공유

Kosong

“Itu tidak mungkin,” ucapku menutup panggilan dengan tubuh gemetar seakan tidak percaya dengan kabar .

Mata yang tadinya bisa melihat dengan jelas, kini kabur seakan-akan tidak ingin melihat apapun lagi. Tubuhku terasa lemas seketika setelah mendengar kabar mengerikan itu. Telinga yang tadinya baik-baik saja, kini terus menggema keras tanda penolakan akan kebenaran yang telah ku dengar.

***

Aku melangkah perlahan ketika tiba di rumah sakit. Bahkan ketika aku sadar, seharusnya berlari dan menjerit sekuat tenaga pada momen ini, bukanlah sesuatu yang berguna lagi untukku. Seakan-akan aku sudah tidak memiliki harapan apapun lagi.

“Caramel, apakah kamu baik-baik saja?” tanya perawat Mira berdiri di depan sebuah ruangan kaca sembari menatapku sedu.

“Di mana Bibi?” tanyaku perlahan mengangkat kepala dengan tetesan air mata yang masih bergelinang deras di kedua pipiku.

“Masuklah,” jawab perawat Mira membukakan pintu lebar-lebar untukku, kemudian mengikutiku dari belakang dengan berhati-hati.

Ruangan dingin ini, seakan-akan membuatku tercekik tepat saat melihat perempuan terkuat di dunia terkapar pucat tak bernyawa. Aku melangkah dengan seluruh tenagaku mendekati ranjang tosca itu.

Perlahan aku menyikap kain yang menutupi wajah elok yang selalu menjadi semangat hidup untukku selama ini. Mulutku kini membisu, berusaha menahan jeritan keras yang sudah lebih dahulu meledak di dalam hatiku.

“Bibi, ayo pulang. Mengapa Bibi tidur di ruangan dingin ini. Caramel sudah membelikan buah Pir kesukaan Bibi,” ucapku memegang erat tangan bibi yang dingin dan berusaha tetap tersenyum walaupun rasanya seperti tercekik oleh kenyataan pahit.

Mendengar ucapanku kepada bibi, dokter dan perawat Mira menangis tersedu-sedu melihatku melakukan hal yang bahkan tidak terbayangkan sebelumnya. Semua tangisan yang ku tahan dalam-dalam, semata-mata agar kepergian bibi tidak terhenti karena keegoisanku.

***

“Amin….” Pemakaman bibi dilangsungkan beberapa jam setelah semua prosesi selesai. Begitu semua orang meninggalkan are pemakaman, luka yang ku pendam kini siap untuk meledak. Aku menangis sejadi-jadinya sembari menggenggam gumpalan tanah, yang menutupi tubuh wanita bak malaikat yang selama ini ku kenal.

“Maafkan aku, Bi. Aku belum menjadi Caramel seperti keinginan Bibi,” teriakku menangis memeluk makam bibi yang masih menggunduk dengan taburan bunga di atasnya.

“Caramel, sabar. Bibi pasti akan selalu di sisimu. Lapangkanlah hatimu,” ucap perawat Mira memelukku erat-erat sembari berusaha menguatkanku yang mulai kehilangan kendali dalam jeritan penyesalan itu.

Malam ini mungkin akan menjadi malam yang panjang untukku. Dunia memang tidak sebaik itu kepadaku, bahkan sejak usiaku 8 tahun. Dunia terlalu pemilih kepada semua insan yang pantas untuk dipilih dan bertahan di dalamnya.

***

Pukul 23.40, aku berjalan menuju apartemen Riko setelah berpisah dengan perawat Mira. Kini tubuhku yang masih terguncang, berusaha menghubungi pria yang selalu mendukungku selama ini. Namun, entah mengapa kali ini aku sama sekali tidak bisa menghubunginya.

“Aku tahu saat ini Bibi sedang mengawasiku,” ucapku mendongakkan kepala sembari melihat gemerlap bintang yang bertaburan di langit. Kata dari buku dongeng itu, seakan-akan menyejukkan hatiku saat aku yakin bahwa bibi terus mengawasiku, selamanya.

Tingtong… tingtong… tingtong…

Riko adalah kekasihku. Kami sudah menjalin hubungan ini sejak aku lulus SMA hingga saat ini. Dia adalah alasanku bekerja keras dan terus berusaha untuk membantunya lolos tes CPNS. Karena aku ingin dia fokus dengan tes itu, aku tidak ragu untuk menunjang biaya Pendidikan sekaligus hidupnya selama ini.

“Apakah dia tertidur?” tanyaku berulang kali membunyikan bel apartemen Riko. Kini, aku hanya ingin bersamanya dan menceritakan kejadian pilu yang menimpaku beberapa waktu lalu. Karena dia adalah harapan terakhirku bertahan di dunia yang keji ini.

Tingtong… tingtong… tingtong…

“Siapa ya?” tanya seseorang di balik pintu. Suara itu terdengar asing bagiku, aku bahkan tidak mengenali suara itu ada sebelumnya di lingkungan apartemen ini.

“Riko, ini aku Caramel,” jawabku berusaha tersenyum ketika pintu itu terbuka dan seorang wanita berbalut selimut putih keluar menyambutku.

관련 챕터

최신 챕터

DMCA.com Protection Status