Share

Cahaya di Bandung
Cahaya di Bandung
Author: Raser

Prolog

Rambut hitam panjangku bergoyang lembut oleh angin sejuk Bandung saat aku melangkah keluar dari bandara Bandung. Langit cerah, dengan sinar matahari yang hangat menyapaku, memberikan sambutan yang akrab di kota ini. Aku baru saja tiba di Bandung untuk memulai babak baru dalam hidupku, dan setiap detik terasa penuh harapan dan kegembiraan.

Dalam rombongan mahasiswa baru, aku merasakan euforia dan kegembiraan yang melanda saat kami menuju kampus untuk mengikuti kegiatan orientasi mahasiswa, atau yang biasa disebut ospek. Semua mata memancarkan semangat dan keingintahuan akan petualangan baru yang menanti. Aku merasa kecil di antara keramaian ini, tapi semangatku tak terbendung.

Kampus yang terletak di tengah kota ini mempesona dengan arsitektur indah dan pepohonan hijau yang memberikan nuansa sejuk. Aku berjalan dengan langkah-langkah penuh semangat, menghirup udara segar Bandung yang selalu kudengar begitu indah.

Ospek dimulai, dan di setiap sudut kampus, mahasiswa baru berkumpul untuk mengikuti berbagai kegiatan. Aku menyusuri kampus, bertemu dengan berbagai karakter, dari yang penuh semangat hingga yang lebih pendiam. Tak lama kemudian, aku bertemu dengan Jihan, teman baruku di kos-kosan.

Jihan, dengan rambut panjang hitamnya yang selalu tertata rapi, memberikan senyuman hangat saat kami berjabat tangan. Dia terlihat misterius, dengan mata yang dalam dan penuh tanda tanya. Namun, di balik ketenangannya, tersembunyi sebuah kekuatan dan kebijaksanaan yang membuatku tertarik.

"Bergabunglah bersama kami, Mita!" kata Jihan, memotong lamunan yang mulai merayapi pikiranku. "Ospek ini akan menjadi awal dari petualangan luar biasa kita di Bandung."

Aku tersenyum setuju, merasa beruntung memiliki teman sepertinya di tengah kota yang begitu asing. Bersama Jihan, aku menjelajahi kampus, mengikuti segala kegiatan yang diselenggarakan oleh panitia ospek. Seiring berjalannya waktu, kami berdua semakin dekat, berbagi tawa dan cerita, mengukir kenangan indah di kampus yang baru kami kenal.

Puncak ospek adalah saat kami diajak untuk berkumpul di lapangan kampus, di mana kami bertemu dengan sejumlah senior yang akan memandu kami dalam perjalanan akademis. Di antara senior-senior itu, ada satu sosok yang menarik perhatianku: Roky.

Roky, pria tampan asli Bandung dengan senyum yang tak lekang oleh waktu, seakan menjadi magnet bagi pandanganku. Dia adalah salah satu senior yang akan membimbing kami. Sejak itu, aku sering menemui Roky di berbagai kesempatan, dari lokakarya hingga acara sosial. Senyumnya yang hangat dan sapaannya yang ramah membuatku merasa diterima di tengah keramaian kampus.

Hari-hari berlalu begitu cepat di Bandung. Aku dan Jihan menyesuaikan diri dengan kehidupan di kos-kosan, bertemu dengan teman-teman baru, dan belajar tentang berbagai hal yang baru. Bandung, dengan budaya dan kehidupan perkuliahan yang kaya, memberikan warna baru dalam lembaran hidupku.

Setiap malam, di bawah langit Bandung yang penuh bintang, kami duduk di teras kos-kosan, berbagi cerita dan impian. Jihan, yang awalnya terlihat misterius, mulai membuka diri dan berbagi pengalamannya. Dia berasal dari Medan, Sumatra Utara, dan seperti aku, dia juga meninggalkan kampung halamannya untuk mengejar impian di Bandung.

"Bandung memberikan kita peluang besar, Mita. Kita harus berani menghadapinya," kata Jihan sambil menatap langit malam yang begitu indah.

Aku mengangguk setuju. Perjalanan ini memberikan kami banyak pelajaran tentang hidup, persahabatan, dan impian. Namun, di tengah euforia dan kegembiraan, ada satu sosok yang tak bisa kulupakan: Roky.

Aku semakin sering bertemu dengannya, baik di kampus maupun di berbagai tempat di Bandung. Kami mulai berbicara lebih banyak, dan aku menyadari bahwa ada daya tarik yang sulit dijelaskan dalam setiap kata dan senyumannya. Meskipun kami hanya berbicara tentang hal-hal sepele, hatiku berdebar-debar setiap kali berada di dekatnya.

Suatu malam, kami bertemu di kafe dekat kampus. Obrolan ringan berubah menjadi percakapan yang lebih dalam. Roky membagikan kisahnya tentang perjuangannya di Bandung, tentang impian-impian yang ingin dia raih. Aku merasa terhubung dengannya, seolah-olah ada magnet yang menarik hatiku.

"Kamu tahu, Mita, Bandung punya banyak cerita. Dan setiap cerita, termasuk ceritamu, akan menjadi bagian dari kisah besar ini," ucap Roky dengan matanya yang penuh makna.

Ketertarikan antara aku dan Roky semakin kuat, tapi aku juga merasa ragu. Akankah kisah cintaku di Bandung membawa kebahagiaan, ataukah hanya akan menambah kerumitan dalam hidupku yang penuh tantangan ini? Sementara itu, persahabatan dengan Jihan tetap menjadi tiang penyangga yang memberikan dukungan di setiap langkahku.

Malam itu, di bawah langit Bandung yang penuh bintang, aku duduk di teras kos-kosan dengan perasaan campur aduk. Hidupku di kota ini membawa begitu banyak warna dan nuansa. Setiap pertemuan, setiap tawa, dan setiap cobaan membentuk diriku menjadi sosok yang semakin kokoh dan berani menghadapi apa pun.

Kota Bandung, dengan segala keindahan dan kompleksitasnya, menjadi saksi bisu perjalanan hidupku. Dan babak pertama dari kisahku di Bandung telah membuatku semakin siap untuk menghadapi petualangan, konflik, dan cinta yang tak terduga di masa depan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status