*Asmara adalah sebuah perjalanan cinta atau sebuah hubungan yg terjalin atas dasar perasaan ketertarikan terhadap lawan jenis. Atau sebuah pengalaman tentang perasaan tertarik terhadap lawan jenis. Atau pengalaman sebuah hubungan denga lawan jenis atau PeDeKaTe atau Pacaran.*
Tubagus Rio Prosojo. Perasaan baru yang timbul dalam hidupnya di kala Ia masih berusia SD kelas 6, Yaitu perasaan ketertarikan terhadap lawan jenis atau teman perempuan.
Rani Tri Purnasari, gadis cantik teman satu kelas yg rambutnya selalu di kuncir dan berponi, ialah gadis yg membuat Rio merasa ingin dekat dan selalu dekat dengan dirinya. Perasaan ini beda dengan teman biasanya, Perasaan ini begitu baru dirasakan hati Rio.
Berawal dari bangku semester akhir kelas 5 SD dan seorang guru bernama Suyono yg memberi Tugas Kelompok Membatik. Kemudian di bercandai/diledeki/di Ceng-cengin/dijodoh-jodohin teman-teman satu kelasnya. Lalu, timbullah secara tiba-tiba perasaan ingin dekat dan selalu dekat dengan Rani di batin Rio.
Ketika itu, di suatu pagi di sekolah Rio kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung dengan mata pelajaran Kesenian. Pak Suyono, guru mata pelajaran kesenian memberikan tugas kepada kelas Rio untuk membatik.
Karna keterbatasan alat, yaitu Wadah Malam(cairan lilin untuk membatik) yang hanya ada 15 buah, sedangkan di kelas tersebut ada 30 anak murid, yang terdiri dari 13 anak perempuan dan 17 anak laki-laki. Pak Suyono memberi arahan kepada muridnya untuk membuat kelompok, yang terdiri dari 2 orang dalam 1 kelompok, agar semua murid sama rata dalam menggunakan alat kerja untuk mengerjakan tugasnya.
Semua murid memilih sendiri, siapa yg akan dijadikan teman kelompoknya, bebas.
Dengan otomatis kelompok-kelompok ini seperti menjadi regu, yaitu regu laki-laki dan regu perempuan. Karena, murid laki-laki memilih teman yg laki-laki dan murid perempuan memilih temannya yg perempuan.
Namun, ada yg ganjil di regu laki-laki dan regu perempuan itu. Regu laki-laki ada kelompok yang beranggota 3 orang dan di regu perempuan pun ada kelompok yang beranggota 3 orang.
Mungkin karena malu, 1 orang di setiap kelompok ganjil tersebut tidak mau dan enggan untuk membuat kelompok baru. Akhirnya, Pak Suyono lah yg memutuskan untuk menunjuk sendiri salah satu anggota diantara kelompok-kelompok ganjil tersebut dan membuat kelompok baru agar semua rata.
Kelompok terdiri dari 2 orang dan alat kerja terpakai rata. Terpilihlah Rio Prasojo dan Rani Purnasari untuk menjadi kelompok baru. Setelah itu, dimulailah Tugas Kelompok Membatik yg terdiri dari 15 kelompok dengan 2 orang di setiap kelompoknya.
Rio dan Rani menjadi kelompok paling beda dari kelompok yang lain, karna hanya kelompok merekalah yang beranggota laki-laki dan perempuan.
Dari Tugas Kelompok Membatik itulah Asmaranya dimulai. Dari tugas membatik tersebut, teman-teman kelas Rio selalu ngecengin/jodoh-jodoin Rio Prosojo dan Rani Purnasari. Sering kali di banyak kesempatan, di lingkungan Sekolah Dasar, Rio Prosojo selalu mendapat ledekan dari teman-temannya,
"Cie... Rio pacarnya Rani Ciee.."
"Rio di cariin Rani tuh...Ciee..."
"Rio, dapet salam dari Rani" .
Hal serupa juga di alami oleh Rani Purnasari, Ia juga sering di ledeki teman temannya disekolah,
"Cie.. Rani jadian nih sama Rio ciee"
"Ciee...Jodoh.. Ciee"
"Rani, dapet salam dari Rio"
Ledekan seperti itu hampir setiap waktu di dengar dan diterima oleh Rio dan Rani di lingkungan sekolah.
Rio Prasojo, Bocah ramah nan riang ini tak pernah marah terhadap ledekan-ledekan dari teman-temannya tersebut. Setiap ledekan yang Ia terima dari temannya, selalu saja dengan santai Ia tanggapi, "haha.... apa sih, nanti Rani nangis loh kalian cengin terus".
Sampai pada suatu ketika, Rio menemukan banyak tulisan yang di buat oleh teman-temannya yg berbunyi, ''RIO LOVE RANI'' dan 'RIO CINTA RANI'' di banyak tempat : dari bangku sekolah, dinding sekolah, batang-batang pohon, jalanan tanah bahkan di buku dan tas Rani.
Hingga suatu hari, tulisan 'RIO CINTA RANI" di buku dan tas Rani itu membuat Rani Purnasari menangis di ruang kelas tersebut dan disaksikan oleh teman-temannya yg lain.
Melihat teman satu kelasnya, yaitu Rani Tri Purnasari menangis, Rio merasa kasihan dan iba kepada Rani. Apalagi, ada nama Rio yg jadi salah satu sebab Rani jadi bahan ledekan dan menangis. Hal itu membuat Rio langsung emosi untuk pertama kalinya.
Rio marah, mukanya merah, matanya melotot, Kencang Ia berteriak dan memaki semua temannya yg ada di ruang kelas tersebut dengan nada tinggi. Ia juga mengajak berkelahi semua teman satu kelasnya. Namun, entah karna teman-teman Rio tidak berani atau merasa bersalah, tapi semua teman di kelas itu diam, Ruang kelas menjadi hening, mendadak mencekam karena nada-nada tinggi amarah Rio.
Beberapa saat kemudian, ruang kelas tersebut kembali sedikit cair, setelah guru mereka Pak Suyono masuk ke kelas untuk memberi pelajaran.
Pak Suyono kaget, baru beberapa langkah dari pintu masuk ruang kelas melihat Rani yg menangis dan Rio yg berdiri di depan dengan wajah yang merah. Sekita itu, Pak Suyono langsung berhenti melangkah di tengah (diantara pintu dan meja guru) dan bertanya kepada Rio,
Pak Suyono : " Rio, ada apa ini ? kenapa Rani menangis? apa yg kamu lakukan ke Rani?".
Dengan mencoba santai dan wajah yg masih merah Rio menjawab, memberitahu dan melaporkan hal-hal yang di lakukan teman-temannya, terhadap Rani, juga terhadap Rio sendiri. Ia menjelaskan dengan jujur kepada Pak Suyono.
Setelah mendapat jawaban dari Rio, Pak Suyono bertanya ke semua muridnya di ruangan itu,
Pak Suyono : "Apa benar yg di katakan Rio ini Anak-anakku semua?",
Dengan serentak, semua anak murid di ruang kelas itu menjawab, "Benar pak". Mendengar itu, Pak Suyono menggeleng-gelengkan kepalanya, sembari menghela nafas panjang. Dan menenangkan Rani serta Rio.
Lalu, Pak Suyono memberitahu dan mengedukasi seluruh muridnya untuk saling menyayangi, tidak boleh saling menyakiti, tidak boleh meledek, mengolok-olok atau memBully sesama teman maupun orang lain.
Disuruhlah semua anak murid meminta maaf kepada Rani dan Rio.
Hari berganti,
Setelah kejadian itu, tak ada lagi yg mengejek atau memperolok Rio dan Rani. Hari-hari mereka di sekolah kembali damai, sama seperti sebelum terjadi tragedi Tugas Kelompok Membatik Pak Suyono di hari sebelumnya.
Setelah kejadian itu pula, Rani berucap terima kasih kepada Rio dan bahkan ngobrol dengan Rio. Karna setelah Tugas Kelompok Membatik itu, Rani selalu menjauh, menghindar dan bahkan melirik Rio pun tidak pernah. Rio pun terkadang menghindar dari Rani, karena setelah Tugas Kelompok Membatik itu, apapun yg dilakukan dan diucapkan Rio kepada Rani, sedikit pun Rani tidak pernah menanggapi Rio. Rio seperti tak pernah dianggap ada oleh Rani. Tapi kini, semua berubah setelah tangisan Rani pecah di bangku kelas 5 SD itu.
Kini Rani tak lagi malu, tak lagi menghindar, tak lagi ragu untuk bercanda dengan Rio. Bahkan di banyak kesempatan setelah tragedi itu, Rani sering memulai obrolan kecil dengan Rio, Ia seperti memberi perhatian lebih kepada Rio.
Dan Rio, Ia merasa seperti mengenal orang yg baru di kelasnya. Karna Rani tak pernah sedekat, sepercaya diri, seriang dan seberani ini dengan teman laki-laki, apalagi dengan dirinya.
Di kala sebelum terbentuknya kelompok di Tugas Kelompok Membatik pun Rani masih gadis yg biasa saja, pemalu dan cenderung tertutup dengan teman laki-laki, tak seperti Rani saat ini.
Rio dan Rani semakin akrab, teman-temannya pun sudah tak seperti dulu yg selalu mengolok-olok mereka, tak hanya dengan Rio keakraban Rani kini ke semua temannya lebih dekat.
Kenaikan kelas.
Dengan seragam yg sama, teman-teman yang sama dan lingkungan yang sama, namun ruangan baru dan Wali Kelas yang baru di Kelas 6 Sekolah Dasar.
Hari demi hari Rio jalani seperti biasanya, namun setelah kejadian Tragedi Tugas Kelompok Membatik dan kenaikannya di kelas 6, Ia merasakan sesuatu yg kurang dari hari-harinya di sekolah.
Rio seperti kesepian atau bosan, Ia nampak tetap ceria dan riang bercengkrama dengan teman-temannya. Namun di sisi lain, Ia selalu teringat momentum ketika Rani mengucapkan terimakasih, Rio selalu teringat senyum-senyum Rani yg sering Rani lemparkan kepada Rio di banyak kesempatan setelah kejadian Tragedi Tugas Kelompok Membatik waktu itu.
Rio selalu teringat Rani, walaupun setiap hari bertemu, tapi dalam hatinya Rio sangat ingin ngobrol, bercanda dan bercengkrama dengan Rani, hanya dengan Rani berdua saja selalu. Sebab, Rio merasa, setelah Ujian Kenaikan Kelas dan kepindahannya di kelas 6 ini Rani tak lagi seperhatian, sedekat dan seakrab waktu itu.
Rio bingung dengan perasaannya, Ia kadang bergumam dalam batinnya, "ada apa ini? kenapa tiba-tiba selalu ingin dekat Rani!?".
Namun Rio masih Rio, bocah yg riang dan pemalu. Di kelas dan sekolahnya, Rio selalu memperhatikan Rani di setiap kesempatan, Ia tak pernah melewatkan kesempatan untuk mencari perhatian atau sekedar memandangi dari jauh, apabila ada Rani di sekitarnya.
Namun, Rio selalu malu untuk memulai obrolan dengan Rani. Ia pendam perasaan yg ingin selalu dekat dengan Rani.
Bingung dan Kegelisahan Tubagus Rio Prasojo terus saja mengganggu pikirannya. Sampai suatu malam, Rio kepikiran untuk membuat Surat yg di tujukan kepada Rani di sela-sela waktu belajarnya. Harinya berganti, namun belum juga Rio menulis Surat untuk Rani. Masih saja terpendam, masih saja malu, masih saja gelisah. Di suatu malam. Saat Rio sedang belajar dan mengerjakan PR Kesenian, yaitu menggambar pemandangan, Rio tiba-tiba teringat Rani dan Surat untuk Rani yg pernah Ia lamunkan di malam lalu. Karena sangat terganggu dengan pikirannya sendiri, beralihlah Rio dan memberanikan diri untuk membuat surat kepada Rani. Karena tidak tau cara membuat surat yg benar, sejenak Rio bingung lalu teringat Surat Izin Tidak Masuk Sekolah yg di tulis Wali Murid kepad Wali Kelas. Dengan modal ingatan itu Rio mulai menulis surat dengan diawali kalimat "Kepada : Yang Tercantik, Rani Tri Purnasari di tempat", kemudian dilanjutkan dengan tulisan-tulisan sesuai apa yg dirasakan Rio k
Hari berganti, Dengan niat yang sudah di pikirkan tadi malam, yaitu berhenti berusaha untuk mendapatkan penuh perhatian Rani, Rio terus menerus melawan perasaan tersebut dalam batinnya di dalam kelas. Rio terus mencoba mengalihkan perhatiannya untuk Rani. Ia mencoba untuk selalu menghindari tegur sapa dengan Rani, dan fokus belajar serta bermain dengan teman-teman laki-laki di kelas tersebut. Begitu juga dengan Rani, Ia sudah tak lagi memperdulikan surat yang Ia terima kemarin. Ia sudah tak lagi merisaukan surat dan perasaannya di depan teman-temannya, Ia pendam rasa penasaran dan perasaannya. Rani masih seperti biasanya, bercengkrama dengan teman-temannya di kelas. Pikiran Rani saat ini hanyalah Belajar dan Bermain di sekolah. Tak seperti Rio, Rani lebih pandai dalam menyimpan perasaan dan tak pernah merisaukan hal tersebut. Karena, Rani sudah sedari lama menyimpan perasaannya, Ia selalu mencoba bersikap biasa terhadap perasaannya dan sudah beradaptasi
Pagi kembali tiba.Di sekolah, Rani dan Rio saling terus mengakrabkan diri mereka, satu sama lain. Hari demi hari terus di mereka lalui dengan masih bercanda dan saling mengakrabkan. Namun hanya masih sebatas seperti biasanya, bercanda seperti biasa dan masih belum ada yg menguntarakan perasaan. Keakraban yg semakin hari semakin erat terjalin antara Rio dan Rani, membuat beberapa teman Rio yg lain curiga dan sering menegur Rio secara langsung, "Wahh..., Rio, kamu sama Rani sekarang benar-benar pacaran ya ?. Aku perhatikan, kalian berdua sekarang sangat begitu akrab dan dekat", Celoteh beberapa teman Rio, sama. Dan Rio, Ia selalau menanggapi coloteh temannya dengan santai, "Ahh...,Itu tidak benar. Itu hanya prasangkamu saja. Aku dan Rani sama seperti aku ke teman-teman yg lain atau Rani ke teman-teman yg lain, tidak lebih dan tidak beda, kita teman seperti biasanya". Sadar akan kecurigaan temannya itu, Rio malah takut dengan perasaannya send
Hari baru. Mentari kembali bersinar, sinarnya sangat cerah menyinari pagi ini. Udara terasa sangat segar, pagi begitu indah di desa tempat tinggal Rio. Setelah di malam sebelumnya Rani mengirim surat dan Rio membacanya, Mereka berdua terlihat sangat bersemangat untuk memulai harinya di Sekolah, di pagi itu. Di sekolah, Setibanya di ruang kelas dengan perasaan senang, kini Rio yg lebih dulu memulai obrolan dan candaan terhadap Rani di dalam kelasnya. Ia lebih aktif dan sering untuk menunjukkan perasaannya terhadap Rani dengan candaan, obrolan-obrolan dan perhatian. Rio juga tak mau lagi memberikan Surat Cinta yg sudah Ia tulis dan persiapkan untuk Rani secara diam-diam, Ia ingin memberikan Surat Cinta itu secara langsung kepada Rani di akhir jam sekolah. Tak lagi menyembunyikan identitasnya dan tak lagi harus menyelipkan suratnya diantara buku Rani. Dan Rani, dengan perubahan sikap Rio yg menunjukkan perhatian yg lebih terhadap Rani, Ia menyadari bahwa
Sekolah Menengah Pertama (SMP). Tubagus Rio Prasojo, Remaja. Setelah lulus dari bangku Sekolah Dasar (SD), Rio melanjutkan pendidikannya ke jenjang sekolah yg lebih tinggi, yaitu Sekolah Menengah Pertama (SMP). Rio mendaftarkan diri di SMP yg jarak dari rumahnya paling dekat. Tak terlalu jauh, Ia hanya musti mengayuh sepeda kurang dari 15 menit ketika akan berangkat dan pulang sekolah. Dengan pertumbuhan badan yg sudah nampak dan kondisi yang mengharuskan, Rio Prasojo remaja tak lagi jalan kaki untuk berangkat dan pulang bersekolah. Ayahnya memberikan sepeda untuk Rio sebagai hadiah kelulusannya. Dan juga, Ayah Rio membebaskan Rio untuk memilih sepeda yg Ia inginkan, karena Rio turut andil dalam merawat sampai memanen tanaman di ladang milik keluarganya. Sepeda BMX bekas, warna biru, seharga 400rb adalah Kendaran pertama yg Rio Prasojo punya. Rio senang nan bangga akan sepedanya itu, Ia tambah semangat untuk selalu hadir belajar di sekolahnya.
Di bangku kelas 1 SMP ini, Rio Prasajo belum lagi menemui Asmaranya atau perasaan yg timbul sama seperti waktu dengan Rani Purnasari. Rio juga terkadang masih menyempatkan waktu untuk melewati rumah Rani di waktu pulang sekolah, namun sama seperti sebelumnya, Ia tak pernah menjumpai Rani. Rio terus akrab dan beradaptasi dengan lingkungannya di bangku kelas 1 itu. Rio juga tak ada keinginan untuk Pacaran seperti beberapa temannya di sekolahnya. Perasaan yg sama ke lawan jenis seperti waktu bersama Rani pun tak pernah Rio rasakan sampai di ujung kelas 1 SMP. Perlahan namun pasti, perasaan dan pikiran Rio tentang Rani Purnasari pun sudah tak Ia rasakan lagi, luntur dan hilang. Karena memang, sejak hari Kelulusan Sekolah Dasar itu Rio dan Rani tak pernah lagi saling berkabar dan bertemu. Kenaikan Kelas, Di kelas 2, Rio Prasojo kembali menemui ruangan dan teman baru dari ruang kelas lain. Karena di kelas 2 ini ada pengacakan peserta didik di ruang kelas, Y
Berangkat mengendarai sepeda BMX kebanggaannya ke sekolah. Rio mengharapkan momentum kebersamaannya dengan Tiara Dyah terulang kembali dan terus terulang di hari ini dan hari-hari berikutnya. Di sekolah Rio mengulang lagi hal-hal yg dia lakukan di hari sebelumnya, dengan maksud dan tujuan agar bisa mengulang lagi momen bersama Tiara Dyah di hari sebelumnya. Keseringan Rio berkunjung ke ruang kelas 2D dan selalu menampakkan pandang serta gerak-geriknya untuk Tiara, membuat Robi menegur dirinya, "Wahh...,kamu ini, Rio. Gitu ya kamu, udah lupa sama aku. Tujuanmu kesini Tiara kan?, bukan aku lagi teman akrabmu ini. Dasar, semua cowo sama aja. Awas aja kalo patah hati, ya!". Tertawa, Rio menjawab, "Hiii..., pait pait pait ". Itulah kenapa, setiap saat Rio ke kelas 2D sangat jarang bisa mengajak Tiara keluar berdua lagi. Selain malu dengan Robi, teman sekelas Tiara sering lebih dulu mengajak Tiara keluar. Selain itu, demi waktu bersa
Hari terus berganti lagi. Di sekolahnya, Rio masih seperti biasanya, yaitu belajar, bermain, digodai dua teman perempuannya dan juga masih mengharapkan cinta dari Tiara Dyah. Dengan harapan dan perasaannya ke Tiara, Rio juga melakukan beberapa hal atau usaha untuk mendapatkan cinta Tiara, seperti hal-hal yg biasanya Rio lakukan di hari-hari sebelumnya. Di suatu hari yg lain, berkat pertemuannya dengan Rani di tempat Fotokopi-an yg lalu, Rio memiliki ide lain untuk usahanya ke Tiara, yaitu membuat Surat Cinta, lagi. Sama seperti yang dulu pernah Ia lakukan di bangku Sekolah Dasar, untuk Rani. Suatu hari disela lamunannya di waktu belajar malam, Rio memikirkan 'Bagaimana caranya untuk mendekati Tiara'. Kemudian Rio teringat Surat Cinta. Lalu, Rio kepikiran untuk membuat Surat Cinta lagi, sama seperti yang dulu pernah Ia lakukan. Tetapi dengan cara yg sedikit berbeda, Rio akan membuat Surat Cinta itu dengan nama terang, yaitu 'Tubagus Rio