Share

Kalah Tanding

Pria tua itu membenarkan letak kaca matanya. Masa mudanya telah berlalu, dan sepertinya ia membutuhkan waktu untuk beristirahat sejenak dari penat yang ia emban selaku kepala sekolah. Di hadapannya sudah ada seorang murid yang memandangnya dengan tatapan tak percaya. Wajahnya memerah dan emosinya membuncah sampai di ubun-ubun, namun hebatnya ia masih dapat menahan itu semua di hadapannya.

Pria tua itu menautkan jarinya, berfikir keras. 

"Maaf, Adelia. Saya tak bisa berbuat banyak dalam hal ini."

Adelia mengusap wajahnya kasar, "pak, ini gak bisa dibiarin. Kejadian ini gak boleh berlanjut. Kami selaku Tim OSIS banyak dirugikan! Lagi pula, akibat ulah mereka banyak juga sarana dan prasarana sekolah rusak."

"Iya.. Saya mengerti. Tapi saya selaku kepala sekolah juga bisa apa? Orang tua mereka adalah donatur tetap di sekolah ini. Begitu pula Orang tua Adipati, beliau adalah pemilik Yayasan SMA Abdi Bangsa. Mereka memiliki hak istimewa di sekolah ini, jadi untuk tindakan pemberhentian/Droped Out, saya rasa tidak mungkin."

"Bagaimana kalau Skorsing pak? Catatan poin pelanggaran yang mereka lakukan banyak sekali!  Bapak bisa liat sendiri di laporan yang telah saya rampungkan" Adelia tetap tak menyerah, meyakinkan  Pak Galih selaku kepala sekolah. Ia bersikeras menunjukkan dan meyakinkan pada Pria tua itu untuk memberi hukuman yang setimpal pada Geng ATALIYON.

Pak Galih menggeleng sebagai jawaban paten.

"Jika sudah, kamu bisa kembali ke kelas. Masalah ini, akan saya laporkan pada orang tua mereka" Tandas Pak Galih

Adelia terdiam sejenak, ia berusaha untuk mengumpulkan kesadarannya. Perkataan Galih seakan mengguncang hidup Adelia yang kini siap runtuh. Baru kali ini wewenangnya sebagai Ketua OSIS SMA Abdi Bangsa tak mempan bagi para berandal bengis ATALIYON. Selama ini, siapapun yang berhadapan dengan Adelia akan berakhir dengan hukuman berat.

Setelah sepenuhnya sadar, Adelia berjalan ke ambang pintu dan meninggalkan ruang Kepala Sekolah dengan frustasi.

"Mana Kejutannya?"

Adelia berbalik dan mendapati Adipati yang ternyata sedari tadi bersender di samping pintu kepala sekolah dengan gayanya seperti biasa. Adelia menatap penampilan lelaki itu dengan tatapan jijik. Baju seragam yang kusut dan keluar dari celananya, sepatu kets tanpa kaus kaki, dua kancing teratas seragamnya yang tak terkancing tanpa dasi, dan headphone bertengger di lehernya yang dipenuhi peluh, bisa Adelia tebak, lelaki itu pasti telah menghabiskan jam istirahatnya dengan main sepak bola dilapangan tanpa mengenakan seragam Olahraga. Kemudian menggunakan jam mata pelajarannya untuk beristirahat di kantin.

Begitulah ATALIYON, masuk sekolah sesuka mereka. Membuat aturan sendiri dan tak memperdulikan aturan sekolah yang wajib dilakukan setiap siswa. Bahkan Geng ATALIYON tak pantas disebut siswa.

"Jangan gitu dong natapnya, entar suka, saya gak tanggung jawab ya."

Adelia menatap lelaki itu dengan tatapan seakan berkata 'Gua? Suka sama lu? Najis!! Amit-amit tujuh turunan! Dasar berandal urakan gak tau malu!'

"Gak usah natap saya kayak gitu, saya tau anda lagi memaki saya sekarang."

Okay, Adelia mulai muak dengan gaya bicara Adipati yang seakan mengejeknya. Lelaki itu meniru nada bicara Adelia pasca konflik di ruang OSIS dua hari silam. Gadis itu lebih memilih meninggalkan Adipati yang mulai mengoceh tidak jelas. Tapi sayangnya, aksi Adipati tak berhenti sampai di situ. Lelaki itu terus mengikuti Adelia kemanapun ia pergi. Tak jarang mereka mendapat tatapan heran dari beberapa murid yang mereka lewati, seakan mereka bertanya-tanya 'Adelia sama Adipati cepet banget akurnya sih? Perasaan baru kemarin perang dingin?'

Adipati terus mengikuti Adelia ke perpustakaan, ke kantin sekolah, dan nyaris menerobos masuk ke toilet wanita. Adelia pun langsung meng-klaim bahwa Adipati memang memiliki gangguan jiwa.

Adelia keluar dari toilet wanita dan tak tahan melihat wajah Adipati berkali-kali. Pasalnya, lelaki itu masih setia menunggu dekat toilet.

Dengan geram, Adelia mendorong Adipati masuk ke toilet lelaki sampai punggungnya menubruk dinding toilet dan mendapat tatapan kaget dari para kaum adam yang memenuhi toilet. Adelia sudah tak peduli lagi jika mereka akan menjadi sorotan dan perbincangan seantero sekolah. Dan tanpa disuruh pun, para lelaki yang semula berada di toilet ini, segera berlari keluar sebelum jadi samsak salah sasaran Adelia.

"MAU LO APA SIH, ADIPATI?!"

Adipati berpura-pura kaget atas perkataan Adelia.

"Maaf Adelia, saya gak ngerti maksud perkataan anda."

Adelia memutar bola mata malas, "gini ya, Adipati. Sekarang, mending kita gak usah munafik, deh! Semua orang tau Lu adalah senior gua dari Kelas XII IPS dari geng ATALIYON--"

"Ralat. Ketua geng ATALIYON" Potong Adipati menekan kata 'Ketua'.

"BODO AMAT!!"

Rasanya Adipati ingin tertawa lepas melihat wajah Adelia yang memerah karna emosi. Ada rasa kesenangan tersendiri saat usil pada gadis di hadapannya sekarang. Mungkin ini akan menjadi hobi barunya.

"Gua ini cuma junior lo yang kebetulan menjabat jadi Ketua OSIS di sekolah ini. Masa jabatan gua cuma dua tahun, Di! Selama setahun gua menjabat, belum ada yang lepas dari pengawasan gua selain lo!" Tunjuk Adelia tepat di depan mata Adipati.

"Terus?"

"Bisa gak sih, biarin gua hidup tenang selama setahun?"

"Emang dimana letak kesalahan gua sama lo?"

"Salah lo adalah, lo gak bisa gua kendaliin! Lo gak bisa gua awasin! Lo tuh kayak hewan liar tau gak? Ini tuh sekolah!! Bisa gak sih, jadi murid yang normal yang berkelakuan baik, cukup selama di sekolah aja! Gua gak bakalan maksa lo jadi baik di luar sana!" Perkataan Adelia cukup membuat Adipati tertampar. Baru kali ini ada seseorang yang berani menyamakan dirinya seperti hewan.

"Itu sih urusan lo. Siapa suruh mau jadi ketua OSIS?"

"Gini aja deh, anggep aja ini simbiosis mutualisme. Lo sama temen-temen lo boleh urakan atau apapun itu, tapi gak di sekolah, berkelakuan dan berpenampilan baik, supaya gua bisa menjalani setahun masa jabatan gue dengan tenang." Mendengar hal itu, dahi Adipati berkerut.

"Terus untungnya buat gue?"

"Gue akan lakuin apapun buat lo." Ujar Adelia dengan yakin.

Adipati semakin tertarik dengan pembicaraan ini. "Apapun?" Tanyanya memastikan.

"Ya, Tapi jangan yang aneh-aneh!!"

"Apapun?" Adipati mengulangi kalimatnya. Seakan mengoreksi perkataan semula Adelia yang bisa jadi akan berbahaya untuknya.

Gadis itu menghela nafas berat, dan pasrah terhadap apa yang akan terjadi setelah ini.

"Iya. Apapun itu. Gua lakuin buat lo"

Kemudian Adipati mengeluarkan sebuah pulpen dari sakunya dan menuliskan beberapa kalimat sakral di telapak tangannya. Adelia mulai was-was dan berfirasat buruk. Entah mengapa, gadis itu selalu saja kalah tanding jika dihadapkan oleh Adipati.

"Lo bilang akan lakuin apapun kan?"

"I-iyaa." Jawab Adelia ragu.

"Kalo gitu, lo harus lepas jabatan sebagai ketua OSIS"

"Lo gila??!"

Kemudian Adipati tertawa lepas. "Gampang banget di tipu ya, lo? Orang bego kok dipilih jadi ketua OSIS"

Ingin rasanya Adelia menggampar mulut laknat milik Adipati.

"Yaudah cepetan. Apa?"

Adipati memperlihatkan telapak tangannya yang dipenuhi oleh tulisannya,

"baca yang bener." Kemudian lelaki itu mengambil ponselnya dari saku celana dan menekan tombol 'play' di aplikasi perekam suara.

Untuk yang kesekian kalinya, Adelia merutuki dirinya yang mudah terjebak oleh siasat makluk laknat di hadapannya.

"Ketua OSIS SMA Abdi Bangsa bisa baca gak sih?!"

Adelia menatap Adipati dengan tatapan sengit. Seluruh amarah dan kebenciannya pada Adipati sudah tak terbendung lagi. Jika ia tak menjabat sebagai ketua OSIS, ia sudah pasti merobek mulut Adipati tanpa ampun.

Adipati terus menyodorkan tulisan di telapak tangannya sambil mendekatkan ponselnya yang sedang merekam ke dekat mulut Adelia. Mau tak mau, Adelia harus melakukannya.

"Gue, Adelia Saphire Ardanta. Mulai hari ini, gue mengakui kekalahan gue dari Adipati Gamael Abraham. Setelah Adipati merubah sifat menjadi sosok dan pribadi yang lebih baik, gue akan lakuin segala macam perintah apapun dari Adipati Gamael Abraham."

Adipati mematikan perekamnya dan menyimpan hasil rekaman tersebut di file ponselnya. Lelaki itu tersenyum puas. Lain hal dengan Adelia yang memasang raut wajah masam, entah hal gila apa yang akan terjadi esok harinya.

Adipati menyilangkan lengannya di dada. Ia membuka kancing celana nya, sontak membuat Adelia terkejut. Biar bagaimana pun Adelia salah karna berada di tempat yang rawan dan mengancam. Ia berada di toilet laki-laki bersama seorang lelaki. Biar bagaimanapun, Adipati hanyalah seorang lelaki pada umumnya yang bisa tergoda.

"EH, LO NGAPAIN?!! UDAH GILA, LO YA??"

"Apaan sih, bawaannya curigaan mulu!" Ternyata Adipati hanya sedang berusaha memasukkan kaki bajunya ke dalam celana, kemudian mengaitkan kancing bajunya.

Lalu, Adipati menunduk dan mensejajarkan wajahnya di hadapan Adelia yang mendadak berubah pucat. Wajah mereka terlampau dekat, hingga Adelia dapat merasakan deruh nafas Adipati yang membelai lembut pipinya.

"Ada dasi gak?"

**************************************************************************

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status