Share

Luka

Seorang gadis dengan rambut yang terurai rapih, berjalan masuk ke pintu gerbang SMA Abdi Bangsa. Sepertinya ia penghuni pertama pada pagi ini. 

Waktu telah menunjukkan 06:50. Sepertinya itu masih terlalu pagi bagi para murid kebanyakan. 

Pagi ini matahari pun masih malu menampakkan semburat cahayanya. Suara kicauan burung yang bersaut-sautan pun mengalun indah di telinga gadis itu, membuatnya tersenyum senang. Siapa lagi jika bukan Adelia?

Adelia menapakan kakinya dan berlari kecil menaiki tangga karena letak kelasnya berada di lantai dua di pojok kanan koridor.

Dan begitu terkejutnya dia saat melihat suguhan di pagi hari. Kelasnya yang begitu indah, dengan sampah pelastik sisa makanan yang berserakan, gumpalan tissue dan kertas, dan beberapa noda saus di lantai, menjadi alasan yang tepat penghancur mood nya di pagi hari. Apakah hanya Adelia yang memiliki rasa tanggung jawab dan kewajiban tinggi atas kebersihan kelasnya?

Dengan helaan napas yang panjang, Adelia berjalan meraih sapu yang di gantung di balik pintu kelasnya. Gadis itu kini mulai menyapu dengan telaten.

Terdengar beberapa derap langkah yang mendekat. Namun, Adelia tak begitu mengindahkannya. Dan terus melanjutkan aktifitasnya.

"Disini aja kali ya, Di?" Ujar seseorang di koridor.

"Ayo aja gua, mah.." Tukas lawan bicaranya. Suara itu begitu familiar di telinga Adelia. Namun lagi-lagi gadis itu tak ingin ambil pusing dan kembali melanjutkan aktifitasnya.

"SUBHANALLAH" Seru seseorang yang berdiri di ambang pintu kelasnya. Adelia berbalik ke arah seruan tersebut dan mendapati Yoga. Dan beberapa anteknya yang lain bermunculan dari balik tubuh tingginya.

Sebenarnya, bukan hanya tubuh Yoga yang tinggi di antara para ATALIYON, tapi mereka memang dapat dikatakan memliki tubuh atletis yang tinggi dan kekar. Pantas saja gadis manapun akan rela membuang waktu secara percuma untuk mengantri demi melihat mereka talanjang dada. Sungguh cetakan yang sempurna maha karya Tuhan.

"Ini nih yang dicari emak gua di rumah" Yoga melanjutkan perkataannya sambil memandang takjub kepada Adelia. Gadis itu mengerutkan keningnya, masih belum bisa mencerna perkataan Yoga dengan baik.

Adipati melangkah maju, memasuki kelas, "emak lu lagi nyari pembokat?" ujar Adipati tak merasa berdosa sambil duduk di atas meja siswa.

Seketika Adelia melempar tatapan tajam pada pentolan sekolahnya itu. Sedangkan yang di tatap tak gentar sedikitpun. Bukan Adipati namanya yang mudah gentar hanya karna tatapan tajam sang lawan, terlebih jika lawannya hanya seorang gadis, dan gadis itu adalah Adelia.

Yoga menyikut pinggang Adipati sambil melotot tajam, "kebiasaan itu mulut kalau udah nyerocos, gak bisa di rem. Maksud gua, modelan kayak Adelia gini, yang udah pinter, cantik, rajin pula, yang dicari emak gua jadi menantu idamannya."

Adelia yang merasa itu adalah bentuk pujian untuknya, terkekeh sambil tersenyum manis. Sedangkan Adipati menatap senyuman gadis itu dengan tatapan tak suka.

Gadis itu kembali fokus pada aktifitasnya yang sebelumnya sempat terhenti

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status