Share

4. Silver Coin

Tim Elite disambut dengan baik di rumah Arias. Mereka semua sudah mengenal Arias sehingga suasana tidak terlalu canggung. Paling tidak, ada yang bisa menghubungkan percakapan antara dua tim.

“Halo, Tim Eria,” sapa Seth ramah. “Mungkin kali ini bukan waktu kita untuk berkenalan lebih dalam. Kita harus menyelesaikan masalah ini lebih dahulu. Tidak apa-apa, kan?”

“Tentu, Seth,” jawab Arias.

“Arias, sepertinya tinggimu bertambah!” seru Nyridia lalu langsung mendekati Arias untuk mengukur perbedaan tinggi mereka.

“Bisa saja itu karena badanmu yang mengecil,” ucap Eugene yang dibalas dengan tatapan sinis dari Nyridia.

“Kalian berdua masih sering berkelahi?” tanya Arias.

“Dia selalu mencari masalah denganku,” jawab Nyridia sambil menunjuk Eugene. “Marahin!”

Arias hanya tertawa. Ia merasa bahagia karena teman-temannya tidak berubah sama sekali. Mereka semua masih sama.

“Ayo, semuanya berkumpul,” perintah Seth. Ucapan Seth memang sangat memiliki kekuatan. Tidak ada yang tidak mendengarkannya.

“Klaus, jawaban dari pertanyaanmu sebelumnya itu sudah bisa kamu dengar,” kata Seth. “Kita sekarang memiliki misi yang sama.”

Klaus mengangguk. “Aku akan mendengarkannya.”

Seth mengeluarkan peta wilayah Yasle dari balik jubahnya. Ia melebarkan peta itu di atas meja. Di atas meja itu sudah disediakan kuas dan tinta berwarna merah. Tujuh orang lainnya berdiri mengelilingi meja itu.

“Di sini adalah tempat aku dan Pilav menemukan golem. Lalu, kita membantu Tim Eria melawan Tyra yang palsu di sini.” Seth menandai tempat dengan kuas sambil berbicara. “Kemudian, menurut laporan Nyridia dan Eugene, terdapat monster ungu, goblin, dan golem di tiga tempat ini.”

Melihat tempat yang ditandai oleh Seth, membuat Klaus ingin menganalisisnya. Sejujurnya, jarak antara lokasi itu tidak terlalu jauh. Ia sendiri tidak tahu bagaimana situasi di tempat selain tempat ditemukannya Tyra karena ia belum menjelajahi yang lain. Jika ia membuat kesimpulan sebatas fakta ini, ia tidak akan bisa menemukan jawabannya.

“Semua makhluk yang kita lawan berubah menjadi kaca dan mengeluarkan sebuah koin. Makhluk-makhluk ini juga tidak akan benar-benar mati jika tubuhnya tidak hancur sepenuhnya. Sehingga, kita harus memastikan bahwa potongan tubuh mereka sudah berubah menjadi kaca.” Seth melihat satu per satu orang yang ada di sekelilingnya.

Mungkin inilah yang disebut “mode serius” oleh Arias sebelumnya. Seth menjelaskan dengan sangat tegas dan tidak ada yang bisa menyelak perkataannya. Semua orang di sana hanya bisa mendengarkan.

“Misi kita kali ini adalah membunuh semua makhluk kaca di Yasle dan mencari pelaku di balik monster-monster ini,” kata Seth mengakhiri penjelasannya. “Aku tahu bahwa Tim Eria dan Tim Elite memiliki perbandingan yang sangat jauh dalam pengalaman bertarung. Tetapi, selama Tuan Herreros mempercayai kalian, aku juga percaya pada kalian.”

Klaus mendengarkan semuanya secara seksama. Matanya terus mengarah ke lantai. Ia memfokuskan perhatian ke indera pendengarannya. Sejujurnya, banyak sekali yang ia pikirkan ketika mendengar penjelasan dari Seth. Banyak pertanyaan yang ia simpan di dalam kepalanya. Tetapi, mulutnya tidak kunjung terbuka.

“Di antara semua makhluk, hanya satu yang menyerupai manusia. Anehnya lagi, menyerupai Tyra. Apa mungkin Tyra adalah pelakunya?” tanya Arias.

“Poin yang bagus,” jawab Seth. “Aku juga memikirkan itu. Tetapi, Tyra bukanlah seorang ilmuwan gila yang membuat monster seperti ini. Ditambah lagi, ia tidak bisa mengendalikan kaca ataupun logam.”

“Tetapi, di antara semua manusia, kenapa harus Tyra? Apakah berarti Tyra ada hubungannya dengan makhluk ini?” tanya Feather.

“Benar. Mungkin kita bisa menyelidikinya melalui Tyra yang asli. Sebelum itu, kita harus mencari di mana keberadaannya.” Seth menyimpan peta itu di balik jubahnya lagi. “Dia berhasil bersembunyi hampir dua tahun. Tidak mungkin tempat persembunyiannya merupakan tempat yang mudah ditemukan.”

"Klaus," panggil Pilav tiba-tiba. "Menurutmu, di mana Tyra yang asli?"

Felix dan Feather terkejut dengan pertanyaan tiba-tiba dari Pilav yang ditujukan pada rekan mereka. Sedangkan sang pemilik nama itu terlihat tidak terkejut sama sekali. Klaus seperti sudah memiliki jawaban yang ia simpan di dalam kepalanya.

Klaus menjawab dengan datar, "Jika makhluk tadi sangat menyerupai Tyra, maka kemungkinan besar, keberadaannya tidak jauh dari sini."

"Kenapa kau bisa berpikir begitu?" tanya Pilav.

“Karena makhluk itu menggunakan jurus yang dimiliki oleh Tyra yang asli. Jurus itu juga bekerja seperti yang sesungguhnya. Jika makhluk itu adalah sebatas makhluk tiruan, tidak mungkin bisa mengendalikan energi. Kecuali, ada orang yang menggerakkannya, yaitu Tyra sendiri.”

“Tetapi, kembali lagi ke argumen awal. Tyra bukan pengendali kaca. Ia memiliki elemen pasir dan menyerang dengan duri. Lalu, bukan hanya Tyra yang menyerang. Monster yang lain juga menyerang dengan kekuatan sesungguhnya. Ya, meski mereka bukan manusia,” jawab Seth.

“Kamu,” panggil Pilav sambil menunjuk Feather. Targetnya berubah. Ia tidak menyebut namanya karena belum sempat bertukar nama. “Coba jelaskan situasi saat Tyra muncul.”

Feather terkejut. Namun, ia langsung jawab secara spontan, “Kami sedang menyusuri jalan setapak di dekat Bukit Yasle. Tyra itu langsung muncul dengan cepat. Kami bahkan tidak melihat dari arah mana ia datang.”

“Aku memikirkan sesuatu. Apa kamu memikirkan hal yang sama, Klaus?” Pilav kembali bertanya pada Klaus.

“Tyra muncul secara tiba-tiba .…” Klaus menunduk. Ia mengulang ucapan Feather barusan. Setelah itu, ia menatap Pilav. “Pada awalnya, makhluk itu hanya sebatas kaca. Kemudian, ia langsung berubah wujud menjadi Tyra. Setelah mati, makhluk itu kembali menjadi kaca.”

“Seth.” Pilav melirik Seth. Ia memanggil Seth supaya pria itu memberi tanggapan.

Seth menganggukkan kepalanya berkali-kali. “Untuk saat ini, argumen itu akan menjadi teori dasar kita. Jika benar bahwa asal makhluk itu adalah kaca, maka ada banyak sekali makhluk kaca yang belum kita temui di daerah ini. Tepatnya, belum kita lihat.”

Klaus tampak menunduk lagi. Pilav yang menangkapnya itu pun langsung memancingnya untuk bicara. “Klaus, sampaikan saja apa yang sedang kau pikirkan.”

Kepala Klaus terangkat. Sejak tadi, memang banyak sekali yang ingin ia sampaikan. Otaknya itu cerdas. Namun, kemampuan berbicaranya sangat lemah. Jika tidak diminta untuk bicara, ia tidak akan mengatakan apapun. Ia hanya mengutarakan pendapat jika ia sudah yakin seratus persen tentang kebenarannya.

“Untuk sekarang, aku belum menemukan jalan untuk menemukan di mana lokasi makhluk kaca lainnya,” jawab Klaus. Semua mata menuju ke arahnya—menunggu lanjutannya. “Awalnya, aku berpikir dari titik yang paling sederhana. Aku bertanya pada diriku, apa yang aku bisa? Kemudian, aku memikirkan mengenai elemenku. Aku juga memikirkan apa yang bisa membuat sebuah benda yang tidak terlihat menjadi terlihat dengan adanya elemenku.”

“Aku memiliki elemen cahaya. Jika aku mengarahkan cahaya ke setiap arah, maka cahaya itu bisa dipantulkan. Dari sini, kita bisa mengetahui di mana keberadaan mereka sebelum mereka berubah wujud. Namun, kaca adalah benda yang tembus cahaya. Jika mereka adalah cermin, mungkin usaha ini akan berhasil.”

“Idemu menarik,” jawab Eugene. “Jika semua monster itu sebenarnya adalah cermin, mungkin kita akan mendapat jalan keluar yang jelas. Rupa makhluk itu yang menyerupai Tyra juga tidak mengherankan. Bisa saja cermin itu adalah bayangan dari orang yang ada di depannya. Tetapi, karena makhluk ini hanyalah kaca bening, semuanya jadi sulit dihubungkan.”

“Kemudian, dibanding fokus dengan kaca, bagaimana jika fokus ke bukti yang lain?” lanjut Klaus. “Sejak tadi, yang dibahas adalah makhluk kaca. Namun, tidak ada yang membawa potongan kaca itu untuk diteliti. Sedangkan, koin perak yang sudah ada bendanya di sini, tidak pernah dibahas.”

Mendengar itu, Pilav dan Nyridia mengeluarkan koin yang mereka simpan. Mereka menaruhnya di atas meja. Tim Eria yang belum pernah melihatnya itu pun langsung menyentuh koin itu.

Tiba-tiba, ada banyak duri yang keluar dari badan Feather. Feather yang sibuk menatap koin yang ada di tangannya itu tidak sadar sama sekali. Duri itu hanya mengelilingi dirinya — tidak menyerang ataupun bergerak.

“Feather!” seru Felix sambil menunjuk duri yang ada di sekeliling tubuh Feather. Duri itu sama seperti duri yang dihasilkan oleh Tyra.

Feather terkejut ketika melihatnya. Ia sendiri tidak merasakan apa-apa. Ia langsung menjatuhkan koin yang ia pegang ketika menyadarinya. Ketika koin itu terlepas, duri yang keluar dari tubuhnya pun langsung terjatuh ke lantai dan berubah menjadi pasir biasa.

“Apa yang terjadi?” tanya Feather bingung.

Klaus mengambil koin yang dijatuhkan Feather barusan. Kemudian, ia memberikannya kembali ke tangan Feather. Sesuai yang sudah ia duga, duri itu kembali muncul. Namun, kali ini durinya semakin banyak dan bisa bergerak secara asal. Untung saja, tidak ada yang terkena duri itu.

“Apa maksudnya ini?” Feather semakin bingung. Semua orang yang ada di ruangan itu hanya terdiam. Sepertinya, tidak ada yang bisa menjawab pertanyaannya.

Klaus mengambil kembali koin itu dari tangan Feather. Duri yang awalnya aktif beterbangan itu, kini hancur dan menjadi gundukan pasir di lantai. Kali ini, Klaus menggilirkan koin itu ke satu per satu orang yang ada di sana. Namun, tidak ada yang terjadi. Koin itu hanya bereaksi saat berada di tangan Feather.

Keempat anggota Tim Elite memperhatikan gerakan Klaus. Mereka juga menunggu penjelasan Klaus yang hanya bergerak tanpa bicara apapun.

“Koin ini berisi energi. Kita sebagai pengguna energi tidak akan mendapatkan efek apapun karena kita bisa mengendalikan energi,” jelas Klaus. “Sedangkan, Feather yang belum mengaktifkan energi, membuat efek dari koin ini bereaksi. Yang barusan itu adalah koin Tyra. Jika Feather menyentuh koin yang lain, maka ia akan mendapatkan kekuatan yang sama seperti monster-monster itu.”

“Jadi, kesimpulannya?” tanya Seth.

“Koin ini yang membuat makhluk kaca itu bisa berubah wujud dan bahkan menyerang menyerupai yang asli. Melihat perubahan duri pada Feather yang semakin ganas ketika koinnya dilepaskan, menunjukkan bahwa koin ini akan melepaskan sebuah efek berserk ketika lepas dari tubuh.”

“Tepat sekali,” jawab Seth tersenyum. “Sejak tadi, aku sudah menunggu kalimat itu keluar dari mulutmu. Kami, Tim Elite, sebenarnya sudah mengetahui semuanya sebelum datang ke sini. Anggap saja sebagai ujian untuk Tim Eria.”

“Padahal, aku berharap kalian dapat berdiskusi untuk mencari jawaban. Tetapi, pria beruban ini menyapu semua jawabannya,” ucap Eugene.

Nyridia memukul bahu Eugene. “Itu abu-abu, Eugene! Kenapa kau terlalu terobsesi dengan uban? Rambutku yang berwarna silver indah ini juga dibilang uban. Lihat saja, kau pasti akan beruban di umur yang muda!”

Mendengar itu, Eugene reflek memegangi kepalanya. “Gak, gak mungkin!”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status