapan ayahnya dan langsung berlutut.

“Aku kembali untuk mendiskusikan sesuatu dengan ayah.” Jawab Shian dengan wajah memelas.

Hoya dan Guha saling bertatapan mendengar ucapan Shian.

“Jika kau ingin mendiskusikan agar kau tidak kembali ke istana, lebih baik kau kembali sekarang.” Tegasnya.

“Bukan.” Shian menyangkal ucapan ayahnya.

“Aku ingin ayah membantuku memohon kepada Raja agar dapat membawa semua bawahanku ke kediaman Pangeran Kesebelas. Di sana terlalu sepi, hanya aku dan Ahan.” Lanjut Shian.

Setidaknya alasanku sedikit masuk akal.

Jenderal Kun menatap Shian, ia masih meragukan anak bungsunya itu.

“Akan ayah pikirkan terlebih dahulu.” Ucap Jenderal Kun mulai melunak.

Jenderal Kun sendiri juga sudah mengetahui bahwa kediaman Pangeran Kesebelas tidak memiliki satupun pelayan, hanya ada satu pengawal yang memang sudah sejak kecil bersamanya. Jadi, dia mempertimbangkan permintaan Shian.

Shian yang masih berlutut secara perlahan memutar badannya menghadap kedua kakaknya sambil tersenyum tipis dan kedua kakaknya hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat kelakuan adiknya yang sudah tidak tertolong. Keduanya tinggal menunggu saja kebohongan adiknya ini terbongkar dan membuat ayahnya naik darah.

Di saat yang sama, Pangeran sedang membaca buku yang biasanya ia baca. Kali ini ia membaca buku itu hanya untuk mengalihkan pikirannya setelah mengusir Shian dan ternyata Shian benar-benar mengikuti perintahnya.

“Jika Anda ingin dia kembali, aku akan memanggilnya sekarang.” Ucap Ahan.

“Tidak perlu.”

Pangeran Kesebelas tetap kukuh pada pendiriannya untuk tidak memanggil Shian kembali. Sedangkan Shian sedang menyusun rencana agar bisa kembali ke kediaman Pangeran Kesebelas. Bagi Shian meskipun tidak memiliki kebebasan saat berada di istana, ia harus tetap kembali karena jika tidak, ia takut ayahnya akan melumpuhkannya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status