"ANGELINA!"
Gadis itu tergagap hingga menjatuhkan selembar kertas foto sepasang suami istri yang selalu ia rindukan.Ini sudah 15 tahun setelah kejadian naas yang menimpa kedua orangtuanya, dan selama 15 tahun itu Angelina selalu merindukan kedua orangtuanya itu."Tidak bisakah kau bicara pelan-pelan?" Angelina menggerutu sambil memungut benda yang terjatuh dari tangannya akibat ia dikejutkan tadi."Kau ingin aku bicara pelan-pelan? Dengar! Aku sudah memanggilmu sejak tadi tapi kau terus saja melamun, apa yang kau lihat?" ucap pria itu setengah mencibir.Ini sudah yang kesekian kalinya seorang rekannya menangil nama gadis itu, dan baru kali ini ia terkesiap. Terang saja jika pria itu sedikit emosi.Angelina hanya berdecak pelan tanpa merespons lawan bicaranya.Sadar diabaikan, pria itu merebut foto yang hendak dimasukkan ke dalam saku kembali."Kembalikan!" kata Angelina tajam."Apa? Aku hanya ingin tau apa yang membuatmu begitu hanyut dalam lamunan.""Kuperingatkan kau untuk mengembalikan itu padaku sekarang! Jika kau melihatnya maka akan aku congkel matamu saat itu juga, Max!""Cih! Percaya diri sekali kau bisa menyentuhku." Pria yang dipanggil Max itu tersenyum meremehkan. "Mengapa aku tidak boleh melihatnya, apakah ini foto aibmu?"Ketika Angelina ingin menyahut, tiba-tiba seorang pria lain datang merebut foto yang disembunyikan di punggung oleh Max, kemudian segera menyerahkannya pada Angelina. Dengan cepat Angelina menyimpan foto itu sebelum terlihat oleh siapapun."Berhentilah bermain-main, Max! Bukankah aku menyuruhmu memanggil Angelina untuk bersiap? Mengapa kau malah mempermainkannya seperti ini?" ujar pria yang baru saja datang."Hm, ya! Aku memanggilnya ribuan kali tapi dia tidak mendengarku. Karena aku kesal padanya jadi aku ingin sedikit bermain-main dengannya." Max melempar senyum iblisnya, yang terlihat begitu memuakkan di mata Angelina."Cukup! Tuan Wilson telah menunggu kita, sebaiknya kita pergi sekarang." Tanpa menunggu respons kedua rekan kerjanya, pria itu lebih dulu berlalu, membuat Max dan Angelina mengikutinya.Angelina melangkah lebih lebar, membuat langkahnya sejajar dengan pria yang mengembalikan foto miliknya tadi."Terima kasih, Alex," bisik Angelina."Hm," balas pria bernama Alex itu tanpa menoleh sedikitpun.Begitulah sikap Alex, dingin. Pria itu tidak banyak bicara kecuali untuk urusan pekerjaan.Alex, Max, dan juga Angelina merupakan rekan satu tim. Mereka adalah para bodyguard bayaran. Saat ini misi mereka adalah melindungi pria bernama Wilson, seorang pria terkaya se-Asia.Belakang ini Wilson sangat merasa tidak tenang karena nyawanya menjadi incaran beberapa oknum dengan kepentingan masing-masing. Mulai dari kalangan pejabat, pengusaha, hingga penjahat, semua berlomba untuk mendapatkan seorang Wilson.Kabarnya, Wilson selalu berganti wajah agar tidak mudah ditemukan oleh siapapun. Namun semakin majunya teknologi, pemalsuan wajah itu tidak lagi dianggap efektif karena orang-orang tetap bisa menemukannya. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk menyewa bodyguard bayaran untuk menjaganya."Tuan Wilson memintamu menjemput di kamarnya. Aku dan Max akan menunggu di mobil," ucap Alex yang ditujukan untuk Angelina tentunya."Hei, mengapa harus Angelina yang menjemput pria itu? Dan, apa? Di kamarnya? Yang benar saja!" Max melancarkan aksi ptotes. "Apa dia ingin mengajak Angelina bercinta? Apakah dia selalu berganti wajah untuk menipu para wanita?" lanjutnya."Tutup mulutmu, Max!" tukas Angelina tak suka mendengar ucapan tak senonoh Max."Tidak semua pria memiliki otak kotor sepertimu!" Imbuh Alex. "Pergilah! Kami menunggumu di mobil," lanjutnya lagi.Angelina mengangguk kemudian segera melaksanakan perintah Alex yang berperan sebagai kapten di tim mereka.Angelina masuk ke dalam lift untuk menuju kamar hotel kliennya, tak lupa ia memasang kacamata hitamnya untuk menyamarkan wajah. Dari balik kacamata, matanya meneliti orang-orang yang berada satu lift dengannya. Tidak hanya satu dua orang yang terlihat mencurigakan. Ya, dimana pun Wilson berada memang selalu dibayangi orang-orang yang mengancamnya. Angelina memindai dan menandai orang-orang yang terlihat mencurigakan tersebut.Angelina keluar dari lift menuju kamar yang dituju. Angelina menyadari beberapa orang mengikuti langkahnya, namun ia berpura-pura tidak tahu.Angelina mengetuk pintu sebuah kamar hotel dan seorang yang merupakan asisten Wilson menyambut."Saya datang untuk menjemput Tuan Wilson," ucap Angelina seraya memperlihatkan kartu identitasnya sebagai bodyguard dari sebuah agensi ternama yang disewa oleh Wilson."Baik, Nona Angelina, panggil aku Chris." Laki-laki itu mengulurkan tangannya dan segera disambut dengan santun oleh Angelina."Tunggu sebentar, saya akan memanggil Tuan Wilson."Angelina hanya mengangguk tanpa suara, lalu membiarkan Chris memanggil tuannya.Hanya beberapa menit saja, Chris sudah kembali muncul, kini bersama dengan Wilson yang sudah siap untuk pergi."Rekanmu sudah siap di tempatnya, Nona?" Wilson bertanya pada Angelina yang berjalan di sisi kirinya yang selangkah di belakang pria itu, sedangkan Chris berjalan di sisi kanan pria itu sejajar dengan Angelina."Sesuai perintah Anda, Tuan."Mereka mempercepat langkah memasuki lift ketika orang-orang yang mencurigakan itu terlihat semakin berani mendekat. Lift tertutup sesaat sebelum orang-orang itu berhasil mengejar.Angelina mengeluarkan alat komunikasi jarak jauh miliknya untuk memberitahu situasi terkini pada kedua rekan kerjanya."Bersiaplah! Kami sebentar lagi keluar.""Kami mengerti!" ucap Max mewakili."Masuk ke mobil dan bersiaplah!" perintah Alex ketika melihat Angelina telah keluar dari lift. Max pun segera duduk di balik kemudi mobil yang telah terparkir di depan pintu masuk hotel bersama satu mobil milik Wilson yang di dalamnya telah ada sopirnya.Dengan gerakan cepat mereka masuk ke dalam mobil masing-masing dan secepat mungkin kedua mobil itu segera meninggalkan tempat dengan kecepatan tinggi."Kalian tahu bisnis apa yang dilakukan tuan Wilson sebenarnya?" Max membuka obrolan di tengah perjalanan yang cukup menegangkan."Itu bukan urusan kita!" balas Alex."Hei, bagaimana jika dia melakukan bisnis ilegal? Jika dia tertangkap maka kita juga akan ikut terseret masalah. Oh ayolah, aku tidak mau menghabiskan waktu dalam penjara." Max mengeluh."Kau pikir agensi kita akan lepas tangan? Kita dilindungi agensi, jangan ragukan kekuatan agensi kita. Jadi lebih baik kau sekolahkan otak bodohmu itu, Max!" kali ini Angelina yang menanggapi ucapan Max.Max berdecak sinis. "Kalian memang paling senang menindasku. Lihat saja, aku akan melapor pada atasan untuk kelaur dari tim ini, aku akan membentuk timku sendiri!""Silakan! Aku rasa kami tidak begitu membutuhkan dirimu. Kau pikir keberadaanmu sangat diharapkan di sini? Jika kau keluar dari tim ini maka kau akan jadi pengangguran!" Angelina kembali mencibir. Entahlah, mereka teman satu tim, namun Angelina dan Max sangat sering berdebat karena Max sangat menyebalkan bagi Angelina."Kau—""Cukup! Fokuslah menyetir, Max!" Alex lagi-lagi menengahi perdebatan kedua rekannya yang seringkali membaut kepalanya serasa hampir pecah.Max menggerutu pelan, tak bisa membantah perintah Alex. Karena saat ini ia memang harus fokus menyetir apalagi dengan kecepatan laju yang tinggi.Ponsel Alex berdering, pria itu mendapat panggilan dari Wilson yang berada di dalam mobil di depannya."Hallo, Tuan Wilson.""Tetaplah berjaga di dekatku, sebentar lagi kita akan sampai. Kalian wajib berjaga di depan pintu, tidak boleh pergi dan tidak boleh ikut masuk!" Wilson memberikan perintah."Baik!"Chris dan Tuan Wilson sudah masuk ke dalam ruangan di sebuah tempat yang disepakati untuk melakukan sebuah pertemuan.Tempat itu merupakan tempat terpencil, tidak mudah ditemukan oleh orang biasa, dan hanya ada satu gedung tua itu saja di tempat itu. Tidak ada satu pun bangunan lain di tempat yang cukup luas di sana. Itu membuat rasa curiga yang dirasakan Max semakin menggebu."Lihatlah! Dia bahkan melakukan pertemuan di tempat seperti ini. Tuan Wilson yang bermartabat mengapa harus melakukan pertemuan dengan klien di tempat yang seperti tempat rongsokan ini? Aku semakin yakin bahwa bisnisnya itu bukanlah bisnis yang baik." Max berbicara panjang lebar, tanpa berusaha untuk mengecilkan volume suaranya sedikitpun.Spontan Alex memukul perut Max sedikit kuat, hingga Max mengaduh pelan dan mengumpat."Kubilang jaga bicaramu, Max! Dia klien kita, tugas kita menjadi bodyguard, urusan lain itu bukan urusan kita. Fokus saja pada pekerjaanmu dan jangan gegabah!" Max berkata penuh penekanan den
BRAK!Tiang besi itu berhasil menyentuh lantai yang sebelumnya sudah dibanjiri dengan minyak tanah oleh anak buah Gerald. Dalam sekejap gedung tersebut habis dilahap api yang berkobar.Gerald dan para anak buahnya tersenyum penuh kemenangan karena merasa tidak ada yang bisa selamat dari kepungan api di dalam gedung.Namun perkiraan Gerald salah besar. Tidak ada satu pun korban nyawa di sana. Tanpa sepengetahuan Gerald, Chris sudah membawa Wilson pergi dari tempat itu sejak beberapa menit yang lalu, sejak saat Alex memberikan instruksi.Sedangkan Max, Alex, dan Angelina, keberuntungan masih berpihak pada mereka. Saat sejengkal lagi tiang besi tua itu menimpa tubuh Angelina, dengan sigap Alex berlari lalu menarik tubuh Angelina hingga mereka berguling ke samping untuk menghindari maut.Max merasa shock karena ia menerima dorongan kuat dari arah belakang secara tiba-tiba, lalu menyaksikan Angelina yang hampir tewas tertimpa bara besi, membuat Max justru mematung.Alex membantu Angelina b
Angelina membaringkan tubuhnya di atas ranjang. Matanya menatap langit-langit kamar. Bayangan pembantaian orangtuanya berkelebat. Semua itu masih jelas di ingatan meski sudah berlalu lebih dari sepuluh tahun.Angelina mengusap wajahnya kasar, tiba-tiba ia merasa gelisah dan sedikit ketakutan. Terutama ketika mengingat kejadian dimana ia hampir mati tertimpa api yang membakar besi di gedung tempo hari."Aku tidak boleh mati sebelum aku menemukan orang yang melenyapkan nyawa kedua orangtuaku. Aku akan tetap hidup sampai aku berhasil membalaskan dendam atas kematian orangtuaku." Angelina berucap penuh tekad.Ya, alasan mengapa Angelina masuk ke sebuah agensi sebagai bodyguard bayaran adalah untuk bisa menemukan pembunuhan orangtuanya. Semakin banyak klien maka semakin banyak kesempatan dirinya untuk menemukan pembunuhan orangtuanya.Pembunuh orangtuanya adalah seorang yang berada di kalangan atas sehingga saat dia menerima job untuk mengawal seseorang dari kalangan atas seperti halnya Wi
"Tujuanku? Kau tahu aku seorang yatim piatu, tidak ada yang bisa aku andalkan, jadi aku hanya mencari pekerjaan saja untuk mencukupi kebutuhanku, apalagi?" Angelina menjawab santai."Cih, kau pikir aku akan percaya? Banyak pekerjaan yang lain kalau hanya untuk mencukupi kebutuhan saja, kau tidak harus di sini." Alex tidak mempercayai jawaban yang dilontarkan Angelina.Angelina tertawa kecil. "Aku tidak memaksamu untuk percaya, itu hakmu. Tapi bukankah hidup itu pilihan? Dan pilihanku ada di sini, kau tahu kenapa?""Kenapa?""Karena aku suka tantangan," balas Angelina dibarengi senyuman yang terlihat aneh di mata Alex."Baiklah, aku sudah cukup menghirup udara segar, aku akan kembali ke kamar dan istirahat. Sebaiknya kau juga," lanjut Angelina lagi. Gadis itu berbalik dan hendak pergi, namun suara Alex berhasil menghentikan langkahnya."Kau suka tantangan, bukan? Kalau begitu, ayo bertaruh denganku!"Angelina kembali berbalik dan berhadapan dengan Alex yang entah sejak kapan pria itu s
Pagi itu agensi diramaikan dengan kabar pertarungan rekan satu tim Angelina dan Alex, dan kabar itu pun sampai pada telinga Max. Pria yang sudah melewati masa pemulihan itu pun pergi menemui Alex di ruang medis."Apa kau gila? Kau bertarung dengan Angelina? Apa yang kau pikirkan? Dasar tidak waras!" Max langsung menyerang Alex dengan beberapa pertanyaan serta makian di ujung kalimatnya. "Dan satu lagi, kau kalah, memalukan!" sinis Max."Cih! Kau tidak sadar kau lebih memalukan? Kau diselamatkan oleh seorang gadis!" balas Alex tak kalah sinis."Itu berbeda! Itu murni kecelakaan, sedangkan kau? Apa yang kau untungkan dari bertarung dengan seorang wanita, dan itu juga rekanmu sendiri. Kau tahu? Kau memperlambat kinerja kita, seharusnya kita sudah bisa kembali bekerja hari ini!" Max terus mengomel."Bisakah kau diam? Kau sangat berisik! Aku hanya menguji kemampuan saja, apa salahnya?" balas Alex malas."Menguji kemampuan?" Max menuntut penjelasan."Aku seorang kapten, aku harus memastikan
"Tuan Antonio." Angelina segera mendorong tubuh Alex dan bangkit, beruntung Alex tidak berulah lagi."Hei, kau bilang akan berbicara dengan Angelina tapi kau? Astaga! Aku tidak mengerti, semalam kau mengajak Angelina berkelahi lalu sekarang kau mau mengajaknya berkelahi di atas tempat tidur? Luar biasa!" Max yang muncul di belakang Antonio mencibir sinis.Angelina langsung gugup dan salah tingkah. Meski sebenarnya mereka tidak berbuat apapun namun posisi mereka tadi benar-benar membuat salah paham siapapun yang melihatnya, sedangkan Alex hanya memutar bola matanya malas mendengar ocehan Max karena menurutnya tidak penting menanggapi ucapan seseorang yang menilainya buruk padahal tidak tahu kejadian yang sebenarnya."Maaf, Tuan Antonio, kami tidak sedang melakukan apapun, kami tadi--""Aku hanya mengerjai Angelina saja, aku ingin tahu reaksi dia ketika berada begitu dekat dengan seorang pria namun sepertinya dia tidak terpengaruh." Alex memotong ucapan Angelina dengan cepat.Antonio be
Alex, Angelina dan Max sudah kembali beraktivitas hari ini. Alex berusaha untuk segera pulih karena ia tidak terus berbaring di atas tempat tidur."Aku senang kalian baik-baik saja, dan aku harap kalian bisa melanjutkan misi sampai tuntas!" Tuan Wilson berbicara demikian pada ketiga orang yang ia sewa untuk menjadi bodyguard bayaran."Kami tidak akan mundur sebelum misi ini tuntas, Tuan Wilson," balas Alex sebagai kapten."Bagus! Atasan kalian sudah memberitahu detailnya, bukan?""Sudah.""Ya, itulah yang harus kalian kerjakan.""Untuk mencari petunjuk, sebagai langkah awal, apakah Anda bisa memberitahu pada kami di mana Anda menyimpan benda itu sebelumnya?" tanya Alex mulai menginterogasi dan tuan Wilson menyebutkan sebuah tempat sebagai jawaban."Apakah ada seseorang yang tahu tempat itu selain Anda, Tuan?""Hanya aku ... dan Chris."Mendengar jawaban tuan Wilson, Alex mengalihkan pandangannya pada orang kepercayaan tuan Wilson yang selalu setia berada di samping tuan Wilson tersebut
Chris menunjukkan sebuah benda kepada Alex yang menatapnya penuh selidik."Flashdisk?" tanya Alex mengerutkan kening."Ya, ada apa? Kau tampak terkejut," balas Chris memicing."Tidak, tidak apa-apa. Aku hanya berpikir kau mungkin menyembunyikan sesuatu," ujar Alex maiah tak melepaskan tatapannya pada Chris."Oh, apa yang perlu aku sembunyikan? Aku hanya meminta bantuan temanku untuk mengantarkan flashdisk ini, untuk kelancaran rapat Tuan Wilson hari ini," jelas Chris terlihat tetap tenang."Oh ya? Jika benda itu ada kaitannya dengan rapat Tuan Wilson saat ini, mengapa temanmu bisa memilikinya? Apakah dia juga mengenal Tuan Wilson?""Alex, aku tidak bisa banyak bicara denganmu sekarang. Aku harus segera masuk, sampai nanti."Chris langsung beranjak meninggalkan Alex begitu saja.Alex terlalu pintar dan cerdik. Aku harus lebih hati-hati, gumam Chris pelan.Ditinggalkan oleh Chris, Alex kembali masuk ke dalam mobil yang di dalamnya ada dua rekannya, menunggu Tuan Wilson yang sedang rapat