Share

2

Sana meregangkan tubuh. Ketika membuka matanya, dia melihat sebuah atap, lalu dia menatap sekelilingnya."Hhm ... ini di kamar."

Sana menoleh ke arah jam dinding, dia menghela nafas. "Hhm ... Udah jam satu." Gumamnya. dia ingat ada tugas yang harus dia kerjakan karena deadlinenya besok. 

Dia memaksakan tubuhnya untuk bangun dan berjalan ke kamar mandi untuk cuci muka dan sikat gigi di washtafel. Kemudian dia mengganti bajunya menjadi baju tidur. Setelah itu dia kembali ke kamar. 

Sana menguap, rasa kantuknya masih ada tapi setidaknya mata dia sudah bisa melek sepenuhnya. Dia menarik kursi belajar, lalu duduk disana. Ketika sudah membuka laptop di atas stand laptopnya, Sana baru menyadari di atas mejanya ada makanan. Ah ... disana juga ada notes kecil di sampingnya.

Dear anak mama

Jangan lupa di habisin 

ya sayang! ♡

Sana tersenyum melihat notes itu, lalu dia menyimpan notes itu ke dalam laci meja belajarnya. Sepertinya dia akan makan terlebih dahulu. 

Side dish yang disiapkan Adalah dua buah apel sedang, tiga buah anggur kecil, dan menu utamanya nasi dengan lauk berupa sayur-sayuran yang disukai Sana, tak lupa sisa ayam goreng yang diberikan kakaknya, berada dalam kotak.

"Hp, mana Hp?" Dia celingak-celinguk mencari Handphonenya. Ketemu! Itu berada di samping stand laptopnya, sepertinya kak Dewa yang merapikan. Sana pun akhirnya asik menscrol layar ponselnya untuk membaca komik kesukaannya dari Internet, sambil memakan makanannya.

Tak terasa tiga puluh menit telah berlalu. Makanan yang dimakannya hanya tingggal buah-buahan nya saja. Sana menyempatkan untuk melihat aplikasi chattingnya. Oh, dia melihat satu pesan masuk dari Sarah.

Sarah : Bikin dua tugasnya ya. Buat gue ☺

Sudut bibir Sana terangkat, di dahinya mungkin sekarang nampak sudut dua. Benar sekali, dia kesal! Apalagi sekarang Sarah sedang tidak aktif, percuma saja dia membalas pesannya juga. Akhirnya dia mengerjakannya. Meskipun sambil mencak-mencak, tetapi dia tetap membuatkan tugas salinan untuk Sarah, yang dia bedakan sedikit-sedikit. "Nyusahin emang anak satu!"

Tepat pukul 2.30 pagi. Dia menguap, tugas nya baru saja selesai. Tapi Sana ingat dia masih memiliki satu pekerjaan lagi, semacam tugas individu yang diberikan untuk anggota baru, di organisasinya.

Tugasnya adalah membuat cerpen, meskipun deadlinenya masih tiga hari lagi, tapi dia ingin segera menyelesaikannya.

Sana teringat sesuatu. "Dimana ya? Terakhirkan di pegang di mobil. Kertasnya dimana ya?" Gumamnya bingung, Sana pun beranjak dari kursinya, kertas itu milik Kak Firdaus, jangan sampe hilang ditangannya! Dia kemudian mengecek tas, kasurnya, isi lemari dan setiap laci yang dia miliki di kamar, tapi tetap saja hasilnya nihil.

Sana menghela nafas, dia menyerah! Dia mulai merasa frustasi! akhirnya dia kembali duduk di kursi belajar dan menyandarkan dirinya ke kursi. Dia melipat ke dua tangannya di atas meja lalu menelungkupkan wajahnya disana. "Capek!"

"Gak ada yang bener!" Keluhnya, Sana memiringkan kepalanya agar leluasa bernafas, satu tangannya menumpu kepalanya di meja. Jari-jarinya menggambar abstak di atas meja. "Orang itu juga. Pasti, dia gak bakalan suka perempuan kasar."

Sana memukul kepalanya. "Dasar bego! Kenapa punya kelakuan aneh sih!" Padahal dia selalu menunggu-nunggu orang itu, tapi dia juga tidak bisa mendekat. Ini seperti kutukan untuknya! 

Dia menatap tangannya dan bergumam "Lo tuh nakutin tau gak." Kemudian Dia kembali menelungkupkan wajahnya ke dalam lipatan tangan.

***

Tuttt Tuttt Tutttt

Tangan Sana meraba-raba mencari sumber suara. Saat menemukannya dia lalu mematikan alarm dari ponsel, dan menegakkan tubuhnya, ah ternyata dia ketiduran. Matanya terbelalak melihat jam di ponselnya menunjukan pukul 6 pagi. Dia melihat kertas yang berserakan di atas mejanya, lalu menghela nafas. Dia mengacak rambutnya. "Gak tau lah." Lalu beranjak dari kursi menuju kamar mandi.

Sana menghabiskan waktu lumayan lama di dalam kamar mandi, setelah itu dia keluar menggunakan Bathrobe. Dia berjalan menuju lemari, lalu mengambil dress panjang lengan pendek dan juga outer satu set, tak lupa mengambil stoking warna kulit di bagian lemari lain.

Setelah semua pakaian dipakai, Sana mengeringkan rambutnya menggunakan hairdryer, kemudian mengikat ekor kuda rambutnya. Tak lupa dia memasukan kembali kertas-kertas tugasnya, pulpen dan binder miliknya, yang berada di atas meja ke dalam tote bag.

Sana juga memasang Smartwatch berwarna ungu di tangannya. Disana sudah menunjukan pukul 6.45. Dia mengambil apel sisa subuh tadi yang masih utuh di atas meja, lalu memakannya.

"Pasti sempet." Optimis Sana. Jarak dari rumah ke kampusnya sekitar 30 menit, dan kelas paginya dimulai pukul 8. Dia juga mengambil ponselnya yang berada di atas meja.

Kemudian Sana mengambil sneakers berwarna hitam yang berada di tempat sepatu, dekat pintu kamarnya. Apel ditangannya ia gigit di mulutnya, lalu kedua tangannya ia gunakan untuk memakaikan sepatu. 

"Selesai juga. Ayo berangkat!" Gumam Sana ceria. Begitulah rutinitas Sana setiap pagi, mungkin sedikit berbeda karena hari ini agak siang. Biasanya pukul 6.30 Sana sudah siap untuk berangkat. 

Sana keluar kamar sambil memakan apel ditangannya. Kamar dia dan Kak Dewa berada diatas dan bersampingan, sedangkan Mama dan Papanya berada dibawah. Katanya capek harus bolak-balik turun tangga setiap hari. 

"Ehh. Tumben sepi. Biasanya rame suara Papa." Gumam Sana menuruni tangga. Saat di ujung tangga bawah, dia melihat kakaknya sedang duduk di meja makan. "Kak, Papa sama Mama dimana?"

"Argghhh."

"Itu apa kak?" Panik Sana, karena suara itu berasal dari kamar ke dua orang tuanya. Terlebih lagi seperti suara Papanya yang berteriak.

Dewa menggaruk lehernya yang tak atal. "Ngg ... kayaknya Papa lagi main di kamarnya. Gak usah di urusin."

Sana duduk di meja makan. "Main? Main apaan?" Dia sesekali melihat kamar orang tuanya, karena masih penasaran.

Dewa berpikir. "Mm ... itu Papa kan kemarin beli PS baru. Mungkin dia lagi kesenengan jadi teriak-teriak gitu."

"Ohh. Tapi kok Mama gak keluar sih?" Tanya Sana lagi, yang dia tahu Mamanya gak suka main hal seperti itu, kemudian dia meminum susunya yang sudah disiapkan diatas meja akan, sampai habis.

"Mama lagi main bareng Papa." 

"Ohh ... Asik dong! Gua juga jadi pengen main ba ... " 

"Jangan!" Potong Dewa

Sana menatap Dewa bingung. "Ma ... Maksud gua. Mama sama Papakan jarang main bareng kayak gitu, jadi jangan di ganggu. Kalau mau main bareng sama gua aja." Jelas Dewa, lalu dia berdehem.

Sana mengangguk saja, meskipun merasa ada yang janggal. "Kak ayo jalan. Takut telat nih gua."

Dewa melihat jam sudah pukul 7.05 agi. "Ayo. Lo lama banget!"

Sana cengengesan. "Gua kesiangan bangunnya."

Dewa menggelengkan kepala melihatnya, merekapun beranjak dari meja makan menuju garasi mobil. Sana sekalian jalan membuang buah apel yang telah habis dimakan kedalam tempat sampah yang di lewatinya. Setelah sampai mereka masuk ke dalam mobil Kakaknya, di rumah ini yang tidak bisa mengendarai kendaraan hanya dia seorang. Jadi diabelum memiliki mobil sendiri.

Dewa pun melajukan mobilnya. 30 menit kemudian mobil Dewa sampai di parkiran kampus. Sana turun disana. Dewa membuka kaca mobilnya lalu berkata. "Nanti gua jemput."

"Iya. Hati-hati kak." Ucap Sana sambil melambaikan tangan pada kakaknya, lalu berbalik pergi masuk ke kampus. Orang-orang juga banyak yang baru datang, jadi Sana merasa tenang.

Sana berjalan di koridor kampus. Letak kelasnya hari ini berada di lantai tiga, untungnya kampus dia memiliki fasilitas lift jadi tidak perlu cape naik tangga.

Sana terdorong ke depan. "Lemes amat Pren." Rangkulan Sarah hampir membuatnya terjatuh. 

"Bisa gak sih, datengnya secara normal!" Sentak Sana. Sarah tertawa. Dia mencubit ke dua pipi Sana, kemudian menguyel-menguyel wajahnya menggunakan telapak tangannya.

Sana menyentak tangan Sarah dari wajahnya. "Asin anjir tangan lu!" Kemudian dia mendorong tubuh Sarah menjauh. "Gerah gue! Jangan deket-deket!" Sarah tidak kapok, dia kembali merangkul Sana kemudian menangkup pipinya lalu menjepitnya menggunakan satu tangan. "Argghh Sakit! Gua gigit tangan lo ya!"

Sarah tertawa puas, karena kasian akhirnya dia melepaskan tangannya dari wajah Sana tapi tidak rangkulannya. "Gak lupakan tugas yang gua minta semalem." Ucap Sarah setelah itu.

"Tugas yang mana!" Ucap Sana tidak peduli, dia mengusap-usap pipinya pelan sambil mengalihkan pandangannya. "Pipi lo bakal meletus loh." Ancam Sarah. Sana yang tau maksudnya, langsung menatap sengit Sarah. "Anjir emang!" Umpatnya.

"Nih tugas lo! Bayar lo!" Sana menyodorkan tugas salinan yang di khususkan untuk Sarah.

"Iya nanti gua beliin es cekek kantin."

Sana pun menggeplak kepala Sarah. "Aduh, gak kerasa." Ucap Sarah.

"Iya iya. Nanti gua beliin ayam goreng." Ucap Sarah tersenyum pada Sana. "Nabung balon gua, tiap hari." Sambil menusuk-nusuk pipi Sana. 

Dia hanya mendiamkan ulah Sarah itu. Tak terasa mereka pun sampai di depan kelas, terlihat sudah banyak orang yang datang dan untung dosennya belum. Kemudian Sarah dan Sana memasuki kelas.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status