Aku Tak Sepolos Yang Kalian Kira

Aku Tak Sepolos Yang Kalian Kira

By:  Arvinwarda  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
5Chapters
416views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Satu rumah dengan mertua dan Ipar, membuat Arini sebisa mungkin harus menjaga sikap. Sampai suatu ketika, permasalahan muncul karena Arini tak terima iparnya masuk kamar dan mengambil baju miliknya yang belum pernah ia pakai.

View More
Aku Tak Sepolos Yang Kalian Kira Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
No Comments
5 Chapters
Ajari adikmu, Mas!
"Mbak, aku pinjam bajunya dong, buat acara kondangan nikah temenku besok," ucap Silvi--adik iparku."Baju yang mana?" tanyaku tanpa menghentikan aktifitasku mencuci setumpuk piring kotor di wastafel."Yang bagus lah, Mbak. Nanti aku pilih sendiri. Yang penting aku sudah minta izin sama Mbak," balasnya, setelah itu dia berlalu meninggalkanku.Aku menghela nafas berat. Ini bukan kali pertama Silvi meminjam baju-bajuku. Bahkan tak jarang dia memakai barang-barangku tanpa izin. Aku begitu risih dengan prilaku Silvi yang tak punya sopan santun padaku sebagai Kakak iparnya. Aku tahu, usiaku dengan Silvi hanya beda dua tahun. Tapi tak sepantasnya dia berlaku begitu terhadapku.Pernikahanku dengan Mas Hilman masih terbilang hitungan bulan. Bisa dibilang kami pengantin baru yang sedang hangat-hangatnya."Assalamualaikum!" Aku menghentikan pekerjaanku kala mendengar suara Mas Hilman datang.Seperti biasa, kusambut kedatangan suamiku dengan senyuman termanisku. Aku mencium tangannya kemudian dia
Read more
Barangku milik iparku
"Kondangan gimana, Bu. Penampilan Arini tak ada bedanya dengan sebelumnya," balasku sopan."Iya, Nih, Ibu. Masak iya mau ngajak keluar Istri pakek daster bolong!" canda Mas Hilman terdengar garing. Aku tahu, Mas hilman bermaksud mencairkan suasana. Mungkin suamiku itu menyadari, jika sikap Ibu tak seperti biasa."Loh, Mbak! baju itu bukannya yang tadi mau aku pinjam, ya?" tanya Silvi tiba-tiba keluar dari kamarnya."Kenapa kamu pakek, Rin. Kan kamu tahu, kalo baju itu mau dipakek Silvi besok!" sahut Ibu. Nadanya semakin terdengar tak suka."Iya, Mbak Arini ini gimana sih, Mas Hilman juga. Kan tadi aku sudah bilang!" sentak Silvi dengan wajah cemberutnya. Aku semakin geram, aku ingin membalas ucapannya, tapi aku masih sungkan karena ada Ibu di hadapanku."Silvi! bicara yang sopan!" bentak Mas Hilman. Silvi terlihat mengembun, mungkin tak menyangka jika Mas Hilman mampu membentaknya."Hilman! tak sepantasnya kamu membentak adikmu hanya karena membela Arini!" balas Ibu."Dan kamu, Rin. H
Read more
Mas Hilman kemana
"Gimana, sih, Mas! aku kan sudah bilang lewat WA, tadi!" sungutnya sembari menghentakkan kaki. Pantas saja tadi Mas Hilman sempat melihat ponsel. Ternyata itu dari Silvi."Ya, gimana Dek! Mas lupa. Besok saja, pulang kerja kubelikan," bujuk Mas Hilman.Aku melirik malas. Silvi persis seperti anak kecil. Mas Hilman, juga. Dia terlalu memanjakan adiknya."Jadi, Silvi sudah pesan Mie ayam. Kenapa bisa lupa sih, Man-Man ... gak biasanya juga kamu mengabaikan permintaan Silvi," sahut Ibu, matanya melirikku sinis, seakan aku yang membuat Mas Hilman lupa."Mas, kita shalat sekarang. Udah adzan Maghrib juga," ajakku."Eh, Rin! kamu gak liat, Ibu belum selesai ngomong sama Hilman? shalat duluan sana!" sungut Ibu. Benar sekali dugaanku, Ibu akan seterusnya seperti ini. Mertuaku itu seolah mencari gara-gara. Niat hati ingin mengalihkan pembicaraan, eh, malah jadi salah lagi."Yaudah, Mas. Aku shalat duluan, ya," ucapku, kemudian memasuki kamar."Arini ngomong apa saja sama kamu!" suara Ibu terde
Read more
Silvi tak terima aku tak mencuci bajunya
"Mbak Arini baru bangun, ya?" tanya Mbak Dita, tetangga sebelah."Iya, Mbak. Semalem kebangun, baru bisa tidur hampir subuh, eh, malah jadi kesiangan," jelasku."Sama Mbak, aku juga baru bangun. Lagi datang bulan, jadi puas-puasin tidur, deh!" balasnya dengan ketawa cekikikan. Aku tergelak, perutku tergelitik mendengar ucapan Mbak Dita. "Masak apa hari ini, Mbak?" tanyaku.Mbak Dita terlihat berpikir sebelum akhirnya membalas ucapanku."Masih bingung, Mbak Rin," balasnya. Aku ber-oh ria menanggapi.Setelahnya, aku bergegas memilih sayuran. Kuambil Dua ikat bayam, satu plastik jagung isi tiga buah, setengah kilo daging ayam, dan satu papan tempe. Makanan kesukaan Mas Hilman."Berapa, Mang?" tanyaku sembari menunjukkan belanjaanku."Bayam dua ikat empat ribu, jagung empat ribu, daging ayam sembilan belas ribu, tempenya lima ribu. Semua jadi tiga puluh dua ribu, Neng!" jelasnya.Aku berlari kecil memasuki rumah setelah membayar belanjaan. Kulihat Ibu sedang menonton TV sembari memakan k
Read more
Jalan-jalan
"Satu lagi, Bu. Mulai hari ini, suruh Silvi mencuci bajunya sendiri. Jangan sampai dia tidak bisa melakukannya kelak saat ia di perlakukan sama sepertiku di keluarga suaminya."Setelah berucap, aku menutup pintu kamar. Kupegangi jantungku yang kian berdentum hebat, bahkan tanganku gemetar karena takut. Kuusap dengan kasar mataku yang mulai mengembun. Aku tidak boleh lemah.Aku menghempaskan tubuhku di atas ranjang. Kulirik jam dinding masih menunjukkan pukul sembilan pagi. Entah kenapa waktu seakan berjalan lambat semenjak kejadian kemarin. Rasanya aku ingin cepat-cepat ke rumah Ibu."Assalamualaikum! Mbak Arini ... Mbak Arini ..." Aku terperanjat saat mendengar sesorang memanggil namaku. Kepalaku terasa pusing karena terkejut, baru saja aku tertidur memulai mimpiku."Eh, Mbak Dita, cari siapa?" Itu suara Ibu. Karena kamarku terletak paling depan, suara siapapun terdengar jelas dari dalam."Mbak Arininya ada, Bu?" tanya Mbak Dita. Aku bergegas keluar, sebelum Ibu menjawabnya."Mbak Di
Read more
DMCA.com Protection Status