Share

3. BARANG PALSU?

Chris dan Tuan Wilson sudah masuk ke dalam ruangan di sebuah tempat yang disepakati untuk melakukan sebuah pertemuan.

Tempat itu merupakan tempat terpencil, tidak mudah ditemukan oleh orang biasa, dan hanya ada satu gedung tua itu saja di tempat itu. Tidak ada satu pun bangunan lain di tempat yang cukup luas di sana. Itu membuat rasa curiga yang dirasakan Max semakin menggebu.

"Lihatlah! Dia bahkan melakukan pertemuan di tempat seperti ini. Tuan Wilson yang bermartabat mengapa harus melakukan pertemuan dengan klien di tempat yang seperti tempat rongsokan ini? Aku semakin yakin bahwa bisnisnya itu bukanlah bisnis yang baik." Max berbicara panjang lebar, tanpa berusaha untuk mengecilkan volume suaranya sedikitpun.

Spontan Alex memukul perut Max sedikit kuat, hingga Max mengaduh pelan dan mengumpat.

"Kubilang jaga bicaramu, Max! Dia klien kita, tugas kita menjadi bodyguard, urusan lain itu bukan urusan kita. Fokus saja pada pekerjaanmu dan jangan gegabah!" Max berkata penuh penekanan dengan sorot mata tajam yang amat serius ketika mengucapkan kalimatnya di hadapan Max, menandakan bahwa Alex tidak suka dengan tindakan Max baru saja.

Alex sangat tidak suka dengan orang yang melakukan pekerjaan dengan banyak bicara. Iya lebih suka bekerja sama dengan orang yang melakukan banyak tindakan nyata daripada banyak beromong kosong, dan Alex sangat anti untuk kegagalan dalam misi.

Angelina menyeringai puas mendapati Max dihajar oleh sang kapten, membuat Max semakin naik pitam.

"Sialan! Kurasa keberadaanku di sini tidak ada artinya selain untuk tempat pelampiasan kalian saja. Aku menyesal berada satu tim dengan kalian!" Max masih saja berisik, tidak berniat mengecilkan volume suaranya.

"Kalau begitu pergilah! Tidak ada yang akan menahanmu untuk tetap di sini, oke?" Angelina merespon penuh cibiran. Bibirnya melukiskan senyum remeh.

Max memutar bola mata kesal. Merasa tidak punya sekutu, Max memilih untuk diam daripada harus menerima pukulan dari Alex lagi.

Sedangkan di dalam ruangan sana mulai terjadi kericuhan karena disinyalir adanya barang palsu.

"Tuan Wilson, kau tidak sedang bermain-main denganku, bukan?" Sorang pria yang kini tengah memegang benda putih mengkilap di tangannya, yang berdiri di hadapan Wilson, bertanya demikian dengan tatapan tak lepas dari benda di tangannya.

"Kau meragukanku, Tuan Gerald? Kau tau siapa aku. Aku tidak akan merugikan diriku sendiri dengan mempertaruhkan nama baikku." Wilson menjawab tegas.

"Aku tidak peduli nama baikmu, Wilson, yang aku lihat adalah kenyataan! Berlian ini palsu!" Gerald—klien Wilson sangat murka ketika menyadari benda pertukaran yang dibawa Wilson untuknya adalah palsu.

"Omong kosong! Kau ingin mempermainkan aku, Gerald?" Wilson tidak segan menarik kerah kemeja yang dipakai Gerald karena emosinya ikut tersulut, merasa tidak terima dikatakan penipu. "Ini adalah separuh hidupku! Mana mungkin ini palsu!"

Dengan sekali hentak Gerald mendorong Wilson dengan kuat hingga ia terlepas dari cengkeraman Wilson. Di sisi mereka, Chris dan asisten Gerald sudah sama-sama mengacungkan senjata api mereka untuk berjaga-jaga.

Gerald merapikan pakaiannya kembali yang sempat dibuat berantakan karena cengkeraman Wilson.

"Benda itu ada di hadapanmu sekarang, kau periksalah sendiri. Aku tau kau tidak bodoh untuk bisa membedakan mana barang asli dan palsu, Wilson!"

Wilson sedikit gemetar karena ia menahan emosi serta cemas jika ucapan Gerald benar. Perlahan tangannya terulur meraih satu keping berlian untuk diperiksanya, dan ternyata benar apa yang dikatakan Gerald, berlian itu palsu. Kemudian Wilson memeriksa keping demi keping berlian yang ia bawa tadi, dan ya! Semua berlian itu palsu!

"Tidak! Bagaimana itu mungkin! Aku menyimpan berlian asli! Bagaimana ini bisa terjadi?" Wilson seketika lemas bagai tak bertulang.

"Kau ingin mencoba menipuku! Kau mencoba membodohiku! Kau telah membuang waktuku, Wilson, terima ini!"

Gerald mengacungkan senjata api tepat di hadapan Wilson namun gerakan Wilson lebih cepat. Sebelum peluru itu melesat menembus kepalanya, Wilson lebih dulu membuat gerakan kuat hingga berhasil melemparkan senjata yang ditodongkan padanya terjatuh ke lantai.

Asisten Gerald mengarahkan senjatanya pada Wilson dan Chris lebih dulu melepaskan peluru hingga melukai asisten Gerald.

Gerald dan Wilson kemudian terlibat pertarungan sengit tanpa senjata. Kekuatan keduanya seimbang. Chris mengawasi sambil diam-diam mengirim pesan pada Alex untuk bersiap bertarung.

Benar saja, ketika Gerald merasa terpojok dan tidak memiliki kekuatan lagi, dia berteriak meminta pertolongan dan beberapa anak buah bersenjata datang menyerang Wilson dan Chris dan dua diantaranya bertugas untuk menyelamatkan Gerald, membawanya pergi dari ruangan itu.

Bersamaan dengan itu Alex, Max, dan Angelina berhasil masuk. Pertempuran senjata berlangsung sangat sengit. Alex meminta Chris untuk membawa pergi Wilson dan membiarkan dirinya dan rekan timnya yang mengurus para musuh.

Banyak korban yang bergeletakan di lantai ruangan. Satu demi satu musuh berhasil dikalahkan. Hingga ketika anak buah Gerald hanya tersisa hitungan jari, Gerald memberi perintah untuk mengurung musuh di dalam ruangan berisi gas beracun itu kemudian membakarnya. Gerald yang mengira Wilson masih ada di dalam sana berharap besok pagi mendengar berita kematian Wilson.

Ruangan tertutup rapat dan pintu pun terkunci. Api mulai menyebar dan bau gas masuk ke indera penciuman perlahan tapi pasti. Ketiga bodyguard bayaran itu terbatuk-batuk karena menghirup gas beracun.

Sebagai kapten Alex harus berpikir untuk keselamatan Anggita timnya. Alex mendekati pintu berusaha membuka pintu dengan berbagai macam cara.

Alex melepaskan peluru ke arah pintu hingga pintu itu berhasil terbuka.

"Angelina, Max, cepat!" Alex mengomando.

Max dan Angelina berusaha bergerak cepat meskipun sebenarnya mereka telah lemas karena terlalu banyak menghirup racun serta asap dari api yang mengepung mereka.

Max melangkah lebih dulu, dan Angelina menyusul di bekalang pria itu. Saat hampir tiba di pintu, tiba-tiba saja sebuah tiang besi yang telah terkobar api roboh dan bisa saja menimpa tubuh Max. Menyadari itu Angelina bergerak cepat lalu mendorong tubuh Max ke depan agar tidak tertimpa besi yang telah terbakar itu.

Niat hati Angelina ingin ikut menghindar namun naas ia kehilangan keseimbangan hingga kini ia menggantikan posisi Max.

"ANGELINA!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status