Share

2~Pria Asing~

Michelle masih mengenakan jubah mandi, bersandar di jendela dan menatap ke arah acara makan malam yang meriah di bawah.

Andai saja Arga tidak kehilangan ingatan ...

Memikirkan hal ini, Michelle segera menggelengkan kepalanya dengan penuh semangat berusaha menghapus asumsi apapun.

Dia tidak ada hubungan dengan seorang Arga Hiratama lagi!

Dia berdiri, baru saja akan berbalik, tiba-tiba sepasang tangan terulur dari belakang, dan mengejutkannya.

Yang terjadi selanjutnya adalah ciuman penuh hasrat yang luar biasa, dengan nafas maskulin, memancarkan rasa hormonal yang kuat, membuatnya merasa terintimidasi.

Pria itu bernapas berat, berada di ruangan di mana tidak ada cahaya yang menyala, Michelle tidak bisa melihat wajah seseorang yang sedang menciumnya dengan jelas, tetapi sekilas ia dapat melihat sorot mata redup pada mata pria itu. Ketika dia menatapnya, matanya tampak liar seperti sedang memangsa buruannya.

Dengan tangan kekarnya, lelaki itu menarik satu sisi bathdrop milik Michelle, dan tubuh Michelle kini benar-benar terbuka di depannya tanpa ada untaian sehelai benang sekalipun.

Tubuh yang tidak tertutup itu secara bebas terpapar ke mata pria itu, keadaan yang belum pernah terjadi dalam hidupnya, tanpa sehelai benang ia berdiri di hadapan seorang pria, membuat Michelle ketakutan, dan berseru: "Siapa kamu, apa yang kamu lakukan?"

"Aku akan memanggil polisi jika kamu berani main-main!?”

Namun, pria itu sepertinya tidak menghiraukan perkataan Michelle dia memeluknya erat, dan tidak sabar untuk mencium lagi.

Michelle gemetar dan berjuang mati-matian untuk melawan, tetapi bahkan hingga dia kehabisan tenagapun, itu hanya akan seperti mengguncang pohon besar jika dibandingkan dengan kekuatan pria itu.

Pria itu mengambil dua langkah ke depan dan mendorong Michelle hingga ke dinding. Punggungnya menempel pada dinding yang dingin, tetapi di dada Michelle ada dada pria yang panas dan bergairah.

Pakaian pria itu terlihat robek di beberapa titik, membuat kulit mereka saling bersentuhan satu sama lain. Michelle bisa dengan jelas merasakan detak jantung pria itu seperti drum yang sedang dipukul dengan keras.

Samar-samar mengetahui apa yang akan dilakukan pria itu selanjutnya, Michelle sangat ketakutan sehingga tanpa sengaja kukunya mencengkram bagian tubuhnya, meninggalkan goresan yang dalam pada pria itu. Namun, ketika Michelle tanpa sengaja menyentuh satu sisi dadanya, dia mendengar pria itu merintih perih, ada sesuatu yang basah. Rasa lengket menyelimuti telapak tangan Michelle, aroma anyir darah tercium pada inderanya. Rupanya, ada luka menganga pada salah satu bagian tubuhnya.

Bisa-bisanya pria ini memikirkan tentang seks ketika dia terluka? Binatang macam apa ini? Apa yang terjadi pada manusia jaman sekarang?

Tiga pertanyaan itu ada dalam benak Elle.

"Tolong aku." Suara pria itu sangat rendah, seperti bunyi senar cello urutan terakhir, tapi dia tidak bisa mengatakannya dengan jelas: "Aku dibius."

Tepat ketika Michelle terpana oleh kata-katanya, pria itu mengambil kesempatan untuk memisahkan kaki Elle dengan menggunakan pahanya, dan kemudian, hawa panas langsung menghantam inti Michelle!

"Akh!"

Michelle berteriak, pria itu menutup mulutnya: "Apa kamu ingin semua orang mendengarnya?"

Hati Michelle menjadi dingin, ketakutan meluap-luap, dia merendahkan suaranya, menangis: “Aku akan memberimu berapapun uang yang kamu inginkan! Tolong, lepaskan aku!"

Pria itu tidak merespon, dia sedang sibuk menyesuaikan postur tubuhnya yang lebih tinggi dari Michelle, terus mencoba memaksa masuk kedalam Michelle yang belum berhasil ia tembus.

"Anda terluka dan masih berdarah,Tuan! Anda tidak bisa melakukan ini.” Michelle berusaha membujuk dengan lembut agar pria itu mau melepaskannya: “Keadaan Anda akan memburuk jika Anda memaksa untuk melakukan ini, Anda akan kehilangan terlalu banyak darah dan mati?”

Pria itu mengumpat dengan suara rendah, sepertinya ia merasa bercinta dengan berdiri dan bertumpu pada sebuah tembok itu sangat tidak nyaman, jadi dia memeluk Michelle dan mengangkatnya untuk mencari tempat tidur.

Namun, ruangan itu terlalu gelap dan ia sedang terburu-buru. Dia tidak bisa menemukan dimana posisi tempat tidur. Dia mendudukkan Michelle di atas meja depan ambang jendela yang tersorot samar cahaya dari arah luar vila, dan seketika menindih Michelle disana: “Diamlah, aku akan bertanggung jawab."

Michelle duduk di atas meja dengan punggung telanjang di ambang jendela. Di luar ada pesta makan malam yang meriah, dan suara percakapan orang-orang terus memenuhi telinganya.

Dia berjuang hingga ke titik dimana dia hampir kehilangan kekuatannya, dan sangat ketakutan sehingga dia hanya bisa merengek dengan suara tertahan, seperti binatang kecil yang terluka, meneriakkan penolakan dengan lirih dan tertekan.

Hati pria itu sebenarnya terpukul oleh rasa sakit Michelle saat ini, tetapi keinginan yang tak terpadamkan di tubuhnya membuatnya tidak bisa melepaskannya.

Pria itu tidak pernah nenyangka bahwa orang yang dikirim oleh kakaknya akan menggunakan obat seperti itu, sehingga membuatnya tidak bisa menahan nafsunya. Matanya menjadi mengerikan, saat menatap wanita yang gemetar di bawahnya.

Melalui cahaya redup jendela, meskipun sangat redup, Pria itu masih bisa samar-samar melihat wajah cantik yang berhasil mendebarkan jantungnya, terlihat begitu polos dan lugu, tapi akan seperti apa nasibnya nanti setelah menjadi lebih dewasa?

Matanya sangat jernih bak peri salju, bahkan saat sedang dalam kepanikan seperti saat ini, peri-peri itu masih menggerakkan matanya dengan sangat cantik.

Namun, keinginan di tubuh Pria ini membuatnya tidak bisa berpikir jernih. Dia mengangkat kaki Michelle tinggi-tinggi, lalu menggenggam pinggangnya dan membenamkan diri!

"Sakit ... !" Michelle hanya merasakan sakit yang menusuk di sekujur tubuhnya, dan air matanya jatuh.

Dia ingin membuka mulutnya untuk meminta bantuan, tetapi kata-kata yang dia teriakkan hanya bisa berubah menjadi isak tangis.

Di masa lalu, tidak peduli siapapun yang ingin mengganggunya, Arga Hiratama akan selalu jatuh dari langit seperti seorang kesatria dan tidak akan membiarkan siapa pun menyakitinya.

Tapi sekarang?

Michelle menoleh dan melihat Arga menggandeng Anna di sampingnya melewati kerumunan, secara perlahan, seperti akan menoleh ke arahnya dari waktu ke waktu. Michelle menyusut ketakutan, ia sangat takut keadaannya saat ini akan terlihat oleh Arga.

Namun, di detik berikutnya, Arga dan Anna ternyata sudah berbalik untuk mengobrol dengan yang lain. Dan dia masih di ruangan gelap ini, merasakan hentakan pinggul yang konstan datang menembus inti tubuhnya.

Keputusasaan menyebar sedikit demi sedikit, Michelle hanya merasa ada sesuatu yang berantakan di dalam hatinya.

Arga bukan lagi pangerannya yang menawan, maupun kesatria untuknya.

Air mata menetes di pipi ranum Michelle dan jatuh di punggung tangan Peria itu, membuat hatinya seperti tersiram air panas, ia memperlambat hentakannya pada Michelle.

Namun, kulit lembut Michelle, dan posisi Michelle saat berada dalam dekapannya memberi sensasi tersendiri, seperti sedang memegang giok hangat halus di dunia, membuat inderanya terus-menerus terstimulasi. Efek obatnya pun menyebar lagi, Pria itu frustasi hingga dia semakin keras menghujam inti Michelle.

"Aaaaakh!”

Comments (1)
goodnovel comment avatar
encep Endang
wadaw dan sepi sunyi
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status