Share

Chapter 49

Zahra terkesiap ketika bahunya ditepuk oleh Martin. Dia tersenyum.

“Pagi-pagi sudah ngelamun.”

Zahra tak punya kalimat apapun untuk menjawab Martin. Sudah berhari-hari pikirannya dipenuhi oleh Ray dan ciumannya. Dia akui menyesal tidak membalas ciuman Ray. Saat menjenguk Ardi di rumah sakit tempo lalu, dia sengaja tidak menyapa pria itu. Dia masih bingung bagaimana harus bersikap.

“Kamu mau ikut main golf nggak?”

“Nggak. Mau di rumah aja.”

“Pagi,” sapa Pak Thomas. Dia duduk di seberang mereka. “Zahra, kapan Pak Gunawan operasi transplantasi?”

“Lusa, kenapa, Pa?”

“Kalau mau jenguk kabari Papa. Sore ini Papa dan Martin harus balik ke Singapura.”

“Kalian gitu banget sama aku, ditinggalin terus. Lama-lama aku minggat juga.” Zahra meletakkan garpu dan sendoknya di piring, tak jadi sarapan.

Pak Thomas saling pandang dengan Martin. Belum sempat mereka menjelaskan, Zahra sudah beranjak menuju kamarnya di atas.<
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status