Anna mengambil cincin itu, dengan selembar kain yang telah disiapkan asistennya, Dia mengelapnya dengan hati-hati, lalu perlahan-lahan meletakkannya di jari manis, kemudian melihat ke arah Michelle: "Nona, jika kamu kekurangan uang, kamu bisa memberitahuku, aku mungkin bisa memberi Anda sumbangan, tapi mencuri barang orang lain itu tidak baik! " Pada saat yang sama, Arga juga memandang Michelle, matanya sedikit terkejut. "Nona Syam, saya tidak mengambil cincin Anda. Meskipun barang itu ditemukan di saku saya, itu hanyalah suatu kesalahpahaman. Saya berharap Anda mau memeriksa CCTV yang ada di aula ...." "Maaf, kami memiliki perjanjian kerahasiaan. Video itu hanya akan diberikan kepada wartawan dan tidak akan dipublikasikan,
Dengan gerakan perlahan, Raihan memakai jam tangannya kembali, tapi matanya dingin dan serius, menyapu semua orang yang ada disana, dengan nada tegas dan mendominasi ia berkata: “Fitriana adalah asisten prdibadiku. Segala sesuatu di kamarku tak ternilai harganya, dan dia tidak mengambilnya. Bagaimana dia bisa mencuri cincin sekecil itu?!" Sesaat Anna terdiam, berdiri di sana, dengan memegangi tangan Arga. Entah karena dia merasa marah atau malu atau sesuatu yang lain, jari-jarinya gemetar. Dia berhasil tersenyum meski terasa sulit: "Maaf. Mungkin kami sudah membuat kesalahan!" Raihan mengabaikannya, memandang Michelle yang berdiri di sampingnya dan berkata, "Ayo pergi!" Michelle merasa sedikit terharu
Michelle berjuang dan ingin berdiri. Namun, dia sangat lemah, dan tanpa dia justru menarik handuk mandi yang melingkari pinggang Raihan. Michelle tidak menyadari bahwa ekspresi Raihan menjadi semakin kompleks. Apakah wanita ini akan menggodanya? Raihan menjadi acuh tak acuh. Jika benar ia akan menggodanya, wanita seperti ini pasti akan diusir olehnya. Tapi, wanita ini sedang basah kuyup sebagian besar wajahnya terhalang oleh rambutnya, Raihan hanya bisa melihat dagu juga sepasang matanya yang besar. Sedikit mengejutkan. Lekuk dagunya indah, matanya cerah menawan, seperti peri cantik yang sedang menyamar. Raihan mengulurkan tangannya untuk menyingkap rambut di pipi Michelle.
Raihan adalah orang yang lumayan terobsesi dengan kebersihan, Dia baru saja disentuh oleh seorang wanita, jadi sekarang dia akan mengguyur tubuhnya lagi. Di bawah guyuran air dingin, hasratnya mulai mereda, dia mulai tenang. Namun saat hendak keluar kamar mandi, tiba-tiba ia melihat warna merah menyala di lantai, dan juga di dalam bak mandi. Matanya langsung menyipit. Apa wanita itu terluka? Tapi dia tidak terlihat seperti terluka. Apa dia sedang menstruasi? Raihan mengetahui itu pada pelajaran biologi sekolah menengah pertama. Selama bertahun-tahun, hampir tidak ada wanita di sekitarnya. Sejak, dirinya terlibat dalam persaingan bisnis dengan saudara kembarnya. Bisa dikatakan bahwa
Michelle mengerang pelan dan mengubah posisi tubuhnya lalu tertidur lagi, sekarang dia jauh lebih meringkuk dalam pelukan Raihan. Raihan sadar bahwa nafasnya mulai menjadi berat, dia tidak bisa menahan hawa panas yang menguar dari dalam tubuhnya. Seperti yang Raihan duga sebelumnya, sisi anehnya yang terobsesi pada kebersihan tidak berlaku pada wanita ini. Kemudian dia ingat bahwa setelah apa yang terjadi tujuh tahun yang lalu, dia tidak bisa mentolerir siapapunwanita yang mendekatinya, dia akan merasa jijik, bahkan walaupun itu adalah teman-teman wanita yang Dia kenal dari kecil, selama bertahun-tahun. Lambat laun, seluruh anggota keluarganya tahu bahwa dia eksentrik pada kebersihan dan merasa jijik jika tersentuh oleh wanita. Akhirnya, dia sepakat de
Jelas, Raihan tidak memiliki pengalaman seperti itu, awalnya Dia hanya merasa pahanya hangat, tidak memikirkan apapun. Tapi ketika dia melihatnya, wajahnya tiba-tiba berubah menjadi hijau. “Ah ...” Dia sangat terobsesi dengan kebersihan, meski bisa memangku Michelle, tapi hal semacam ini .... Dia segera bangun, dan melepas jubah mandi bernoda darah! Alhasil, dia memperlihatkan seluruh bagian tubuhnya di depan Michelle, ia hanya mengenakan celana dalam. Mata Michelle tertuju pada kaki Raihan. Begitu dia Melepas jubahnya, mata Michelle membuang pandangannya kesembarang arah. Tanpa diduga, dia malah melihat tonjolan besar di celana Raihan. Tiba-tiba, matanya membelalak. Ketika dia sadar,
Matanya bersyukur: "Terima kasih, Tuan Han!" "Saya tidak suka basa-basi." Raihan berkata, "Kalau Anda ingin berterima kasih kepada saya, tolong tunjukkan kesungguhan Anda di masa depan." “Baik, Tuan Han." Michelle mengangguk. Keesokan harinya, Teddy datang dan mendengarkan instruksi Raihan, Teddy menempatkan Michelle di bagian pemasaran. Bagaimanapun, kualifikasi dan latar belakang pendidikannya, tidak cocok untuk posisi yang lebih tinggi. Raihan menginap di hotel kali ini demi kenyamanan saat menggelar beberapa pertemuan di sana dan penandatanganan kontrak yang bernilai lebih dari satu miliar dolar. Sekarang kontrak telah ditandatangani, dia juga harus check out dan kembali ke vila tepi pantai yang dia beli di kepulauan serib
Michelle sedang duduk di meja kerjanya, lantai 17. Michelle merasa ling-lung saat melewati koridor kantor yang begitu panjang tadi, jendela-jendela kaca disana tampak begitu cerah mengkilat. Untuk pertama kalinya, Michelle memiliki kursi kantor eksklusif dan komputer dengan akses Internet. Dia menjadi apa yang disebut pekerja kantoran, dulu, ini semua baginya hanyalah sebuah impian tanpa tau bagaimana cara mewujudkannya. Begitu dia menyalakan komputer, David Mano, manajer pemasaran, datang dan berkata kepada semua orang, "Perhatian. Saya baru saja menerima pesan bahwa penyanyi Ami Monica akan datang minggu depan, Kami baru saja memutuskannya untuk menjadi salah satu juri di program pencarian bakat “world Idol”.