Share

5. ALASAN

Angelina membaringkan tubuhnya di atas ranjang. Matanya menatap langit-langit kamar. Bayangan pembantaian orangtuanya berkelebat. Semua itu masih jelas di ingatan meski sudah berlalu lebih dari sepuluh tahun.

Angelina mengusap wajahnya kasar, tiba-tiba ia merasa gelisah dan sedikit ketakutan. Terutama ketika mengingat kejadian dimana ia hampir mati tertimpa api yang membakar besi di gedung tempo hari.

"Aku tidak boleh mati sebelum aku menemukan orang yang melenyapkan nyawa kedua orangtuaku. Aku akan tetap hidup sampai aku berhasil membalaskan dendam atas kematian orangtuaku." Angelina berucap penuh tekad.

Ya, alasan mengapa Angelina masuk ke sebuah agensi sebagai bodyguard bayaran adalah untuk bisa menemukan pembunuhan orangtuanya. Semakin banyak klien maka semakin banyak kesempatan dirinya untuk menemukan pembunuhan orangtuanya.

Pembunuh orangtuanya adalah seorang yang berada di kalangan atas sehingga saat dia menerima job untuk mengawal seseorang dari kalangan atas seperti halnya Wilson, maka itu mempermudah Angelina untuk mendapatkan informasi pembunuh ayah dan ibunya.

Angelina meraih foto yang selalu ada di satu jaketnya, mengusap foto tersebut dengan penuh kerinduan.

"Mom, Dad, maaf aku belum bisa membalaskan dendam sampai saat ini. Aku belum menemukan informasi yang akurat." Angelina berbicara pada selempr foto di tangannya itu.

"Aku tahu kau tidak akan setuju dengan rencanaku ini, Mom, aku minta maaf jika aku tidak mematuhi keinginanmu. Aku hanya ingin memberikan keadilan pada kalian. Orang itu telah merenggut nyawa kalian dan membuat kita berpisah untuk selamanya. Sekarang aku akan melakukan hal yang sama, merenggut nyawa orang itu!"

Butiran bening mengalir tanpa disadari. Angelina sellau menangis sendiri ketika mengingat bagaimana tragisnya kematian kedua orangtuanya.

Angelina yang dikenal tangguh oleh rekan-rekan di agensinya, tidak ada yang menyangka bahwa gadis tangguh itu memiliki sisi rapuh.

Angelina mengusap air matanya, kemudian menyimpan foto itu kembali. Karena merasa tidak tenang dan butuh udara segar, Angelina memilih untuk keluar dari kamar dan sekedar mencari minuman untuk menyegarkan pikirannya.

Angelina memilih berdiri di sayap bangunan sambil menikmati secangkir kopi yang baru saja ia dapatkan, masih cendeung panas untuk bisa diminum.

"Aku menyuruhmu istirahat, mengapa kau berkeliaran di sini?" Alex yang baru keluar dari kamar Max, melihat bayangan Angelina yang pergi ke sayan bangunan, hingga ia mengikuti gadis itu.

"Aku tidak bisa tidur, jadi aku mencoba mencari ketenangan di sini," balas Angelina jujur.

"Kau memang terlihat tidak tenang, apa yang sedang kau pikirkan?"

"Kau salah menebak. Aku baik-baik saja, hanya butuh udara segar, itu saja."

"Jika itu tentang misi maka kau akan memberitahuku. Jika kau tidak memberitahuku itu berarti ada masalah lain, benar?" ucap Alex tepat sasaran. "Jika kau mau berbagi, aku bisa menjadi pendengar," lanjutnya.

Angelina tersenyum tipis. "Daripada itu, aku lebih tertarik untuk menanyakan sesuatu padamu, Alex."

"Tanyakan saja."

"Apa kau tidak bisa tersenyum?" tanya Angelina tanpa basa-basi.

"Apa?"

"Ya! Selama aku mengenalmu, sejak aku masuk ke agensi ini, aku rasa belum pernah melihatmu tersenyum."

Kecuali tadi saat ada di kamar Max, itupun kalau aku tidak salah lihat. Ucapan Angelina dilanjutkan di dalam hati.

"Apakah hidupmu seserius itu sehingga kau tidak pernah tersenyum?" lanjut Angelina bertanya.

"Aku tidak memiliki banyak waktu untuk melakukan hal itu!" balas Alex cepat dan datar.

"Ayolah, Alex, kau hanya butuh beberapa detik saja untuk tersenyum, tidak akan menyita waktumu terlalu banyak, bukan?"

"Kau benar, tapi aku tidak memiliki alasan untuk tersenyum, jadi aku tidak pernah tersenyum, dan jangan memaksaku untuk tersenyum."

Angelina mengedikkan bahu. "Baiklah, aku tidak akan memaksamu. Kau orang paling kaku yang pernah kukenal." Angelina mendecak sebal, namun Alex tidak peduli.

"Aku sudah menjawab pertanyaanmu, sekarang boleh aku bertanya padamu?"

Meski nada bicara Alex datar seperti biasanya, wajah yang tanoa ekspresi seperti biasanya, namun Angelina bisa merasakan tatapan mata Alex tidak setajam biasanya. Kali ini sedikit lebih lembut. Hal itu membuat Angelina merasa sedikit berdebar entah apa alasannya.

"Apa yang ingin kau ketahui?" tanya Angelina setelah sadar dari lamunan.

"Apa yang membuatmu ada di sini?"

"Hanya itu? Bukankah aku sudah menjelaskan tadi? Aku ke sini karena aku tidak bisa tidur. Aku hanya menikmati udara segar saja di sini. Kau menyia-nyiakan waktu dengan mengulang pertanyaan yang sama, Alex."

"Aku rasa kau tidak sebodoh itu untuk bisa mencerna pertanyaanku, Angelina. Aku ingin tahu mengapa kau bisa masuk ke agensi ini, apa alasanmu? Kau seorang wanita, dan kau lihat apakah ada wanita di agensi ini selain dirimu? Pekerjaan ini berbahaya. Aku yakin kau memiliki tujuan tertentu dengan mempertaruhkan nyawa dengan masuk ke tempat ini."

Angelina seketika mematung. Entah apa yang sedang Alex selidiki namun Angelina tidak pernah mengira Alex akan menanyakan hal itu padanya.

Kepada sang bos Angelina telah menceritakan tujuannya bergabung di agensi ini, karena syarat bergabung dengan agensi salah satunya adalah alasan yang masuk akal, sehingga sang bos tahu apa tujuan Angelina sebenarnya, meski tidak tahu siapa orang yang Angelina incar untuk merealisasikan pembalasan dendam terencana itu.

Jika kali ini Alex menanyakan tujuannya berada di tempat ini, apakah ia harus menjawab dengan jujur?

Related chapter

Latest chapter

DMCA.com Protection Status