Share

Aku Tidak Tidur, Mas!
Aku Tidak Tidur, Mas!
Penulis: Shinta wira

Satu

Sreeet.

Kurasakan sebuah pergerakkan dari kasur di sampingku. Pelan memang, tapi dapat membuatku terbangun dari tidur yang belum begitu lelap.

Dalam gelapnya kamar, dapat kulihat suamiku bangkit dari tidurnya. Ah ... pastinya dia terbangun karena kebelet buang air kecil saja. Sebaiknya aku melanjutkan tidur agar badanku yang memang sedang sedikit demam ini besok lebih segar lagi.

Namun, ada yang aneh, kulihat suamiku itu berjalan mengendap-endap, seperti seorang maling yang tak mau ketahuan. Sesekali ia melirik kearahku, seperti memastikan sesuatu. Gegas aku kembali menutup mataku tak ingin ia tahu bahwa aku sebenarnya tidak tidur.

Sambil berpura-pura tidur, dapat kulihat suamiku kini membuka pintu kamar dengan sepelan mungkin, sampai tidak terdengar suara sedikit pun. Percis maling yang punya salah.

Aneh, kenapa ia harus melakukan hal itu jika hanya mau ke kamar kecil? Sebegitu takutnya kah ia menganggu tidurku? 

Karena ulah aneh suamiku, Dani, barusan, aku tak dapat lagi memejamkan mata. Tak dapat kupikirkan alasan yang membuat suamiku sampai harus berjalan mengendap-endap di kamarnya sendiri. Sebaiknya kutunggu saja sampai dia kembali datang dan menanyakan alasannya.

Namun, sudah lebih dari sepuluh menit, Dani tak juga kembali. Selama itu kah waktu yang dia butuhkan untuk buang air kecil? 

Rasa penasaranku semakin menggebu, akhirnya aku pun memilih untuk menyusulnya   ke kamar kecil agar tahu apa yang tengah diperbuatnya kini.

Namun, tak kudapati ia di kamar kecil sama sekali. Suasana rumah pun begitu hening. Semua lampu yang tidak terpakai masih dalam kondisi mati. Tak ada tanda-tanda keberadaan Dani sama sekali. 

Sebenarnya dimana dia dan apa yang sedang di lakukannya tengah malam seperti ini?

Gegas aku mencarinya di seluruh sudut rumah yang mungkin dia berada. Tapi nihil, sama sekali tak kutemukan sosoknya. Hingga sayup-sayup dapat kudengar suara orang berbincang dari teras rumah.

Apakah itu Dani, suamiku? Sedang berbincang dengan siapa dia tengah malam seperti ini?

Tanpa ragu aku pun menghampirinya. Ingin tahu siapa yang sedang berbincang dengannya. Saat semakin dekat, suara Dani semakin jelas, dan tak kudengar suara orang lain selain suaranya sendiri. Semakin penasaran aku pun mendekat. Namun, belum juga kubuka engsel pintu ruang tamu, dapat kudengar isi perbincangannya.

"Iya ... nanti kamu kabarin aja kalau udah free, biar kita bisa jalan bareng."

Dari balik pintu ruang tamu yang tertutup rapat aku mengupingnya. Sambil mengintip melalui jendela kulihat suamiku itu sedang berbincang dengan seseorang yang entah siapa lewat telepon.

"Oke, kemana pun aku siap asal dengan kamu, Tuan Putri."

Tuan putri? Berarti Dani tengah menelepon seorang wanita. Apa Dani berselingkuh di belakangku, dan wanita yang di teleponnya itu adalah selingkuhannya? 

Ingin aku melabraknya saat ini juga menanyakan dengan siapa dia saling bertelepon tengah malam seperti ini, tapi pasti ia akan mengelak. 

"Haha ..., siap! Apa pun yang kamu mau aku pasti akan penuhi. Buktinya sudah kubelikan tas seperti yang Shania punya 'kan?"

Siapa sebenarnya wanita itu? Kenapa Dani sampai membawa-bawa namaku, apa wanita itu mengenaliku? Ah... andai aku membawa ponsel akan kurekam apa yang kudengar ini sebagai bukti. 

"Siap, Sayang, kita lanjut besok lagi ya, aku takut Shania bangun nih."

Rupanya Dani akan segera mengakhiri percakapan teleponnya itu. Aku harus segera kembali ke kamar sebelum ia menyadari keberadaanku yang tengah menguping percakapannya.

Beruntung aku bisa segera kembali ke kamar sebelum Dani kembali ke dalam. Gegas kututupi tubuhku kembali dengan selimut. Sebisa mungkin bersikap seolah tak ada yang terjadi.

Tak lama kudengar suara pintu kamar terbuka, dari balik guling yang menutupi wajahku dapat kulihat Dani berjalan mengendap-endap kembali memasuki kamar lalu membaringkan tubuhnya dengan perlahan di sampingku, setelah sebelumnya mengecup lembut keningku.

Menjijikan, setelah dia berbincang dan saling memanggil sayang dengan wanita lain, bisa-bisanya ia masih mengecup keningiku seolah tak memiliki salah apa pun. Dia tidak tahu saja bahwa aku tidak tidur dan sudah mengetahui permainan busuknya. 

****

Keesokan harinya kami berdua bersikap seperti biasa. Walau kesal, aku tetap menjalankan kewajibanku sebagai istri dengan baik. Memperisapkan segala keperluan Dani untuk bekerja.

Andai saja aku memiliki bukti percakapannya semalam di telepon, pasti dia sudah kusidang saat ini. Rasanya geram sekali mengetahui bahwa suamiku bermain api di belakangku.

Dani pun tetap bersikap manis seperti biasa. Ia mengecup keningku dan memeluk erat tubuhku sebelum berangkat, saat aku mengantarnya ke depan untuk melepasnya pergi bekerja.

"Duh, mesranya kalian seperti pengantin baru saja!" ujar Haya, tetangga kami, dari balik pagarnya.

Karena sedang bad mood juga tak enak badan aku hanya menjawab ucapan Haya barusan dengan senyuman. Tanpa mau terlibat perbincangan sedikit pun dengannya.

Sedang suamiku membalasnya dengan senyuman ramah, dan berbasa-basi, "Mau berangkat kerja, Mbak?"

"Iya nih, Mas. Kebetulan mobil saya mogok. Palingan saya naik ojeg online saja," jawab Haya sambil tersenyum manis sekali. "Ya beginilah nasib tinggal seorang diri, jauh dari suami. Kalau ada hal urgent gini gak ada yang bantu urusin," lanjutnya dengan wajah memelas yang dibuat-buat.

Ya, Haya memang tinggal seorang diri di rumahnya. Ia sudah menikah, tapi suaminya pulang sekitar enam bulan sekali karena bekerja di kapal pesiar.

"Loh ... dari pada naik ojeg, mending bareng saya, Mbak. Kebetulan tempat kerja kita juga kan searah." Tanpa meminta izinku Dani menawarinya tumpangan.

Dasar laki-laki. Sudah berani selingkuh di belakangku. Sekarang malah curi-curi kesempatan untuk dekat dengan tetangga cantik seperti Haya itu.

"Yang benar, Mas? Syukurlah kalau begitu. Saya jadi gak usah naik ojeg hari ini."

"Iya benar, ayo Mbak, kita berangkat." Dani pun segera membukakan pintu penumpang agar  memudahkan Haya untuk naik.

Dengan bersemangat Haya segera datang. Tanpa permisi ia melewatiku begitu saja menuju pintu mobil yang telah dibukakan oleh Dani barusan.

Saat Haya tepat melintas di hadapan, aku merasa seperti ada yang aneh dengan penampilannya. Tapi entah apa. Beberapa saat aku memerhatikannya, mencari tahu apa yang nampak aneh itu. 

Hingga tatapanku jatuh pada tas yang tengah dikenakan Haya. Tas berwarna cokelat tua dari salah satu brand ternama yang sama persis dengan yang kumiliki. Tiba-tiba aku teringat percakapan Dani semalam di telepon, bahwa ia sudah membelikan selingkuhannya tas yang sama dengan yang kumiliki. Dan Haya kini memakai tas yang juga sama percis dengan milikku

Apa jangan-jangan ..., Haya lah selingkuhan suamiku yang ditelepon olehnya semalam?

****

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status