Share

7. New Path

Tim Eria kembali ke Escalera sehari setelah Tim Elite. Sama seperti seniornya, Tim Eria juga menghampiri Herreros.

“Tuan Herreros, Tim Eria sudah kembali,” ucap Arias kemudian mereka semua membungkuk.

“Oh, Arias. Kau kembali ke sini.”

“Iya, Tuan. Saya memutuskan untuk pergi ke Escalera untuk sementara. Saya mungkin akan kembali ke Yasle dalam waktu dekat.”

Senyum pada wajah Herreros memudar. Matanya yang bulat pun menjadi sayu. Padahal, ia baru saja berpikir bahwa Arias akan kembali ke Escalera untuk selamanya. Tetapi, harapannya itu sirna.

Herreros mengangguki ucapan Arias—menutupi rasa kecewanya. “Bagaimana misi pertama kalian?”

“Kenapa Tuan membohongi kami?”

Sebelum Arias membalas pertanyaan Herreros, Klaus sudah berbicara lebih dahulu. Arias merupakan orang yang taat dan hormat. Sehingga, melihat tingkah Klaus yang sedikit tidak sopan ini membuatnya panik.

“Klaus .…” Arias menyebut nama Klaus dengan volume rendah. Klaus melirik dirinya sebentar, namun kembali menatap Herreros dengan mata tajamnya.

“Kami tidak bermaksud membohongi—” Lou yang berusaha menjelaskan itu langsung disuruh diam oleh Herreros.

“Waktunya kuis,” ucap Herreros tiba-tiba. “Yang bisa menjawab, tolong angkat tangannya.”

“Apa saja perbedaan Tim Eria dan Tim Elite?” tanya Herreros “Sebutkan sebanyak-banyaknya.”

Feather langsung mengangkat tangannya. Setelah itu, Herreros langsung mempersilakannya untuk menjawab.

“Pertama, Elite jelas lebih berpengalaman. Dibandingkan dengan Eria yang baru saja dibentuk, tentu sangat memiliki kemampuan yang berbeda. Elemen yang dimiliki Eria dan Elite juga berbeda. Kemudian, perbedaan umur, senjata, dan latar belakang. Komposisi timnya juga berbeda. Eria memiliki satu perempuan dan tiga laki-laki. Elite memiliki dua perempuan dan dua laki-laki.”

Herreros menepuk tangannya. “Feather satu poin.”

Felix yang ada di sebelah Feather langsung berbisik, “Kenapa tiba-tiba ada kuis, sih?”

Feather hanya mengedikkan bahu. Ia sendiri tidak tahu apa tujuan Herreros tiba-tiba mengadakan kuis.

“Apa elemen masing-masing Tim Eria?”

Felix mengangkat tangannya dengan antusias. “Arias kayu, Klaus cahaya, aku air, Feather—” Ia menoleh ke arah Feather dengan bingung. “Feather tidak diketahui.”

“Felix satu poin,” kata Herreros. “Pertanyaan selanjutnya, apa saja elemen Tim Elite?”

Setelah ditujukan pertanyaan itu, tidak ada yang menjawab. Arias menatap satu per satu rekannya yang tampak kebingungan. Setelah itu, ia mengangkat tangannya.

“Ya, Arias?”

“Seth petir, Pilav angin, Eugene air, Nyridia alam,” jawab Arias. Ia memang satu-satunya yang tahu tentang itu karena sudah kenal mereka sejak lama. Sedangkan anggota Eria yang lain tidak mengetahuinya secara pasti.

“Arias satu poin.”

“Eugene air?!” tanya Felix tidak percaya. “Waktu itu, ia hanya memakai panah. Aku kira dia seperti Feather.”

Arias mengangguk. “Mungkin kamu bisa berguru padanya.”

Mata Felix membesar. Ia merasa bersemangat ketika mendengar ide Arias. “Benar! Terima kasih, Arias.”

“Setelah tiga pertanyaan itu, apa yang bisa kalian simpulkan?” tanya Herreros.

“Simpulkan?” tanya Arias.

Herreros mengangguk. “Coba gabungkan semua informasi yang sudah kalian jawab. Apa kesimpulannya?”

“Tetapi, semua pertanyaan itu terlalu umum. Bagaimana kami bisa membuat kesimpulan?” tanya Feather.

“Ada satu kesimpulan,” jawab Herreros. “Ah, kalau bisa, Klaus saja yang menjawabnya. Yang tidak memiliki poin akan dikeluarkan dari Tim Eria.”

Mereka berempat tentu terkejut dengan pernyataan tersebut. Herreros mengatakannya dengan sangat ringan—seakan-akan keluar dari tim adalah hal yang mudah dilakukan.

Di sisi lain, Klaus terus berpikir.

Kesimpulan …

Perbedaan Tim Eria dan Tim Elite, elemen Tim Eria, elemen Tim Elite …

Beberapa detik kemudian, Klaus pun sadar akan sesuatu. Ia pun mengangkat tangannya.

“Jadi, apa kesimpulannya?” tanya Herreros. Di sebelahnya, Lou merasa gugup.

“Tim Elite jarang sekali memakai elemennya saat menyerang. Sedangkan, Eria selalu menggunakan elemen tiap menyerang,” kata Klaus.

“Klaus satu poin,” sebut Herreros. “Benar sekali dengan apa yang barusan kau bilang. Elite jarang sekali menggunakan elemennya saat menyerang. Mereka menghemat penggunaan energi. Tadi, Felix sempat menyebutnya. Ia mengatakan bahwa Eugene hanya menggunakan panah. Tetapi, ia tidak menyadari akan kesimpulannya.”

Felix menggaruk belakang kepalanya ketika mendengar itu. Ia memang sama sekali tidak sadar tentang itu. Padahal, kata kunci setiap pertanyaan sudah jelas.

Tim Eria juga tidak sempat melihat kekuatan dari Tim Elite. Mereka tidak pernah melihat Seth menggunakan kekuatannya. Untuk Pilav, mereka melihatnya. Namun, belum bisa disimpulkan elemen apa yang ia miliki. Eugene juga hanya menggunakan senjata dan memanggil burung peliharaannya. Hanya Nyridia yang memperlihatkan bahwa ia bisa menggerakkan tanah dan akar tumbuhan.

Saat pembagian ke empat lokasi di Yasle pun, hanya Nyridia yang menggunakan jurus. Tiga anggota lainnya hanya menyerang dengan pedang. Sehingga, tidak banyak yang bisa dilihat oleh Eria. Tidak heran jika mereka tidak tahu elemen apa yang digunakan oleh Elite.

“Dari sini, kalian paham perbedaan kalian dengan Tim Elite, bukan?” tanya Herreros. “Kalian terlalu bergantung pada energi. Di pertarungan besar dan berlangsung lama, penggunaan energi akan menjadi titik kelemahan kalian. Saya harap, dengan melihat bagaimana cara Tim Elite menyerang, kalian menjadi lebih tahu solusi yang paling bijaksana sebagai kesatria.”

“Karena semuanya sudah memiliki poin, saya akan memberikan satu pertanyaan tambahan. Yang jawabannya benar, akan menjadi ketua dari Tim Eria,” lanjut Herreros. “Siapa nama burung peliharaan Eugene?”

Cukup hening untuk beberapa saat. Arias sekali lagi melihat ke ketiga rekan lainnya. Setelah memastikan bahwa tidak ada yang hendak menjawab, ia pun mengangkat tangannya.

“Diola.”

“Baiklah. Arias, kau akan menjadi ketua dari Tim Eria,” ucap Herreros dengan nada gembira.

“Selamat, Arias!” seru Lou.

Arias awalnya merasa senang karena diberikan sambutan seperti itu. Namun, ia langsung sadar akan keputusan Herreros untuk menunjuknya sebagai ketua.

“Eh? Padahal aku cuma anggota sementara di sini,” kata Arias.

Felix tertawa. “Berarti, kamu harus terus tinggal di Escalera.”

Arias menoleh ketiga rekannya yang sedang tersenyum—ya, meskipun Klaus hanya memasang wajah datar. “Kalian ….”

“Kita sengaja tidak menjawabnya. Kamu pasti akan menjawabnya jika kita bertiga diam saja,” kata Feather lalu terkekeh. “Kita semua tahu Diola. Eugene memanggilnya dengan sangat keras. Bagaimana kita tidak tahu?”

Herreros memberi jempol ke Tim Eria. “Ketua tim adalah komitmen seumur hidup. Selamat datang di Escalera, Arias!” Setelah mengucapkan itu, Herreros tertawa renyah seperti pria tua—ah, dia memang sudah tua.

***

“Selama dua tahun terakhir, kau bersembunyi di mana?”

Seth kembali datang ke tempat penahanan. Ia menepati janji Tyra untuk menanyainya di hari esoknya. Lamaran tiba-tiba dari Tyra kemarin membuatnya terkejut bukan main. Namun, ia berusaha untuk melupakannya.

“Banyak tempat,” jawab Tyra. Ia terlihat sangat normal saat ini. “Mulai dari gubuk di ujung Escalera, di pantai, dan yang terakhir adalah gua di Yasle. Ya… pokoknya di tempat yang memiliki banyak pasir. Itu tempat yang paling aman untuk membangun benteng.”

Seth mencatat apa yang Tyra sebutkan di kertas. Kemudian, ia bertanya lagi, “Apa kau bisa menjelaskan pertanyaan kemarin? Kenapa jumlah koin dan kacanya tidak seimbang?”

“Koin dan kaca tidak seimbang?” Tyra mengangkat satu alisnya. “Menurutmu, kenapa bisa berbeda jumlahnya?”

Seth tertarik dengan pertanyaan Tyra. “Karena kau tidak memiliki cukup energi untuk menyatukannya?”

“Net not!” Tyra memberi tanda silang dengan tangannya. Kemudian, ia tertawa. Pribadinya yang aneh pun muncul kembali. “Menurutmu, kenapa rambut kita memiliki panjang yang berbeda? Kenapa sepatu kita memiliki ukuran yang berbeda? Kenapa pakaian kita berbeda?”

Awalnya, Seth mengira bahwa Tyra “kambuh” lagi. Namun, setelah berpikir beberapa saat, ia pun meladeni pertanyaan Tyra. “Karena kita adalah orang yang berbeda?”

“Ding dong!” seru Tyra lalu membentuk lingkaran dengan kedua tangannya di atas kepala. “Jadi, kau tau jawabannya, kan?”

“Ada dua orang di balik kasus ini?” Seth menyipitkan matanya.

Tyra tidak mengangguk ataupun menggeleng. Ia langsung bangun dari kursinya dan berjalan kembali ke arah selnya. Melihat itu, para penjaga pun langsung mengikuti langkahnya.

“Aku akan mampir lagi besok. Terima kasih untuk hari ini,” ucap Seth lalu beranjak dari tempat duduknya.

Seth lumayan mendapat informasi yang jelas hari ini. Namun, ia merasa sangat aneh ketika melihat situasi sebelumnya. Ia tidak menyangka jika Tyra bisa diajak bicara serius. Tyra yang meninggalkannya lebih dahulu juga cukup membuatnya terkejut.

“Seth!”

Seth tersadar dari lamunannya karena mendengar namanya yang disebut. Ketika ia melihat siapa pelakunya, ia pun mempercepat langkahnya.

“Yo, Arias!” Seth melingkarkan tangannya di pundak Arias. “Aku akan tepati janjiku. Ayo, kita makan ebi tempura.”

“Apa kau tidak mengajak yang lain?” tanya Arias.

“Ah, mereka semua meninggalkanku. Dasar para pengkhianat!” seru Seth sambil mengangkat tangannya yang dikepal. “Setelah Tyra ditahan, selalu aku yang bertugas untuk memintanya keterangan. Mereka bertiga tidak memedulikannya sama sekali.”

Arias tertawa. “Sejak dulu, selalu kau yang berkorban.”

Seth menghela napas. “Namanya juga ketua tim. Ketua harus selalu berkorban.” Seth melepas tangannya dari pundak Arias. Nadanya menjadi serius. “Ah, kamu ditunjuk menjadi ketua Eria, kan?”

“Benar,” jawab Arias. “Lalu, kamu diajak menikah oleh Tyra, kan?”

Pertanyaan itu berhasil membuat Seth lengah. Arias berhasil menembak tepat sasaran.

“Siapa yang memberi tahumu?!”

“Itu cerita yang terkenal.” Arias tersenyum meledek. “Sesampainya aku di tempat penahanan, sudah ada lima penjaga yang membicarakan itu.”

“Ah … aku harap jangan semakin banyak yang tahu—apalagi Eugene. Ia pasti akan meledekku sampai sepuluh tahun ke depan.” Seth mengacak rambutnya. Setelah itu, ia menatap Arias. “Tapi, Arias. Mau bagaimanapun, aku senang banget karena kamu kembali ke Escalera.”

Mata Arias membulat. Kalimat yang dilontarkan temannya itu berhasil membuat hatinya hangat. Ia tersenyum. “Rasanya, aku belum siap meninggalkan Yasle. Tetapi, aku tidak bisa menghindari fakta bahwa banyak sekali kenangan indah di Escalera.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status