Share

Dipanggil kembali

"Theo, hari ini kita akan meeting dengan salah satu klien dari Perancis. Aku harap kamu mempersiapkan presentasi dengan sebaiknya." Wira masuk ke ruangan Theo yang sedang menandatangani beberapa berkas.

"Klien dari Perancis? Kok kamu baru ngomong sekarang?!" Theo mengernyitkan kening mendengar ucapan sahabatnya.

"Baru saja Sekretaris klien itu menghubungiku. Makanya aku baru saja memberitahukan padamu." Wira menyahut cepat karena tidak ingin disalahkan oleh Theo. 

Theo meletakkan pulpen dari tangannya, lalu menatap intens sahabat yang sudah membantunya mengelola perusahaan selama tiga tahun terakhir.

"Aku kurang mahir dalam berbahasa Perancis. Bagaimana ini?" 

"Biasanya sekretaris yang bertugas menerjemahkan bahasa Perancis ke bahasa Indonesia. Atau setidaknya berbahasa Inggrislah." Wira duduk di meja Theo meminta jawaban atas interview para pelamar yang digelar selama tiga bulan terakhir. "Kamu sudah mendapatkan asisten pribadi itu, kan?" tanya Wira.

"Hhhh. Aku belum mendapatkannya." Theo menyandarkan punggung di kursi kebesarannya.

Wira terbelalak mendengar ucapan Theo. Deretan omelan pun ia lontarkan pada sahabatnya yang dirasa terlalu santai dalam bekerja. "Itulah salah kamu! Kenapa sampai sekarang kamu tak kunjung mendapatkan asisten pribadi. Padahal kalau aku lihat-lihat sih, mereka kayaknya orang-orang yang berpotensi untuk mengurus keperluan kamu secara keseluruhan." 

"Nggak ada yang menarik!"

"Nggak perlu menarik. Yang penting bisa bekerja dengan baik. Jadi sekarang bagaimana?"

"Lo hubungi sekretaris klien kita itu dan tanyakan apakah dia bisa berbahasa Inggris?" 

Wira berdecak kesal, tapi ia tetap merogoh ponselnya dan menghubungi sekretaris klien yang akan mengadakan meeting dengannya. Namun, setelah telepon ditutup, wajah Wira berubah tegang.

"Gimana? Bisa?" Theo mendekati Wira untuk mengetahui jawabannya.

"Ini benar-benar gawat. Ternyata klien kita dari Perancis sedang tidak membawa sekretaris yang biasa mendampinginya karena saat ini sekretaris itu sedang sakit. Jadi bisa dipastikan tidak ada penerjemah dari pihak mereka."

"Sial!"

"Kita harus segera mencari penerjemah bahasa Perancis karena klien kita ini hanya ingin berbicara bahasa Perancis dengan siapa saja." Wira menampakan wajah seriusnya.

"Gila aja!" Theo mengumpat. "Atau kita batalkan saja proyek ini?!"

"Proyek ini sangat besar. Kita harus bisa menandatangani kontrak dengan dia. Aku juga sudah lama mengincar klien ini." Wira menatap Theo lekat-lekat. "Dia ... Tuan Rode Western."

"Apa?!" Theo terbelalak. Dia tidak menyangka jika pengusaha besar itu bersedia bekerja sama dengannya. 

Wira pun mulai menghubungi bagian divisi di perusahaan untuk mencari karyawan yang pandai berbahasa Perancis. Namun tak satupun dari karyawan mereka yang pandai berbahasa Perancis.

"Tunggu ... Pernah ada janda yang melamar kerja di sini dan dia bilang bisa bahasa Perancis." Theo memijat pelipisnya. 

"Serius? Siapa?"

"Office girl. Kamu panggil office girl yang baru masuk tiga bulan yang lalu. Dia bilang pandai berbahasa Perancis." Theo menatap Wira dengan wajah serius.

Wira tergelak mendengar ucapan Theo. Dia mengira sahabatnya itu tengah bermimpi atau tengah bercanda.

"Office girl pandai bahasa Perancis? Bener-bener nggak masuk akal."

"Aku serius. Dia sebelumnya melamar menjadi asisten pribadiku. Tapi karena dia punya anak berumur lima tahun, otomatis lamarannya aku tolak."

Wira mendekatkan wajahnya. Ia tidak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Theo. 

"Kamu tidak sedang bermimpi, kan?"

"Tidak! Cepat panggil dia kemari!"

Wira yang mendapat perintah segera berlari keluar ruangan untuk menuju pantry untuk mencari office girl yang dimaksud oleh Theo.

***

"Bapak memanggil saya?" Kirani berdiri sambil memilin ujung bajunya. Perempuan itu tampil dengan memakai pakaian office girl dan rambut yang dikuncir kuda.

"Kemarin kamu bilang pandai berbahasa Perancis. Bisa saya minta buktinya?" Theo melangkah mendekati Kirani dan berjalan mengitari perempuan itu.

"Benar, Pak." Kirani mengangkat wajah dan menatap wajah tampan Theo. "Saya harus memberikan bukti dengan cara apa?" tanyanya.

Theo mengambil sebuah map berukuran besar dan memberikannya kepada Kirani. "Kamu terjemahkan semua tulisan yang ada di dalam map ini. Saya tunggu sampai pukul sepuluh." 

Kirani membuka map yang berada di tangannya. Ada setumpuk kertas yang berisikan bahasa Perancis yang harus dia terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

"Ini kertas untuk menerjemahkannya dan kamu boleh memakai pulpen. Atau kalau kamu ingin menerjemahkannya dengan memakai komputer, silakan duduk di meja kerja saya." Theo menunjuk ke meja kerjanya dan menatap kursi kebesaran yang berada di hadapan Kirani.

Kirani berpikir sejenak. Dia sudah cukup lama tidak menggunakan pulpen. Sedangkan waktu yang tersisa hanya tinggal satu jam saja. Sangat tidak mungkin jika dia menerjemahkan tulisan tersebut memakai pulpen dan menulisnya di beberapa lembar kertas.

"Boleh saya duduk di kursi itu?" Kirani bertanya dengan tertunduk malu.

"Silakan." Theo melangkah menuju sofa panjang yang terletak di seberang meja kerjanya. Lelaki itu memutuskan untuk mengistirahatkan tubuhnya dengan berbaring di atas sofa. 

Sedangkan Kirani langsung duduk di kursi kebesaran Theo dan langsung mengerjakan apa yang diperintahkan oleh CEO tersebut. Perempuan berambut panjang itu mengerjakan pekerjaan yang diberikan oleh Theo dengan sangat hati-hati dan serius.

"Semakin cantik." Theo bergumam ketika tatapan matanya tertuju pada Kirani yang sedang serius di depan laptopnya. Senyum terbit di bibir lelaki itu sambil membayangkan, jika nanti Kirani berpenampilan sebagai seorang asisten pribadi yang akan menemaninya ke mana saja.

Theo berbaring dengan berbantal lengan sambil tersenyum menatap Kirani yang sedikitpun tidak menyadari bahwa dirinya sedang diperhatikan oleh Sang atasan. 

"Sudah siap, Pak ...!" Ucapan Kirani menggantung ketika dia menyadari Theo yang sejak tadi tersenyum padanya.

"Ehhh. Apa perlu saya print out terjemahan ini?" Kirani tergagap dan segera berdiri dari kursi kebesaran Theo.

"Nggak perlu. Biar Wira saja yang melakukannya." Theo berjalan mendekati Kirani dan menatap penampilan perempuan itu dengan lirikan penuh makna.

"Ganti pakaianmu dan ikut saya mengikuti meeting siang ini." Theo memberikan paper bag yang diberikan oleh Wira dan langsung mengisyaratkan kepada perempuan itu untuk segera berganti pakaian di ruangan CEO miliknya.

"Biar saya ganti pakaian di toilet saja," sahut Kirani.

"Hey, kamu mau mengotori pakaian mahal saya dengan aroma toilet? Cepat ganti pakaian di ruangan saya!"

Melihat wajah marah Theo, membuat Kirani dengan tergesa-gesa masuk ke dalam ruangan yang sudah dibuka oleh Wira.

"Dan kamu, buka file asli dokumen ini dan terjemahkan melalui G****e terjemahan. Perhatikan apakah terjemahan yang dibuat oleh Kirani benar atau salah." Theo menatap Wira dengan wajah tegas memberi perintah.

Wira segera melaksanakan perintah Theo. Ia terkagum-kagum pada hasil kerja Kirani. 

"Gimana?" Theo yang sudah rapi dengan jasnya menghampiri Wira. 

"Sempurna," sahut Wira seraya mengacungkan dua jari jempolnya.

"Pak, saya sudah siap!" Kirani juga muncul di balik pintu membuat Theo berkali-kali terkejut. Terkejut karena Kirani terlihat semakin cantik dengan pakaian yang dikenakannya, sekaligus terkejut mendengar ucapan Wira.

***

"Asisten Pribadi anda sangat cerdas. Ia pandai mempresentasikan perusahaan anda," puji Tuan Western pada Theo.

Theo hanya mengulum senyum sambil menoleh Kirani yang berbincang dengan beberapa relasi bisnis dalam bahasa Perancis. 

Harus Theo akui bahwa Kirani benar-benar seorang perempuan yang smart. Ia bahkan begitu pandai mempresentasikan proposal, padahal ia tidak menggeluti bidang itu. Ia hanya diberi waktu tiga puluh menit saja untuk memahami proposal tersebut sebelum meeting dimulai.

"Terima kasih atas kerjasamanya. Senang bekerja sama dengan anda." Theo menyalami Tuan Western dan mengantar lelaki itu sampai ke mobil. 

Setelah itu. Ia langsung meminta Kirani masuk ke ruangannya. Ia ingin bernegosiasi dengan Kirani tentang pekerjaan yang akan ditawarkannya.

"Apa kamu betah kerja di kantor ini?" Theo menatap Kirani dengan intens sehingga mereka saling beradu pandang.

"Pak Theo ganteng banget sih?!" Gumam Kirani dalam hati. Kirani tak bisa memungkiri kalau Theo memiliki kharisma yang menggoda.

"Halo ... Kirani!"

"Eh, iya, Pak? Bapak nanya apa?"

"Hhh. Kamu saya pecat sebagai office girl." Theo mengembuskan napas kasar.

Kirani terbelalak. "Kok saya dipecat, Pak?"

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Dian Ibrahim
waahhh rezeki Kevin bertambah niihh... Kirani gak jdi officegirl lagiii.........
goodnovel comment avatar
Kirani Kirani
yaelah............ Kirani ....pake ngelamun segala
goodnovel comment avatar
Kirani Kirani
nahhhj...kalau udah kayak gini kamu baru percaya kalau Kirani itu pandai ,Theo... makanya jangan asal kalau ngomong
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status