Chris menunjukkan sebuah benda kepada Alex yang menatapnya penuh selidik."Flashdisk?" tanya Alex mengerutkan kening."Ya, ada apa? Kau tampak terkejut," balas Chris memicing."Tidak, tidak apa-apa. Aku hanya berpikir kau mungkin menyembunyikan sesuatu," ujar Alex maiah tak melepaskan tatapannya pada Chris."Oh, apa yang perlu aku sembunyikan? Aku hanya meminta bantuan temanku untuk mengantarkan flashdisk ini, untuk kelancaran rapat Tuan Wilson hari ini," jelas Chris terlihat tetap tenang."Oh ya? Jika benda itu ada kaitannya dengan rapat Tuan Wilson saat ini, mengapa temanmu bisa memilikinya? Apakah dia juga mengenal Tuan Wilson?""Alex, aku tidak bisa banyak bicara denganmu sekarang. Aku harus segera masuk, sampai nanti."Chris langsung beranjak meninggalkan Alex begitu saja.Alex terlalu pintar dan cerdik. Aku harus lebih hati-hati, gumam Chris pelan.Ditinggalkan oleh Chris, Alex kembali masuk ke dalam mobil yang di dalamnya ada dua rekannya, menunggu Tuan Wilson yang sedang rapat
Beberapa saat kemudian Tuan Wilson serta Chris keluar dari gedung pertemuan diantar oleh rekan bisnisnya. Max menyipit menatap ketiga pria pebisnis di sana."Apakah mungkin mereka keluar secepat ini sedangkan Chris baru saja masuk membawa flashdisk yang katanya berisi materi meeting? Tch!" pertanyaan itu keluar dari mulut Max dengan nada sinis yang justru membuat Angelina mengeluarkan pujian."Aku terkesan kali ini kau berpikir cerdas, Max," ujar Angelina setengah mencibir."Tutup mulutmu! Kau pikir aku tidak bisa berpikir, begitu?" tukas Max kesal."Cukup! Jangan buat kericuhan!" Alex segera menengahi dan keduanya seketika mengakhiri perdebatan. "Kali ini dugaanmu masuk akal, Max, kita memang harus memperhatikan Chris dengan cermat," lanjutnya."Serahkan saja padaku," ucap Max dengan penuh percaya diri."Tidak, itu tugas Angelina!""Dia lagi, apa salahnya aku yang mengawasi rubah itu?" Max menggerutu."Aku sudah menyiapkan tugas untukmu sendiri, patuhlah dan jangan coba-coba membuat k
"Ya, flashdisk. Tuan tidak lupa, bukan? Itu baru terjadi beberapa saat yang lalu," ujar Alex dengan radar yang dibuat lebih tajam, untuk mencari tahu kebenaran yang terlihat dari gerak-gerik Tuan Wilson."Oh, tentu aku tidak melupakan itu, hanya saja aku tidak terbiasa menyebut dengan kata flashdisk. Aku memiliki panggilan tersendiri pada benda itu," jelas Tuan Wilson diselingi tawa yang terdengar hambar.Saat menjawab pertanyaan Alex, mata Tuan Wilson melirik tajam pada satu etalase tempat dimana ia biasanya menyimpan flashdisk yang mereka bicarakan.Alex manggut-manggut paha, ia sedikit lega karena Tuan Wilson ternyata tahu apa yang dia maksud. Karena merasa tidak ada yang perlu dikhawatirkan ia pamit undur diri."Tunggu, Alex! Aku lupa meminta benda itu dari Chris setelah rapat. Jadi aku perintahkan kau menemui Chris dan katakan padanya kau ingin mengambil Shea,"perintah Tuan Wilson."Shea?" tanya Alex bingung."Itu nama flashdisk yang aku maksud. Chris tau apa itu Shea. Pergilah!"
Tuan Wilson memainkan benda di tangannya, memutar-mutar dengan menatap benda itu tanpa berkedip. Hingga terdengar suara pintu diketuk dari luar, Tuan Wilson lekas menyimpan Shea yang asli di tempat yang berbeda dengan sebelumnya. Kali ini hanya dia yang tahu tempat penyimpanan Shea yang asli."Masuk!" seru Tuan Wilson dari kursi kebesarannya, setelah menyimpan Shea dengan rapi.Alex yang tadi mengetuk pintu, segara masuk dan kembali menutup pintu segera sesuai perintah Tuan Wilson."Ini benda yang Anda inginkan, Tuan." Alex menyerahkan Shea pada Tuan Wilson yang langsung diterimanya dengan senang hati."Terima kasih, Alex. Maaf telah merepotkanmu. Chris memang sedikit posesif dengan benda ini, maaf telah merepotkanmu.""Tidak masalah, asal Anda puas, Tuan," balas Alex.Tuan Wilson mengamati benda berbahan emas itu dengan seksama, tajam dan teliti. Tuan Wilson pun merasa takjub atas kerja keras Chris yang berhasil menduplikasi benda yang hanya dimiliki Tuan Wilson itu.Aku akui kau sang
Max terkekeh mendengar peringatan dari Alex. Pria itu melangkah mendekati Alex, menepuk pundak Alex lalu memutar ke belakang Alex hingga akhirnya kini mereka saling berhadapan."Aku rasa aku tidak salah bicara, mengapa aku harus diam? Kau tidak perlu menyangkal, Alex. Meskipun kau selalu memanggilku ceroboh dan apapun itu, tapi dalam hal seperti ini aku bisa paham. Kita sesama pria, aku tahu bagaimana sikap pria yang jatuh cinta.""Kau terlalu banyak bicara!" tukas Alex dingin.Max kembali terkekeh. "Ya ya ya, anggap saja begitu, kau boleh saja berkata tidak di depanku, tapi aku yakin di dalam hatimu kau setuju dengan pendapatku, benar 'kan?" ucap Max dengan senyum miring bermain di bibirnya."Max, aku peringatkan kau untuk bicara hal-hal mengenai pekerjaan saja denganku, tidak ada pembahasan lain. Jika sudah tidak ada yang perlu dibicarakan kau pergi istirahat saja, jangan menggangguku!" balas Alex sama sekali tidak terpancing untuk menanggapi dugaan-dugaan Max diluar urusan pekerjaan
Alex terbelalak mendengar jawaban Angelina yang sama sekali tidak pernah ia bayangkan. Pria itu hanya berpikir mungkin Angelina bernasib sama seperti dirinya hingga berpikir untuk mendedikasikan hidupnya untuk Tuan Antonio, tapi ternyata tidak, Angelina ingin balas dendam. Apa yang terjadi di masa lalu gadis itu? Bahkan ia yang telah melewati masa-masa menyakitkan sejak kecil pun tidak pernah berpikir untuk balas dendam, lalu Angelina?"Apa kau bilang? Balas dendam? Siapa orang yang menjadi tujuan balas dendammu? Apakah Tuan Antonio?""Kau berpikir terlalu dangkal! Jika Tuan Antonio adalah tujuanku maka dia sudah akan mati sejak dulu!" balas Angelina dengan remeh."Lalu?""Kau hanya memiliki satu kesempatan bertanya, dan aku sudah menjawabnya. Jadi jangan tanyakan apapun lagi. Aku sudah memberitahu padamu tujuanku, tapi kau tidak berhak mendesakku untuk menjelaskan alasannya. Permisi!" sentak Angelina dan langsung masuk ke dalam kamar lalu membanting pintu cukup keras.Alex mematung di
Pagi ini Tuan Wilson meminta Chris menemuinya di ruang kerja tanpa menjelaskan apa yang akan mereka bicarakan. Perasaan Chris tidak tenang. Meski malam itu Tuan Wilson terlihat tidak curiga sama sekali namun sebagai seorang yang memiliki niat buruk, tentu saja Chris merasa was-was."Selamat pagi, Tuan Wilson," sapa Chris datang menghadap."Kau sudah datang, duduklah!" balas Tuan Chris tanpa basa-basi."Kita akan menemui Tuan Regan pagi ini. Setelah itu kita ada pertemuan dengan Tuan Charles, kemudian kita akan makan siang dengan Tuan Henry." Chris memberitahu jadwal Tuan Wilson hari ini, seperti biasa yang selalu ia lakukan.Tuan Wilson mengangguk. "Baik, itu nanti saja kita bicarakan. Sekarang aku hanya ingin tahu mengapa Shea bisa ada padamu? Kau tahu, Shea tidak pernah pergi ke mana pun, bukan?" tanya Tuan Wilson menanyakan tentang Shea—alat penyimpanan data."Ah, itu, maafkan saya, Tuan, seharusnya saya tidak lancang mengambil Shea namun kemarin saya melihat ada orang yang mencurig
"Kalian mau ikut satu mobil denganku?" Chris bertanya pada Angelina dan Max ketika mereka sudah siap untuk berangkat ke pertemuan yang telah diatur."Tidak, terima kasih. Kami menggunakan mobil sendiri saja," balas Angelina mewakili Max. Baginya lebih aman menggunakan mobil sendiri karena mereka bisa menyusun rencana ketika di dalam mobil."Apakah mobil kalian tidak dipakai Alex?" tanya Chris lagi."Mobil dan sopir Tuan Wilson bertugas mengantar Anda, untuk itulah Tuan Wilson meminta Alex untuk menjadi sopir pribadinya untuk sementara waktu, jadi mobil ini tetap dipakai oleh aku dan Max," jelas Angelina.Chris manggut-manggut. "Baiklah, ayo segera berangkat!"Baguslah kalian tidak satu mobil denganku. Aku akan sulit bergerak kalau di dalam mobil saja ada kalian bersamaku. Setidaknya aku memiliki waktu sendiri meski hanya di dalam mobil. Chris melanjutkan ucapannya di dalam hati."Baik, Tuan!"Ketiganya lantas masuk ke dalam mobil masing-masing dan detik berikutnya mobil sudah melaju m