Share

7 ~Seperti Badut~

Anna menatap punggung Michelle; dia memiliki keraguan dalam hatinya.

Dengan hanya beberapa langkah saja, dia merasa Michelle telah berubah, seperti kepompong yang tiba-tiba bertransformasi menjadi kupu-kupu.

Tapi baginya Michelle masih terlihat seperti badut, dia masih mengenakan pakaian set seratus ribuan yang mungkin dibelinya dari toko-toko pinggir jalan!

Michelle duduk di depan piano dan mencoba memainkan sebuah nada. Benar saja, dengan hanya menekan satu tutsnya saja Michelle bisa tahu bahwa itu adalah piano yang bagus. Satu nada saja pada tuts-nya membuat semua orang seolah-olah mendengar gemerincing lonceng.

Begitu dia mendongak, dia menemukan sepasang mata sedang mengawasinya.

Pianonya kebetulan menghadap tepat dihadapan Raihan, jadi Michelle dengan jelas bisa melihat tatapannya setiap kali dia mendongak.

Tatapan yang sangat dalam.

Entah kenapa, begitu dia bertemu dengan garis pandangnya, dia mulai merasa tidak nyaman. Seolah-olah itu adalah tombol replay, pada ingatannya tujuh tahun lalu yang siap mengulang kembali di depan matanya.

Saat jari-jarinya gemetar, nada yang tadi disusun indah pada kepalanya menghilang begitusaja.

"Bukankah kamu mengatakan kamu adalah teman Jose Antoni?" Anna benar-benar merasa tenang sekarang, Dia kemudian mencibir: "Apa itu lagumu? Berhentilah melakukan perjuangan yang sia-sia! Akui saja bahwa Kamu adalah jurnalis infotainmen!"

Tapi sebelum Anna menyelesaikan kata-katanya, Michelle melanjutkan permainan pianonya.

Michelle berhenti menatap Raihan dan memaksa dirinya untuk menjernihkan pikirannya. Hanya ada piano untuk saat ini dalam pandangannya.

Michelle membayangkan dirinya berada di dalam solarium, hangat dan damai, dengan tatapan lembut ibunya yang mengamatinya penuh cinta. Jari-jarinya mulai terbang di atas tuts piano.

Elle memainkan alunan piano instrumen: The Blue Danube.

Orang-orang di sekitar yang awalnya meragukan Michelle, dan berpikir bahwa Dirinya adalah jurnalis, mulai menggelengkan kepala, dan bertanya kepada Anna apakah Anna salah menilai. Gadis yang sedang bermain piano itu tampak seolah-olah dia telah mempelajarinya setidaknya selama sepuluh tahun.

Selain itu, semua orang tahu tentang kehadiran Tuan Jose pada malam amal itu, jadi ... siapa yang benar disini?

Ketika Arga memandang Michelle, dia tampak terpesona, mengerutkan kening dan mencoba menangkap bayangan samar yang terlintas di benaknya.

Tetapi semakin dia mencoba menangkap gambar itu, semakin tidak jelas. Seolah-olah itu adalah segenggam pasir, yang semakin ingin kau genggam, semakin besar kemungkinan pasir itu akan menerobos keluar dari genggamanmu.

Anna yang berada di sebelahnya sempat mencoba memanggilnya beberapa kali sebelum akhirnya Arga menjawab, lalu bertanya dengan hampa: "Ada apa, Anna?"

Anna marah sampai mengeratkan giginya. Tapi saat ini, dia tidak bisa mengganggu Michelle lagi. Yang bisa dia lakukan hanyalah membiarkan kekalahan hari ini kemudian menyimoannya di dalam hati!

Tubuh Michelle benar-benar rileks seiring dengan iramanya, lagu ini sudah diluar kepala untuk Michelle.

Dulu, Dia telah memainkan lagu ini jutaan kali untuk Arga, jadi lagu itu bisa keluar begitu saja dari ujung jarinya yang panjang dan lentik.

Dia melihat semua orang berpenampilan glamor di sekitarnya, dan sesuatu telah menggerakkan hatinya.

Dia memikirkan  salah satu puisi karya seorang novelis Prancis.

Karena dia telah sampai pada situasi ini, Michelle secara totalitas mengalirkan semua suasana hatinya dengan melampiaskan perasaannya melalui sajak puisi tersebut!

Saat usianya beranjak remaja, belajar bahasa Prancis sedang populer, dan Michelle telah mempelajari pelafalannya. Dan setelah bertahun-tahun tidak mempelajarinya lagi, dia telah melupakan banyak kosakata, tetapi dia menyukai isi puisi itu dan menghafalnya berulang kali, jadi dia hampir bisa mengatakannya secara tiba-tiba—

"La femme est un magnifique diamant,

une perle brillante et scintillante,

pour que tu gagnes l'imagination fabriquée de l'impératrice.

Savez-vous que seul un poison snob est resté dans votre entourage ?

L'arrogant parfum qui attire et tue."

Michelle melafalkannya keras-keras dalam bahasa Prancis sambil menatap Anna yang berdiri di samping Arga.

Isi puisi itu sama dengan keadaan Anna saat ini. Anna mungkin memiliki perhiasan dan pakaian mahal, tapi sebenarnya dia tidak memiliki apa-apa.

Apa yang Anna miliki? Semua yang dia miliki sekarang, status, pujian dan kehormatan, itu semua berkat keluarga Hiratama.

Tanpa Arga disampingnya dan status keluarga Syamsuri saat ini, Anna bahkan tidak akan menjadi Nyonya rumah dan mendapat perhatian para selebriti.

Pelafalan bahasa Prancis yang indah berlanjut dari bibir Michelle, seorang wanita dengan penampilan yang biasa dan status sosial biasa-biasa saja:

“Si une femme acclame la gloire et le profit,

salue la richesse,

et détient l'autorité,

ne demande pas à ceux qui chantaient autrefois de se maquiller les sourcils,

elle ne savait pas dans quelle direction voler."

Michelle menarik perhatian semua orang, mereka berhenti untuk berdiskusi dan kembali mendengarkan  puisi Prancisnya.

"Parce que sa voix sèche pour exprimer la vérité pour détruire l’ego qui semble sacré et glorieux.”

Michelle memainkan nada terakhir saat dia menyelesaikan puisi itu. Nada yang indah dan memuncak dengan diakhiri klimaks begitu apik.

Setelah permainannya selesai, seketija ruangan itu menjadi sunyi seperti sebelumnya.

Dia berdiri, membungkuk kepada semua orang, dan menertawakan dirinya sendiri: "Maaf mengganggu kalian semua."

Setelah itu, dia berbalik dan pergi.

Saat dia pergi, mata Raihan mengikutinya; dia berkata kepada asisten pribadinya yang berdiri di samping tanpa menoleh: "Selidiki wanita itu!"

"Baik, Tuan Han.” Teddy mengangguk.

Michelle meninggalkan aula, dan pintu ditutup, seorang yang dianggap faktor pengganggu dan bukan berasal dari dunia glamor itu lenyap.

Setelah diskusi singkat dari para tamu yang menggumamkan kejadian yang baru saja terjadi, aula itu kembali pada suasana awalnya. Pesta pun dimulai lagi.

Raihan berdiri dari sofa dan memberi tahu Arga: "Tuan Arga, ada beberapa urusan yang harus saya tangani, permisi."

Dia langsung pergi tanpa menunggu reaksi Arga.

Entah kenapa, setelah perempuan itu pergi, Raihan merasa pesta itu jadi membosankan. Bahkan, dia mulai mengingat kembali apa yang baru saja dia dengar.

Raihan menguasai banyak bahasa, dan bahasa Prancis adalah bahasa yang wajib dikuasai olehnya. Itulah mengapa ketika beberapa orang berpura-pura mengerti, dia benar-benar mengerti semua yang di ucapkan Michelle.

Wanita itu luar biasa, dia mengingatkan betapa orang yang berpenampilan ningrat dan mewah sekalipun juga membutuhkan  orang-orang sekelasnya. 

Tapi apa yang dia katakan sungguh masuk akal dan Dia berhasil menyindir orang-orang disana namun dengan cara yang elegan.

Raihan berjalan ke pintu keluar, mobilnya sudah siap. Ketika dia mengalihkan pandangannya, dia melihat ke suatu tempat sepuluh meter darinya, ada Michy di area halte bus, dia sepertinya sedang menunggu sesuatu dengan cemas.

Raihan menyipitkan matanya dan masuk ke dalam mobil. Dia memerintahkan sopirnya: "Pergi ke halte itu."

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Aprilia Loly
bagaimana masa depan michi?... semoga pria itu akan menjadi pelindung masa depannya... semoga akhir yang bahagia... setelah masa-masa sulit akan datang kebahagiaan buat michele dan anaknya...
goodnovel comment avatar
ida
ceritanya bagus dan sangat menghibur ...
goodnovel comment avatar
Sha Phora
jika saja ada arti kata2nya di bawah bahasa prancisnya, para pembaca yang tidak mengerti atau tidak paham akan lebih terbantu ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status