Share

Chapter 5

Chapter 5

Paginya Vanya bangun dan cuaca sangat cerah, gadis itu mengenakan bikini lalu masuk ke kolam renang indoor yang ada di dalam rumah.

Ternyata tinggal di rumah mewah ada gunanya juga, pikir Vanya seraya berenang-renang seperti seekor lumba-lumba yang lincah dan gesit.

Sepulang sekolah Tammy menantangnya berenang dan menjadikan Wilson hadiah seperti barang saja. Tetapi, bukan Vanya namanya kalau tidak menerima tantangan meskipun dia tidak tertarik dengan Wilson.

Ia lebih baik menerima tantangan Tammy dari pada diejek Tammy dan kawan-kawannya, dianggap tidak berani bertarung.

Enak saja, siapa yang takut?

Hanya saja, karena Vanya tidak tertarik berpacaran dengan Wilson, Vanya berencana akan memperlambat kecepatan renangnya dengan ketara agar semua yang menyaksikan tahu kalau dirinya hanya mengalah di detik terakhir. Biarkan saja Tammy yang mendapatkan Wilson.

Vanya terus meskipun menyadari kedatangan Ares, ia memilih mengabaikan kakak tirinya yang mengenakan setelan jas dan berjongkok di tepi kolam seraya menatapnya. Vanya baru menepi setelah dirasa latihannya telah cukup.

"Selain jago melompati pagar, ternyata kau jago berenang juga, ya?" tanya Ares.

Vanya mengusap air di wajahnya kemudian tersenyum mengejek kepada Ares. "Selamat pagi, Brother."

"Jam berapa kau pulang tadi malam?"

Vanya mengedikkan bahunya. "Kenapa kau tidak menungguku sampai aku kembali agar kau tidak perlu lagi bertanya padaku?"

Ares menghela napasnya diam-diam, agak terkejut karena sepertinya Vanya tidak takut pada siapa pun. "Mulai sekarang aku akan menawasimu."

Vanya mencibir ucapan Ares. "Jadi, setiap malam kau akan mengawasiku agar aku tidak ke mana-mana?"

"Ya. Itu salah satunya."

"Mengesankan," ucap Vanya seraya mengangguk-angguk.

"Trikmu tadi malam tidak akan bisa kau gunakan lagi."

"Oh, ya? Kalau begitu kau akan melihat trik lain dariku," ucap Vanya dengan nada sangat santai.

Memangnya Ares bisa mengendalikannya? Ibunya saja bisa dikelabui berulang kali, apa lagi hanya Ares yang sama sekali tidak mengenalnya. Vanya keluar dari air dan melepaskan bra dan mengenakan jubah mandinya tanpa memedulikan Ares yang berada tidak jauh darinya lalu melepaskan celana dalamnya.

Ares mengernyit menyaksikan apa yang dilakukan Vanya dan menggelengkan kepalanya. "Vanya, lain kali jangan membuka pakaianmu di depan laki-laki seperti itu."

Vanya mengerutkan alisnya. "Di club renang, kami melakukannya dan tidak seorang pun berpikir mesum sepertimu."

Apa pergaulan anak sekarang sudah sangat berbeda dengan pergaulannya di masa SMA dulu? Apa sekarang bertelanjang di depan teman laki-laki dianggap wajar? Ares mengusap pelipisnya.

"Kau sudah dewasa, bertelanjang di depan laki-laki...."

"Kau adalah kakaku, sama seperti Julio. Lalu apa masalahnya?" potong Vanya dengan nada gusar.

"Aku hanya kakak tirimu, Vanya," geram Ares.

"Bukankah tadi malam kau mengatakan kita bersaudara?" ucap Vanya dengan nada kesal dan melotot menatap Ares. "Dengar, kakak tiriku. Aku tidak senang kau terlalu banyak omong, menceramahiku seperti ibuku apa lagi kau mencampuri urusanku."

"Kau perempuan, keluar tengah malam sendirian sangat berbahaya," kata Ares.

Vanya memutar bola matanya. "Siapa yang keluar sendirian?"

Benar-benar anak yang liar, pantas saja Tania kelimpungan mengurusnya, pikir Ares.

"Teman laki-lakimu itu...."

Vanya mengibaskan tangannya di depan wajahnya. "Tenang saja, aku tidak akan hamil seperti yang ditakutkan ibuku karena aku tidak tertarik berpacaran dengan laki-laki!"

Ares mengerutkan alisnya. "Kau...."

Vanya mengernyit. "Memangnya kenapa?"

Tentu saja hanya berbohong. Jangankan kekasih berjenis kelamin perempuan, teman saja tidak punya. Vanya kesal memikirkannya dan berlari menjauhi Ares.

Setelah membilas tubuhnya dan mengeringkan rambut Vanya keluar dari kamarnya dan bergabung dengan ibunya, Raul, dan Ares di meja makan.

"Selamat pagi, Ma," sapa Vanya kepada ibunya tanpa menyapa Raul apa dan berpura-pura tidak melihat Ares yang sedang membaca koran pagi.

Baru saja Vanya meletakkan tas punggungnya di kursi dan hendak duduk, seorang pelayan datang menghampirinya.

"Nona Vanya, temanmu datang," kata pelayan.

Tania menatap Vanya dengan curiga. "Katakan pada Dario, Vanya tidak akan pergi ke sekolah bersamanya," ucapnya dengan nada sangat tegas kepada pelayan.

"Tapi, yang datang adalah Wilson," ucap pelayan.

Vanya menghabiskan segelas susu hangat kemudian meraih selembar roti dan menggigitnya. "Ma, aku pergi bersama Wilson."

Kemudian tanpa menunggu jawaban ibunya, Vanya menyambar tas punggungnya dan berlari meninggalkan ruang makan. Sementara Ares diam-diam tersenyum menyakitkan ekspresi Tania yang kelihatannya sangat kesal.

"Dia sudah dewasa, biarkan saja dia bergaul dengan temannya," ucap Ares.

"Tania hanya khawatir dengan putrinya," ucap Raul.

Tania mengusap keningnya seraya menghela napasnya dengan lembut. "Sepertinya selama ini aku terlalu memanjakannya."

Raul meraih telapak tangan Tania dan menggenggamnya. "Kau melakukan hal yang benar selama ini, kau sudah berusaha dengan baik, mi amor."

"Tapi, kau melihat sendiri seperti apa Vanya. Hampir setiap hari gurunya meneleponku, melaporkan kenakalannya di sekolah," dengus Tania dengan lembut.

Menyaksikan kemesraan ayahnya dan Tania, Ares ingin sekali membalik meja makan dan mencabik-cabiknya. Tetapi, dia hanya bisa tersenyum masam seraya menyeruput kopi dari cangkirnya.

"Karena aku sekarang sedang tinggal di sini, aku tidak keberatan untuk membantumu mengurus Vanya, Tania," ucap Ares.

"Ide yang bagus," sahut Raul dan pria itu mengangguk-angguk pelan. "Persiapan pemilihan parlemen tahun depan akan membuatmu sangat sibuk, kau harus mempersiapkan diri dari sekarang."

Tania mendesah dan menatap Raul. "Kau benar, Sayang."

Ares jijik mendengar Tania memanggil ayahnya dengan mesra seperti itu. "Ya. Kau lebih baik berkonsentrasi dengan pekerjaanmu, Tania."

Tania menatap Ares. "Tapi, kau juga pastinya sangat sibuk mengurus dua perusahaan, Ares."

Ares tersenyum penuh kepalsuan. "Tidak apa-apa. Lagi pula, kita sekarang sudah menjadi keluarga dan aku senang sekali memiliki adik perempuan, aku tidak keberatan membantumu mengawasinya."

***

"Kenapa kau ke sini?" tanya Vanya kepada Wilson yang duduk di jok mobil dengan posisi pintu mobil terbuka.

"Menunggumu," jawab Wilson kemudian keluar dari mobil dan mengambil roti yang digigit Vanya.

"Kau mengambil sarapanku!"

Wilson menggigit bagian roti yang tidak ada bekas gigitan Vanya. "Kenapa kau melakukan taruhan seperti itu?"

"Kau percaya pada ketua geng sampah itu?"

"Aku tahu Tammy yang mencetuskan, tapi kenapa kau terima?" tanya Wilson dan mengembalikan roti pada Vanya.

"Tenang saja, aku akan mengalah di detik terakhir! Kita tidak perlu pacaran."

"Coba saja kalau kau berani mengalah," kata Wilson.

Vanya yang baru saja menjejalkan sisa roti ke mulutnya tersedak hingga rotinya terjatuh ke tanah. "Apa kau bilang?"

"Aku lebih baik pacaran denganmu dari pada pacaran dengan Tammy. Jadi, kau harus menang atau kita tidak lagi berteman."

Vanya melotot. "Apa kau gila?"

"Kalau begitu, batalkan taruhan kalian," kata Wilson seraya memberikan kode kepada Vanya untuk duduk di kursi pengemudi.

Vanya mengernyit dan masuk ke dalam mobil Wilson. "Batalkan saja sendiri, aku tidak ingin jadi pecundang," ucapnya seraya menyeringai jail.

"Sial!" Wilson menggeram seraya membanting pintu mobilnya lalu membungkuk menatap Vanya. "Aku tidak akan memberimu contekan lagi jika kau tidak memenangkan taruhan."

Vanya menekan tombol mesin mobil dan menyeringai. "Baiklah, kujamin hari ini aku akan menang."

Wilson terkekeh senang kemudian membuka pintu sebelah kanan mobil lalu duduk di samping Vanya. Tetapi, baru saja Wilson menutup pintu mobilnya, Ares datang menghampiri Vanya.

"Vanya, mulai hari ini kau pergi dan pulang sekolah bersamaku," kata Ares dengan nada sangat dingin.

Wilson mengerutkan keningnya. "Siapa dia?"

"Anak pria tua itu," jawab Vanya tanpa mengecilkan volume suaranya kemudian berdehem. "Kakak tiriku."

"Vanya," panggil Ares dengan nada datar.

"Ibuku sudah tahu kalau hari ini aku akan pergi bersama Wilson," jawab Vanya seraya memasang sabuk pengaman dan tidak sedikit pun menoleh kepada Ares.

Ares membuka pintu mobil. "Tania sudah menyerahkan semua urusanmu padaku. Sekarang, keluar dan masuk ke dalam mobilku."

Bersambung....

Jangan lupa untuk tinggalkan komentar dan Rate!

Terima kasih dan salam manis dari Cherry yang manis.

👉🍒🥰

Cara baca nama Spanyol/Amerika latin.

Julio 👉 Hulio

Ares 👉 Aris

Cariño = karinyo

ñ = ny

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status