Share

6 ~Ulah Anna~

Tubuh Elle menegang, ia memiliki firasat buruk. Elle takut Anna mengenalinya.

Seolah mengenali siapa yang sedang berada dihadapannya sekarang, Anna menatap Elle dari atas sampai ke bawah dengan perlahan kemudian, berteriak: "Nona, apa kamu seorang jurnalis 'infotainment'? Aku pernah melihatmu!"

“Fiuuuh,” Elle bernafas lega.

Benar. Dulu, dia pernah bekerja di media penyiaran iklan untuk sementara waktu, tetapi hanya sebagai pekerjaan paruh waktu. Dia ditugaskan untuk pengambilan foto dan dibayar berdasarkan jumlah foto yang dia dapatkan.

Padahal, dia yakin bahwa dulu saat bertugas sebagai jurnalis dirinya tidak pernah bertemu Anna.

Tapi sekarang, Anna berkata begitu untuk membuatnya terlihat salah, pada pesta meriah ini, ada banyak orang di dunia hiburan dan bisnis. Jika seorang jurnalis 'infotainment’ menyelinap masuk, tentu saja, dia akan segera di lempar keluar oleh petugas pengamanan.

Apakah karena Arga baru saja membantunya sehingga Anna harus melawannya seperti ini!

Semua yang ada disana menatapnya dengan mata tajam saat kata-kata Anna terucap dengan lantang.

Elle mengedarkan pandangan dan menemukan kenyataan, bahkan tatapan mata Arga berubah dingin padanya, kecuali Raihan yang sedang berada di sofa.

Kaki sebelah kananya terlipat bertumpu pada lutut sebelah kirinya, dengan gelas kristal di tangan. Anggur bergoyang searah putaran gelas, dan warna merah terpantul di pupilnya membuat wajah yang awalnya terlihat begitu dingin itu tampak begitu mempesona, tatapannya tajam.

Dia seperti sedang menyaksikan sebuah pertunjukan.

Mata Elle menoleh ke belakang dengan cepat, dan berkata kepada Anna dengan tenang, "Nona, apa anda tidak salah lihat? Saya memiliki wajah pasaran, mungkin seseorang yang anda lihat hanya mirip sengan saya.”

"Tidak!" Anna berkata sambil menunjuk baju Elle “Sekarang aku ingat, itu kemeja yang sama dengan yang kamu kenakan pada malam amal ALM terakhir.”

Elle merasa gugup karena dia memang bergabung dengan badan amal itu, dan bekerja sebagai juru foto untuk mendapatkan uang. Tapi, Anna tidak datang saat itu. Elle pasti melihatnya jika wanita yang suka show off seperti dia ada di sana.

Anna menyipitkan matanya: “Nona, aku mengingatnya dengan jelas! Hari itu, sebuah foto kontrofersi beredar, membuat bintang film Dedi M harus meninggalkan industri film dan televisi untuk saat ini! Pada saat itu, aku melihat Kamu di dekatnya! jika Kamu bukan seorang Jurnalis 'infotainment', bagaimana Kamu bisa ada di acara amal itu. Dan hari ini, Aku bertemu denganmu lagi disini?!”

Perdebatan mereka mulai mengundang perhatian banyak orang untuk mendatangi ruang tunggu, tujuan awal Anna memang menjadi fokus publik, dan kini Anna sengaja berbicara dengan lantang, mata teman baik Aktor Dedi M yang mendengar itu menjadi keras dan tajam seperti pisau terhadap Elle.

Hari itu, apakah Anna benar-benar ada di sana? Ada firasat di hati Elle. Dirinya merasa jika dia menyangkal apa yang terjadi, teman-teman aktor Dedi M tidak akan membiarkannya pergi begitu saja.

Ini bukan lagi hanya tentang kehilangan pekerjaannya, tetapi juga tentang keselamatannya ....

Elle mulai gusar, tapi ekspresinya masih santai. “Nona Syam, ingatanmu bagus sekali, aku memang ada disana hari itu.”

Setelah Elle selesai berbicara, seseorang yang dekat dengan Dedi M merasa emosi dan sudah akan mulai melukainya, bibir Anna melengkung dengan sedikit senyuman melihat itu.

Di area sofa, Raihan mengubah posisi duduknya dengan kaki yang saling menyilang, matanya tidak pernah lepas dari  Elle. Dia merasa bahwa wanita naif di depannya ini sangat tidak asing baginya. Namun, dia tidak dapat mengingat wajah polos Elle setelah mencari di seluruh ingatannya.

“Saya ada disana malam itu, tapi, saya ke sana bukan sebagai jurnalis. Melainkan sebagai pendamping pianis Jose Antoni!” Kata Elle tenang.

"Jose Antoni?!" Anna mengamati dengan curiga dan berkata, "Bagaimana kamu bisa menenalnya?”

Elle sangat mengenal Jose, karena pada

suatu hari saat hujan, mobil Jose mogok di jalan, Elle yang sedang berjalan sepulang dari warung bersama Ibra putranya, melihat Jose turun dan memeriksa mobilnya.

Setelah memeriksa mobilnya, Jose segera kembali ke dalam mobil untuk mencoba menyalakan mesin mobil, tapi dengan spontan Ibra berlari dan mengetuk kaca mobil Jose. Ibra berkata pada Jose: “Om, jalan ini banjir. Jangan nyalakan mesin mobilnya disini, karena nanti mesinnya bisa rusak.”

Jose terperangah dengan perkataan anak kecil itu, kemudian merogoh HP nya, Dia mem-browsing tentang perihal yang disampaikan Ibra padanya, benar saja ... menyalakan mesin dalam genangan air memang merupakan ide yang tidak bagus.

Itulah pertama kali Elle bertemu dengan Jose, Jose yang merasa kagum pada kecerdasan Ibra akhirnya meminta nomor ponsel Elle, awalnya Elle menolak. Tapi setelah tahu bahwa Jose Antoni adalah seorang pianis, Elle memberikan Nomor ponselnya pada Jose. Alasannya adalah karena Ibra, Ibra begitu senang bermain piano, dia suka mengendap-endap masuk ke gereja dekat tempat tinggal mereka hanya untuk menyentuh dan menyaksikan orang memainkan piano disana.

Hidup dibawah garis kemiskinan, Elle merasa idak mungkin bisa mengembangkan minat Ibra pada piano, apalagi jika harus mendaftarkannya ke tempat les piano yang begitu mahal. Sejak itu, Elle sering membawa Ibra ke studio Jose antoni.

Namun untuk bisa masuk dan menghadiri acara malam amal itu, Elle tidak mengandalkan nama seorang Jose Antoni. Karena hal-hal tidak terduga ini sajalah Elle akhirnya dengan terpaksa mengkambing hitamkan nama Jose.

“Saya mengenal baik Tuan Jose, jika Anda tidak percaya tanyakan langsung saja padanya!” Kata Elle.

“Tidak perlu berkonfrontasi!” Anna menyipitkan matanya, “Kudengar Tuan Jose jarang mengajak teman untuk menghadiri acara-acara penting, dan mereka yang dekat dengannya umumnya bisa bermain piano. Nona, jika Anda ingin membuktikan diri, Anda sebaiknya pergi ke sudut sana dan memainkan sebuah lagu untuk Kami semua. Jika Anda benar-benar bisa, baru kami dapat berfikir ulang untuk mempercayai Anda sekali lagi. "

Bagaimana mungkin wanita rendahan itu bermain piano, pikir Anna.

Baru saja tadi Anna melihat, saat menyerahkan tas tempat gaun kepada Elle, tangannya penuh dengan kulit yang mengapal dan Anna berpikir, dia pasti adalah buruh pekerja kasar. Bagaimana mungkin tangan seperti itu adalah tangan seorang pianis.

Anna sendiri tidak tahu, mengapa dia merasa jijik melihat wanita ini, dan tidak sabar untuk membuat dia menghilang dari dunia ini! Kebetulan sekali kesempatan ini muncul, semuanya akan begitu mudah bagi Anna, tidak perlu baginya untuk turun tangan menyingkirkannya sendiri!

“Bermain piano?” Tatapan Elle menyapu semua orang.

Setiap orang disana memiliki ekspresi yang sama meremehkannya dengan Anna. Seakan di dunia ini memang tidak ada tempat baginya, dimanapun Elle berada, ia selalu diperlakukan seperti tidak adil bahkan tidak akan pernah ada yang memberikan uluran tangannya meski ketika Elle sudah berada di tepian jurang tertinggi sekalipun.

Elle merasa sedih, hingga membuat emosi lain memanaskan darahnya.

Awalnya, dia sadar bahwa dia tidak boleh terlibat dengan hal-hal seperti ini, karena dia sudah menjadi Fitriana, wanita polos yang tidak ingin mengundang perhatian siapapun.

Namun, ada sesuatu yang menggelitik egonya, emosinya menjadi liar ketika dia melihat salah satu teman Dedi M ikut memakinya.

Dia berjalan, selangkah demi selangkah, ke arah piano di samping tempat duduk para tamu.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Deru Debu
malang banget nasibmu elle
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status