Share

Bukan Milkku
Bukan Milkku
Penulis: Jiraz

Prolog

"Lo gak papa?"

Sana menoleh, wajahnya terlihat sekali paniknya. "Gapapa." Jawab seadanya. Dia tidak mengenal laki-laki itu.

Cowo itu terkekeh pelan. "Bener? Muka lo pucet banget."

Sana tersenyum kecil menatap cowo itu, kemudian mengalihkan pandangannya menatap sekitarnya. Saat ini dia sedang berada di taman depan gerbang kampus. Tali name tag yang dia pakai sekarang salah. Bukannya warna merah, dia malah memakai warna biru. 

"Mau gue bantuin?" Tanya cowo itu lagi. Sana menggeleng, dia tidak mengenalnya. Sana juga sedang menunggu Sarah, mereka satu kelompok jadi tidak perlu.

Kemudian cowo itu menunjukan seutas tali merah. "Ini kan yang lo butuhin." Senyum cowo itu. Wajah Sana langsung sumgringhai melihat tali itu, dia mengangguk.

Cowok itu tertawa pelan, " ini buat lo aja, gua gepake soalnya." Menyodorkan seutas tali merah itu pada Sana.

"Makasih." Sana mengambil seutas tali itu, kemudian melepaskan name tagnya. Dia mengganti tali biru menjadi tali merah di name tagnya. Saat sudah memasangkan talinya, Sana mulai memasangkan name tagnya kembali dengan mengikatkan kedua tali itu di belakang lehernya.

"Sini gua bantuin." Cowo itu langsung mengambil name tag di tangan Sana tanpa bertanya. Dia langsung mengalungkan lengannya di sekitar Sana. "Deket banget." Bisik Sana dalam hati. Dia sampai bisa mencium aroma parfum cowo itu.

Sana sedikit mengintip wajah cowo itu, dia baru sadar, hanya satu kata yang bisa menggambarkan wajah itu yaitu Tampan, rahang kokoh, hidung mancung dan alis yang tebal. Karena tadi terlalu panik wajah cowok itu jadi ngeblur di penglihatannya.

"Nanti wajah gua bisa bolong kalau lo ngeliatnya kayak gitu." Ucap cowok itu santai. Sana langsung mengalihkan pandangan ke arah lain, rasanya wajah dia panas sekarang. Maluu sekaliii ... bisa-bisa tertangkap basah dengan orangnya langsung.

"Udah." Cowok itu menjauh dan tersenyum menatapnya. Sana melihat name tagnya sudah terpasang di lehernya dengan rapi.

"Makasih loh ...?" Sana menatap cowok itu dengan pandangan bertanya. "Fikar. Biasanya sih di panggil kaya gitu." Ucap Fikar yang mengerti maksud Sana.

Sana mengulang ucapannya. "Iya makasih Fikar. Gue tadi panik, jadi gak tau harus apa." Sana tersenyum lebar menatap Fikar berterimakasih.

Fikar berdehem, mengalihkan pandangannya. "Iya sama-sama. Lagian lo kasian, kaya anak ilang, celingak-celinguk kebingungan gitu."

Sana tertawa canggung. "Iya iya."

Fikar mengangguk. "Yaudah gua duluan ya, Jangan sampe salah lagi Ospek besok." Ucap Fikar tersenyum, kemudian melenggang pergi dari hadapannya sebelum dia menepuk kepala Sana pelan.

Wajah Sana bersemu. "Kenceng banget." Memegang dadanya yang berdetak cepat. Dia menatap Fikar yang sudah berjalan menjauh.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status