Share

2. BISNIS ILEGAL?

"ANGELINA!"

Gadis itu tergagap hingga menjatuhkan selembar kertas foto sepasang suami istri yang selalu ia rindukan.

Ini sudah 15 tahun setelah kejadian naas yang menimpa kedua orangtuanya, dan selama 15 tahun itu Angelina selalu merindukan kedua orangtuanya itu.

"Tidak bisakah kau bicara pelan-pelan?" Angelina menggerutu sambil memungut benda yang terjatuh dari tangannya akibat ia dikejutkan tadi.

"Kau ingin aku bicara pelan-pelan? Dengar! Aku sudah memanggilmu sejak tadi tapi kau terus saja melamun, apa yang kau lihat?" ucap pria itu setengah mencibir.

Ini sudah yang kesekian kalinya seorang rekannya menangil nama gadis itu, dan baru kali ini ia terkesiap. Terang saja jika pria itu sedikit emosi.

Angelina hanya berdecak pelan tanpa merespons lawan bicaranya.

Sadar diabaikan, pria itu merebut foto yang hendak dimasukkan ke dalam saku kembali.

"Kembalikan!" kata Angelina tajam.

"Apa? Aku hanya ingin tau apa yang membuatmu begitu hanyut dalam lamunan."

"Kuperingatkan kau untuk mengembalikan itu padaku sekarang! Jika kau melihatnya maka akan aku congkel matamu saat itu juga, Max!"

"Cih! Percaya diri sekali kau bisa menyentuhku." Pria yang dipanggil Max itu tersenyum meremehkan. "Mengapa aku tidak boleh melihatnya, apakah ini foto aibmu?"

Ketika Angelina ingin menyahut, tiba-tiba seorang pria lain datang merebut foto yang disembunyikan di punggung oleh Max, kemudian segera menyerahkannya pada Angelina. Dengan cepat Angelina menyimpan foto itu sebelum terlihat oleh siapapun.

"Berhentilah bermain-main, Max! Bukankah aku menyuruhmu memanggil Angelina untuk bersiap? Mengapa kau malah mempermainkannya seperti ini?" ujar pria yang baru saja datang.

"Hm, ya! Aku memanggilnya ribuan kali tapi dia tidak mendengarku. Karena aku kesal padanya jadi aku ingin sedikit bermain-main dengannya." Max melempar senyum iblisnya, yang terlihat begitu memuakkan di mata Angelina.

"Cukup! Tuan Wilson telah menunggu kita, sebaiknya kita pergi sekarang." Tanpa menunggu respons kedua rekan kerjanya, pria itu lebih dulu berlalu, membuat Max dan Angelina mengikutinya.

Angelina melangkah lebih lebar, membuat langkahnya sejajar dengan pria yang mengembalikan foto miliknya tadi.

"Terima kasih, Alex," bisik Angelina.

"Hm," balas pria bernama Alex itu tanpa menoleh sedikitpun.

Begitulah sikap Alex, dingin. Pria itu tidak banyak bicara kecuali untuk urusan pekerjaan.

Alex, Max, dan juga Angelina merupakan rekan satu tim. Mereka adalah para bodyguard bayaran. Saat ini misi mereka adalah melindungi pria bernama Wilson, seorang pria terkaya se-Asia.

Belakang ini Wilson sangat merasa tidak tenang karena nyawanya menjadi incaran beberapa oknum dengan kepentingan masing-masing. Mulai dari kalangan pejabat, pengusaha, hingga penjahat, semua berlomba untuk mendapatkan seorang Wilson.

Kabarnya, Wilson selalu berganti wajah agar tidak mudah ditemukan oleh siapapun. Namun semakin majunya teknologi, pemalsuan wajah itu tidak lagi dianggap efektif karena orang-orang tetap bisa menemukannya. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk menyewa bodyguard bayaran untuk menjaganya.

"Tuan Wilson memintamu menjemput di kamarnya. Aku dan Max akan menunggu di mobil," ucap Alex yang ditujukan untuk Angelina tentunya.

"Hei, mengapa harus Angelina yang menjemput pria itu? Dan, apa? Di kamarnya? Yang benar saja!" Max melancarkan aksi ptotes. "Apa dia ingin mengajak Angelina bercinta? Apakah dia selalu berganti wajah untuk menipu para wanita?" lanjutnya.

"Tutup mulutmu, Max!" tukas Angelina tak suka mendengar ucapan tak senonoh Max.

"Tidak semua pria memiliki otak kotor sepertimu!" Imbuh Alex. "Pergilah! Kami menunggumu di mobil," lanjutnya lagi.

Angelina mengangguk kemudian segera melaksanakan perintah Alex yang berperan sebagai kapten di tim mereka.

Angelina masuk ke dalam lift untuk menuju kamar hotel kliennya, tak lupa ia memasang kacamata hitamnya untuk menyamarkan wajah. Dari balik kacamata, matanya meneliti orang-orang yang berada satu lift dengannya. Tidak hanya satu dua orang yang terlihat mencurigakan. Ya, dimana pun Wilson berada memang selalu dibayangi orang-orang yang mengancamnya. Angelina memindai dan menandai orang-orang yang terlihat mencurigakan tersebut.

Angelina keluar dari lift menuju kamar yang dituju. Angelina menyadari beberapa orang mengikuti langkahnya, namun ia berpura-pura tidak tahu.

Angelina mengetuk pintu sebuah kamar hotel dan seorang yang merupakan asisten Wilson menyambut.

"Saya datang untuk menjemput Tuan Wilson," ucap Angelina seraya memperlihatkan kartu identitasnya sebagai bodyguard dari sebuah agensi ternama yang disewa oleh Wilson.

"Baik, Nona Angelina, panggil aku Chris." Laki-laki itu mengulurkan tangannya dan segera disambut dengan santun oleh Angelina.

"Tunggu sebentar, saya akan memanggil Tuan Wilson."

Angelina hanya mengangguk tanpa suara, lalu membiarkan Chris memanggil tuannya.

Hanya beberapa menit saja, Chris sudah kembali muncul, kini bersama dengan Wilson yang sudah siap untuk pergi.

"Rekanmu sudah siap di tempatnya, Nona?" Wilson bertanya pada Angelina yang berjalan di sisi kirinya yang selangkah di belakang pria itu, sedangkan Chris berjalan di sisi kanan pria itu sejajar dengan Angelina.

"Sesuai perintah Anda, Tuan."

Mereka mempercepat langkah memasuki lift ketika orang-orang yang mencurigakan itu terlihat semakin berani mendekat. Lift tertutup sesaat sebelum orang-orang itu berhasil mengejar.

Angelina mengeluarkan alat komunikasi jarak jauh miliknya untuk memberitahu situasi terkini pada kedua rekan kerjanya.

"Bersiaplah! Kami sebentar lagi keluar."

"Kami mengerti!" ucap Max mewakili.

"Masuk ke mobil dan bersiaplah!" perintah Alex ketika melihat Angelina telah keluar dari lift. Max pun segera duduk di balik kemudi mobil yang telah terparkir di depan pintu masuk hotel bersama satu mobil milik Wilson yang di dalamnya telah ada sopirnya.

Dengan gerakan cepat mereka masuk ke dalam mobil masing-masing dan secepat mungkin kedua mobil itu segera meninggalkan tempat dengan kecepatan tinggi.

"Kalian tahu bisnis apa yang dilakukan tuan Wilson sebenarnya?" Max membuka obrolan di tengah perjalanan yang cukup menegangkan.

"Itu bukan urusan kita!" balas Alex.

"Hei, bagaimana jika dia melakukan bisnis ilegal? Jika dia tertangkap maka kita juga akan ikut terseret masalah. Oh ayolah, aku tidak mau menghabiskan waktu dalam penjara." Max mengeluh.

"Kau pikir agensi kita akan lepas tangan? Kita dilindungi agensi, jangan ragukan kekuatan agensi kita. Jadi lebih baik kau sekolahkan otak bodohmu itu, Max!" kali ini Angelina yang menanggapi ucapan Max.

Max berdecak sinis. "Kalian memang paling senang menindasku. Lihat saja, aku akan melapor pada atasan untuk kelaur dari tim ini, aku akan membentuk timku sendiri!"

"Silakan! Aku rasa kami tidak begitu membutuhkan dirimu. Kau pikir keberadaanmu sangat diharapkan di sini? Jika kau keluar dari tim ini maka kau akan jadi pengangguran!" Angelina kembali mencibir. Entahlah, mereka teman satu tim, namun Angelina dan Max sangat sering berdebat karena Max sangat menyebalkan bagi Angelina.

"Kau—"

"Cukup! Fokuslah menyetir, Max!" Alex lagi-lagi menengahi perdebatan kedua rekannya yang seringkali membaut kepalanya serasa hampir pecah.

Max menggerutu pelan, tak bisa membantah perintah Alex. Karena saat ini ia memang harus fokus menyetir apalagi dengan kecepatan laju yang tinggi.

Ponsel Alex berdering, pria itu mendapat panggilan dari Wilson yang berada di dalam mobil di depannya.

"Hallo, Tuan Wilson."

"Tetaplah berjaga di dekatku, sebentar lagi kita akan sampai. Kalian wajib berjaga di depan pintu, tidak boleh pergi dan tidak boleh ikut masuk!" Wilson memberikan perintah.

"Baik!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status