Tiga hari Helena koma di rumah sakit namun wanita itu belum juga menunjukkan tanda-tanda akan kembali sadar. Para wanita simpanan Ryan tentu sangat bahagia mendengar kabar tentang Helena. Mereka bahkan mengadakan party untuk merayakannya.Ryan selalu bolak-balik ke rumah sakit setiap hari untuk melihat kondisi Helena atau mempertemukan Mark dengan ibunya. Ada rasa tak tega atau menyesal di hati Ryan ketika melihat kondisi Helena. Ryan memang mencintai Helena, namun kebiasaan dikelilingi banyak wanita itu sudah ada sebelum Ryan bertemu dengan Helena.Dengan Mark digendongannya, Ryan berdiri di samping brankar Helena. Ryan terus mengajak Mark bicara agar bayi itu tak menangis. Tiba-tiba saja pintu ruangan terbuka dan munculah seorang wanita di ambang pintu."Ryan," panggil wanita tersebut."Siska," sahut Ryan kaget.Wanita yang dipanggil Siska tersebut tersenyum dan melangkah dengan anggun ke arah Ryan."Aku kemari membawakanmu makanan," ucap Siska.Siska adalah simpanan wanita yang pal
Sore hari, Lia dan Ella membuat janji untuk bertemu di kafe tengah kota. Ella yang mengajak Lia karena ada yang ingin Ella sampaikan. Saat Lia masuk ke dalam kafe, sudah terdapat Ella yang menunggu sambil memainkan ponselnya."Halo Ella," sapa Lia."Halo juga Kak Lia," balas Ella.Mereka berdua pun berpelukan lalu duduk di kursi yang berhadapan."Ada apa Ella?" tanya Lia."Diminum dulu Kak," ucap Ella.Lia pun mengangguk dan meminum jus alpukat yang sudah dipesankan oleh Ella."Jadi begini, kemarin Ares bilang kepadaku bahwa Kak Ella tidak perlu bekerja karena Ares akan membiayai hidup Kak Ella sampai Kak Ella kuliah dan Kak Ella bisa bekerja di perusahaannya Ares setelah Kak Ella lulus kuliah. Dan soal kuliah Kak Ella tidak perlu khawatir karena Ares akan membiayai biaya kuliah Kakak," ujar Ella."Uhuk uhuk." Tenggorokan Lia tersendat setelah mendengar ucapan Ella."Kamu serius?" tanya Lia."Apa wajahku terlihat bercanda?" tanya Ella seraya menunjuk wajahnya sendiri."Iya-iya aku per
Ella dan Ryan duduk di kursi taman rumah sakit. Suasananya tidak terlalu ramai dan tidak terlalu sepi. Keheningan melanda mereka sampai akhirnya Ryan berdehem untuk menghilangkan kecanggungan sebelum memulai pembicaraan."Ella, kamu tahu siapa aku?" tanya Ryan."Tahu, kamu Ryan," jawab Ella.Ryan menepuk jidatnya sekaligus tertawa kecil mendengar jawaban Ella."Maksud aku bukan itu. Kamu lucu. maksudku kamu tahu tidak aku ini siapa?" tanya Ryan di sela-sela tawanya."Tidak," sahut Ella.Setelah tawanya reda, raut wajah Ryan berubah serius. "Perkenalkan, aku suami Helena Lei Sant mantan Ares," tutur Ryan.Refleks Ella menoleh dan menatap Ryan intens. Tak pernah terbayangkan di benak Ella jika pria itu adalah suami Helena. Wajah Helena saja Ella tidak tahu apalagi suaminya."Ada urusan apa?" Ella mengajukan tanya dengan raut wajah tak seramah sebelumnya."Aku hanya ingin bertemu suamimu. Begini, aku tidak punya nomor ponselnya dan aku masih ragu jika harus datang ke tempat tinggal Ares.
Adi didiagnosis menderita hepatitis alkoholik yang kondisinya sudah cukup parah. Hatinya telah berhenti berfungsi dan membutuhkan transplantasi hati segera. Tentunya kabar tersebut mengejutkan semua orang.Ares bersedia mencarikan hati untuk Adi. Namun stok organ hati di kota Kaleya dan sekitarnya sedang kosong. Ares sudah mengarahkan anak buahnya untuk mencari stok organ hati di negeri ini namun belum ada yang menemukannya. Sedangkan kondisi Adi kian memburuk."Ayah…" panggil Lia lirih dari balik lingkaran kaca di pintu ruangan ayahnya."Sudah jangan bersedih Kak, percaya saja bahwa ayah akan sembuh. Ayo kita makan siang dulu, aku tau kakak belum makan," ujar Ella.Lia menurut, dia mengikuti langkah kaki Ella menuju lift. Namun, Lia bingung ketika melihat Ella menekan tombol ke lantai 4 bukan di lantai dasar."Kenapa di lantai 4?" Lia mengajukan tanya."Aku ingin menemui seseorang terlebih dahulu," jawab Ella."Kalau Kak Ella ingin turun ke bawah langsung silahkan," sambung Ella.Lia
Hari terus berganti, keadaan Adi kian memburuk dan diperkirakan organ hati untuk Adi akan datang besok. Sementara itu, detak jantung Adi melemah. Garis di elektrokardiogram nyaris lurus.Ella dan Lia setia menemani Adi walaupun Adi belum pernah membuka mata sejak terbaring lemah di rumah sakit. Sama seperti hari-hari sebelumnya, semua orang terus berdoa dan berharap bahwa Adi akan sembuh. Tidak pernah terlintas pikiran akan terjadi sesuatu yang buruk.Namun takdir tetaplah takdir. Pada pukul 10.17 Adi menghembuskan nafas terakhirnya dengan Ella dan Lia yang setia disampingnya. Garis di elektrokardiogram benar-benar lurus diiringi suara khasnya yang menandakan bahwa jantung tak lagi berdetak.Bukan tangis, Ella dan Lia justru terdiam seribu bahasa. Dunia seolah sunyi dan hanya terdengar bunyi khas elektrokardiogram. Keadaan itu terjadi selama beberapa detik sebelum mereka tersadar dan bergegas memencet tombol darurat.Tiga menit kemudian, seorang dokter dan dua suster datang ke ruangan
Mendung datang saat pemakaman selesai dilaksanakan. Para pelayat mulai pulang meninggalkan keluarga jenazah yang masih ingin melihat tempat peristirahatan terakhir anggota keluarga yang berpulang.Ella, Ares, Rayhan dan Livia juga masih berada di tempat pemakaman."Kalian siapa?" Samantha yang sedari tadi memperhatikan orang-orang yang tidak dikenalnya itu bertanya.Ares nampaknya paham akan apa yang selama ini terjadi. Ella tidak diakui keluarganya. Terlihat dari gelagat Ella dan yang lainnya yang tampak gelisah.Setelah terjeda beberapa detik, Ares menjawab, "saya bosnya Adi.""Oh begitu, maaf saya tidak tahu," sahut Samantha."Tidak apa-apa, kalau begitu kami pamit dulu," ucap Ares yang lalu merangkul pinggang Ella dan pergi dari sana.Semua percakapan tadi menimbulkan perasaan tidak enak pada Saras, Angel dan juga Lia. Entah kenapa mereka merasa tidak suka dan menyesal atas perkataan Ares. Mungkinkah hati Saras dan Angel mulai terbuka?•••Keluarganya Adi baru pulang saat hujan da
Ella mengunjungi rumah keluarganya keesokannya untuk menjenguk sekalian menawarkan Lia untuk homeschooling. Ella kesana diantar sopir menggunakan mobil pribadi miliknya yang diberi Ares.Saat Ella tiba di sana, ia melihat mobil milik kakek-neneknya masih ada disana yang menandakan mereka masih belum pulang. Ella sebenarnya ragu untuk melanjutkan niatnya, namun ia akhirnya memilih tetap melanjutkan."Selamat pagi," sapa Ella ketika memasuki rumah.Ruang tamu terlihat sepi, mungkin mereka semua sedang melakukan aktivitas masing-masing. Ella kemudian memencet bel di samping pintu rumah yang suaranya menggema ke penjuru rumah."Iya siapa?" Suara Saras terdengar."Ella?" ucap Saras terkejut."Iya Bu, aku kesini mau menemui Kak Lia.""Masuk dulu," ucap Saras ketus.Ella pun masuk dan duduk di ruang tamu."Main duduk aja, bawa apa kamu ke sini?" ucap Saras."Eh iya aku lupa, sebentar aku bilang ke sopir dulu." Ella beranjak dari duduknya dan berjalan keluar rumah."Pak Raya, tolong kantong-k
Dua Minggu setelahnya, Ella menjenguk Jasmine di rumah sakit. Karena hari ini adalah jadwal Jasmine untuk kemoterapi.Untuk kali ini, biaya kemoterapi Jasmine dibayar oleh Ella atas kemauan Ella sendiri. Bahkan Ella juga sudah deposit ke rumah sakit untuk biaya beberapa kemoterapi selanjutnya.Namun, Ella mampir ke toko bunga tempat Ella pernah bekerja dulu untuk membeli setangkai bunga mawar. Ella sengaja menyuruh Pak Raya untuk parkir mobil di tempat yang agak jauh dari toko bunga.Lalu Ella turun dari mobil dan berjalan dengan anggun menuju toko bunga. Ella memakai pakaian yang tidak terlalu mencolok, yaitu sebuah kemeja polos berwarna putih dan celana casual berwarna hitam. Rambutnya digerai dan ia hanya menggenggam sebuah dompet di tangannya."Halo Winda, aku ingin membeli setangkai bunga mawar," ucap Ella kepada pemilik toko bunga.Wanita yang berumur sekitar empat puluh tahun itu membelalakkan matanya kaget melihat Ella dengan penampilan yang jauh berbeda dari yang dulu."Ella?