Share

WAKIL MENTERI

Setelah kejadian di hari pernikahan Putra Mahkota, Pangeran Kesebelas mulai memperhatikan Kun Shian yang lebih sering menghabiskan waktunya berada di atas pohon ataupun di atas atap kediamannya. Kedatangan Kun Shian pada dasarnya tidak diterima oleh Pangeran Kesebelas karena Ia merasa memiliki Ahan sebagai pengawal pribadinya sudah cukup. Selain itu, Shian juga adalah orang yang dipilih oleh Raja yang belum tentu cocok dengannya, apalagi keadaannya yang berbeda dengan Pangeran lainnya. Ia terlalu banyak berpikir.

Ahan menghampiri Pangeran Kesebelas dan ikut menatap kearah Shian.

“Dia pasti sudah menyadari Anda memperhatikannya.” Bisiknya pada Pangeran.

Pangeran segera mengalihkan pandangannya setelah mendengar bisikan Ahan. Ia baru teringat bahwa Shian dapat menyadari hal-hal tertentu, seperti ketika pangeran kelima dan kedelapan datang ke kediamannya.

Tiba-tiba Shian melompat dari Atap dan menghampiri Pangeran Kesebelas.

“Sepertinya akan ada yang berkunjung!” Ucap Shian.

Ahan segera menuju pintu gerbang kediaman Pangeran untuk menyambut orang yang akan datang. Kepekaan Shian menjadi keuntungan bagi Pangeran karena dapat mempersiapkan diri menyambut siapapun yang datang. Bagaimanapun orang yang datang tidak semua akan dipersilahkan oleh Pangeran Kesebelas masuk ke kediamannya.

Shian yang masih berdiri di tempat, tiba-tiba merasa seperti ada sesuatu yang menabrak tubuhnya dan ia mendadak lunglai hingga jatuh ketanah. Ia mendengar suara Pangeran memanggil namanya tetapi suara tersebut semakin terdengar jauh dan samar. Ketika sadar ia sudah terbaring ditempat tidurnya.

“Apa itu tadi?” Ucapnya sambil mengingat kejadian sebelum ia pingsan.

Ia segera beranjak dari tempat tidurnya dan hendak menuju ke kediaman Pangeran. Saat ia berdiri di ambang pintu, ia melihat seorang pria tua berpakaian pejabat sedang berpamitan dengan Pangeran Kesebelas. Shian mengikuti pria tua itu dari kejauhan dan pandangannya sama sekali tidak lepas hingga pria itu keluar dari pekarangan kediaman Pangeran.

“Ada sesuatu yang tidak beres..” Ucapnya pelan.

Shian menyadari bahwa Pangeran dan Ahan telah memperhatikannya sejak tadi. Iapun segera menghampiri menghampiri Pangeran dan Ahan yang berdiri tak jauh darinya. Sebelum Shian mengucapkan sesuatu pangeran sudah mendahuluinya. “Apa kau baik-baik saja?” Tanya Pangeran.

“Ya saya baik-baik saja Yang Mulia!” Jawabnya tegas layaknya pengawal terhadap tuannya.

“Aku harap kedepannya kau lebih memperhatikan kesehatanmu dan jangan sering berada di atas.” Ucap Pangeran sambil menunjuk atap kediamannya.

“Sangat sulit untuk memanggil tabib kemari dan belum tentu ada tabib yang mau datang kemari.” Lanjut Pangeran. Ia berpikir bahwa Kun Shian sedang sakit.

“Baik, Yang Mulia!” Jawab Kun Shian.

Setelah menjawab Pangeran, ia kembali menatap ke pintu gerbang kediaman Pangeran dan gerak-geriknya itu disadari oleh pangeran.

“Kenapa kau mengikuti Wakil Menteri hingga ke pintu gerbang?” Tanya Pangeran Kesebelas.

Shian segera mengarahkan pandangannya ke arah pangeran lalu segera menunduk dan menjawabnya,”Hamba hanya penasaran.”

Kun Shian semakin penasaran dengan Wakil Menteri yang datang ke kediaman Pangeran. Ia kemudian menemui Ahan untuk bertanya mengenai Wakil Menteri.

“Hal ini lebih baik kau tanyakan pada Pangeran saja.” Ahan menolak untuk menjawab pertanyaan Kun Shian.

“Kau saja enggan menjawabku apalagi Pangeran, lagipula Pangeran sangat menjaga jarak denganku.” Ucap Shian sambil menatap Pangeran yang sedang duduk sambil membaca buku di dalam kediamannya.

Ahan akhirnya mengerti mengapa Shian lebih sering berada di atap kediaman pangeran. Ternyata sejak awal Shian sangat sadar bahwa Pangeran tidak mengharapkan kehadirannya.

Beberapa hari kemudian...

Pangeran memperhatikan Kun Shian yang sedang berlatih halaman kediamannya. Ia melihat Kun Shian sangat lihai menggunakan pedang dan baginya itu hal yang wajar mengingat bahwa Kun Shian adalah anak jenderal dan kedua saudaranya juga berada di kemiliteran kerajaan Yun. Ia menjadi sangat menyayangkan Kun Shian harus menjadi Pengawal Pribadinya padahal Kun Shian sangat berbakat. Seandainya, Kun Shian menjadi bagian dari pasukan militer kerajaan mungkin akan banyak meraih prestasi.

“kemampuannya bahkan jauh diatasku!” Puji Ahan yang tanpa pangeran sadari sudah berada di sampingnya.

“Sejak kapan kau berdiri di sampingku?” Tanya Pangeran yang terkejut dengan kehadiran Pangeran.

“Sejak tadi.” Jawab Ahan sambil tertawa.

Ahan kemudian teringat Kun Shian beberapa hari yang lalu bertanya mengenai Wakil menteri kepadanya, iapun menyapaikannya kepada Pangeran, “Pangeran, Beberapa hari yang lalu Shian bertanya mengenai Wakil menteri..”

“Tepatnya setelah Wakil Menteri datang menemui Anda.” Lanjutnya.

“Lalu kau memberitahunya?” Tanya Pangeran

Ahan menggeleng, “Aku memintanya bertanya langsung kepada Anda tapi dia sejak awal sudah mengetahui Anda menjaga jarak dengannya jadi dia enggan bertanya.”

Pangeran segera mengarahkan pandangannya kearah Kun Shian. Ia menjadi penasaran mengapa Kun Shian mencari tahu mengenai Wakil Menteri yang datang ke kediamannya.

“Ahan, setelah dia berlatih suruh dia datang menemuiku.” Pinta Pangeran.

Setelah berlatih Ahan segera menyuruh Kun Shian datang menemui Pangeran. Shian melihat pangeran duduk di tempat ia biasa membaca buku, ini sama seperti saat pertama kali ia tiba di kediaman Pangeran.

Shian segera memberikan salam dan hormatnya kepada Pangeran, “Yang Mulia!”

Pangeran Segera menghampirnya dan secara tiba-tiba Pangeran mengarahkan ujung sebuah pedang ke leher Kun Shian. “Mengapa kau mencari tahu mengenai Wakil Menteri?” Tanya Pangeran yang masih mengarahkan Pedang ke leher Kun Shian. Sejak awal Shian bisa saja menghindari pedang tersebut tetapi ia memilih untuk bertahan diposisinya sebagai loyalitasnya kepada Pangeran.

“Apa yang sedang kau pikirkan?”

“Apakah alasanmu di sini sama seperti yang lainnya?”

Pangeran terus bertanya dan Kun Shian hanya diam.

“Jangan-jangan kau adalah orang suruhan kakakku untuk memata-mataiku.” Kecurigaan terhadap Kun Shian mulai muncul di benak Pangeran Kesebelas.

Kun Shian tetap diam.

“Jika kau diam saja, berarti benar kau datang kemari sebagai mata-mata mereka.” Ucap Pangeran.

Shian menarik napas dalam-dalam lalu dengan suara pelan ia menjawab pangeran,”Jika aku menjelaskan apakah Anda akan percaya?”

“Sejak aku datang sebenarnya Anda sama sekali tidak berniat menaruh kepercayaan kepadaku sebagai pengawal pribadi Anda, tetapi Anda membiarkanku mengikuti kemanapun Anda pergi agar bisa memantau gerak-gerikku. Apa yang bisa aku katakan kepada Anda?” Lanjutnya.

Pangeran menjatuhkan pedangnya dan segera membelakangi Kun Shian.

“Segera tinggalkan kediamanku!” Perintah Pangeran Kesebelas, “Mengenai Raja, kau tidak perlu khawatir. Dia akan mengerti.”

“Aku tidak bisa meninggalkan kediaman Anda kecuali Raja yang mengusirku.” Ucap Shian yang masih dalam keadaan berlutut.

"Ketika kau pertama kali menginjakkan kaki di kediamanku, kau sudah sepenuhnya menjadi bawahanku dan titah dari raja mengangkatmu sebagai pengawal pribadiku bukan sebagai pengawal pribadi Raja." Tegas Pangeran. 

"Tinggalkan kediamanku!" Perintah Pangeran Sambil berjalan keluar dari kediamannya. 

Shian hanya diam dengan posisinya yang masih berlutut. Ia tidak dapat menyanggah apa yang diucapkan oleh Pangeran Kesebelas karena ucapannya memang benar adanya, ia datang ke istana memang sebagai bawahan Pangeran Kesebelas dan bukan bawahan Raja. 

Kun Shian, kau merelakan kebebasanmu untuk datang ke tempat ini tanpa niat apapun selain menjaga keamanan Pangeran tapi ini yang kau terima?

Shian tertawa kecil meratapi dirinya yang akan meninggalkan kediaman Pangeran Kesebeleas.

Sementara itu, Pangeran Kesebelas sedang berada di belakang kediamannya bersama Ahan. Perasaannya sedang bimbang, ada rasa bersalah kepada Shian tetapi juga ia memiliki rasa curiga pada Shian. 

"Ahan.. Apakah menurutmu yang kulakukan ini benar?" Tanya Pangeran.

"Tidak ada yang lebih tahu dibandingkan Anda." Jawab Ahan. 

"Apakah yang kulakukan ini kejam?" Tanyanya lagi. 

Ahan tidak berani menjawabnya,"Hamba tidak berani berkomentar mengenai hal ini, apapun yang anda lakukan pasti sudah mempertimbangkan segalanya."

Pangeran menatap kelangit, "Tapi kali ini aku rasa tidak, aku hanya melakukannya karena rasa curiga yang sejak awal aku arahkan padanya berubah menjadi menjadi rasa takut."

"Yang Mulia.. Aku tidak tahu apakah yang aku katakan ini lancang atau tidak, tapi Kun Shian adalah anak dari Jenderal Besar Kerajaan Yun dan Jenderan Kun sendiri adalah Jenderal yang bijaksana, kedua anaknya yang merupakan anggota militer kerajaan memiliki sifat yang sama dengan Jenderal Kun. Apakah menurut  Anda Shian menerima hal yang berbeda dari ayahnya?" Ahan memberi pencerahan kepada Pangeran. 

Sejenak Pangeran merenungi ucapan Ahan yang pada dasarnya memang benar. Iapun segera kembali ke kediamannya untuk menemui Shian tetapi Ia tidak menemukannya bahkan kamar shian sudah kosong, sudah tidak ada barang sama sekali. Shian sudah benar-benar meninggalkan kediamannya. Pangeran beranjak dari kamar Shian dengan rasa bersalahnya. 

"Dia sudah benar-benar pergi.." Ucap Pangeran dengan suara pelan kepada Ahan yang berdiri di depan pintu kamar Shian. 

"Haruskah aku memanggilnya kembali?" Tanya Ahan dan Pangeran menggeleng sebagai tanda Ahan tidak perlu melakukannya. 

Saat itu, Shian sudah berada di luar istana dan dalam perjalanan menuju kerumahnya. Perasaannya saat itu menjadi campur aduk. Ia merasa senang karena bisa kembali kerumah tetapi di sisi lain ia sedih karena merasa gagal menjalankan tugasnya sebagai pengawal pribadi Pangeran. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status