Share

Pertolongan Pertama

Seorang lelaki bertubuh tegap dan tinggi, siap melancarkan aksi dengan kayu balok di genggamannya. Ia mencoba memanggil temannya untuk mengatur siasat yang strategis. Ke empat orang itu menepi ke sisi kanan gerbang yang cukup jauh dari kegaduhan.

"Kita kalah jumlah, Di!" Gerutu Yoga sambil mengacak rambutnya kesal.

"Tenang dulu, Yo. Kita gak boleh panik." Ujar Novan menenangkan.

Adipati berfikir keras, sampai ada satu ide yang terlintas di fikirannya. "Kalau mereka nyerang kita dari depan, maka kita harus serang mereka dari belakang tanpa sepengetahuan mereka."

Mereka mengagguk setuju. Ide Adipati selalu brilliant dan tak pernah mengecewakan.

"Tapi, Di. Gua rasa kita perlu ngumpulin anak-anak buat bantu para satpam di sini buat nahan gerbang." Usul Alex. Mereka beralih tatap pada ketiga satpam yang berusaha menahan gerbang yang hampir roboh akibat dorongan brutal dari luar.

"Yo. Kumpulin anak-anak, suruh jaga gerbang. Alex and Novan, siapin helm, lindungin kepala. Gua liat mereka bawa batu." Perintah Adipati di hadiahi anggukan mantap ATALIYON.

"Oke, Di. Setelah gue berhasil kumpulin anak-anak, gua bakal nyusul."

Mereka pun mengangguk mantap. Yoga berlari mencari para lelaki sejati yang tak kenal takut untuk ikut serta turun ke medan peperangan. Sedangkan Adipati, Alex, dan Novan mulai bergerak ke arah timur sekolah dengan memakai helm dan kayu balok kokoh di genggaman mereka. Tak ada rasa takut sedikitpun dalam nadi ATALIYON. Yang ada hanya Api yang siap membakar para musuh.

Adipati memanjat tembok pembatas di arah timur sekolah, disusul dengan Novan dan Alex. Mereka bergerak perlahan tapi pasti. Mendekat ke arah musuh yang tak mengira kehadiran mereka.

"SERAAAANGG!!!"

__________________________________________________________________________

Salah seorang guru masuk ke ruang kelas XI IPA 1 yang dipenuhi para murid yang ketakutan. Beliau adalah Bu Asih selaku wali kelas mereka.

"Anak-anak. Tenang.. Suasana di luar masih gaduh. Ibu harap, tidak ada seorang pun dari kalian yang bertingkah seperti pahlawan untuk ikut tawuran di luar sana." Himbau Bu Asih pada setiap muridnya.

Adelia mengangkat lengan, "bu, saya sebagai Ketua OSIS Abdi Bangsa, akan sangat merasa tidak berguna jika saya berdiam diri di sini. Apa yang harus saya dan tim saya lakukan, bu?" Tutur gadis itu.

"Sepertinya kalian harus berjaga agar para murid tetap berada di kelasnya. Dan kamu Adelia, bantu para petugas PMR di dekat lokasi." Titah Bu Asih.

"Baik, Bu." Ujar Adelia Mantap.

Kemudian para Tim OSIS melaksanakan tugas masing-masing sesuai yang diperintahkan. Adelia segera berlari menuruni tangga dan segera menuju ke UKS. Ada para satpam yang memiliki cedera ringan di tangan dan kaki mereka karna berusaha menahan gerbang. Adelia bergerak menyiapkan beberapa kapas dan membantu para murid PMR, untuk membersihkan luka.

Seseorang berlari dengan di penuhi keringat yang membasahi setengah seragam putihnya, dan hampir menabrak pintu ruang UKS. Seisi ruangan dibuat terkejut olehnya.

"Gua butuh bantuan!!" Jantung Adelia mencelos ketika melihat wajah Alex yang pucat pasi diselimuti rasa panik. Firasatnya buruk.

__________________________________________________________________________

Adipati memberi isyarat untuk maju. "SERAAAAANGG!!" Seru lelaki itu dan menghantam para musuhnya dengan ganas.

Tiga banding dua belas. Sungguh tak sepadan, namun masih bisa dikendalikan oleh ATALIYON. Novan pun tak kalah sangar apabila sudah berhadapan dengan para lawannya. Lelaki itu menghantam leher para musuhnya dengan sekali hantam menggunakan balok. Mereka masih bisa membantai habis para lawan dengan hanya mengandalkan sebatang kokoh kayu. Sedangkan lawan mereka kebanyakan menggunakan jeruji rantai sepeda.

Adipati menghindari serangan bertubi-tubi sebisa mungkin, satu hantaman mengenai bahunya, membuat lengan seragamnya robek. Bahunya mengalir darah segar, ia tahu itu hanya goresan kecil ringan. Lelaki itu bersumpah akan mematahkan leher siapapun yang membuat darahnya menetes walau hanya setetes.

"BANGSAT!!!" Adipati berteriak lantang sembari maju dengan gagah berani, melayangkan tinjuannya ke perut lawan yang sudah membuatnya bersimbah darah. Pukulan yang tak kalah hebat ia layangkan ke bahu lelaki di hadapannya hingga balok yang ada digenggamannya patah. Adipati yakin tulang lengannya sudah retak sekarang.

Tatapannya tak sengaja menangkap seseorang yang mengeluarkan batu cukup besar dari sakunya, lelaki itu hendak melemparkannya ke arah Novan yang sedang berusaha menghindari serangan musuhnya.

"NOVAN AWAS!!" Dengan cepat Adipati mendorong tubuh Novan.

BUGHHH!!!

Hantaman batu yang dilempar oleh pihak ALASKAR tepat mengenai kepala Adipati yang beruntung mengenakan helm, namun tetap saja tubuhnya ambruk ke aspal, dan lagi-lagi ia mengalami benturan keras di kepalanya. Disaat tubuh Adipati terkapar di aspal, menjadi suatu kesempatan oleh para Geng ALASKAR Mengeroyok Adipati.

"ADIPATI!!" Seru Alex dan Novan. Yang dipanggil kini sudah tak berdaya. dirinya hanya bisa meringkuk dengan kedua lengan yang melindungi wajah. Namun usahanya sia-sia, wajahnya tetap melebam terkena pukulan yang dilayangkan bertubi-tubi.

"ANJING LU SEMUA!!!" Seru Yoga dan para siswa Abdi Bangsa yang ikut turut serta.

Adu pukul pun terjadi dan suasana semakin memanas. Novan menarik tubuh lemah Adipati di tengah kerumunan dengan hati-hati.

Yoga mendekat, "Adipati gimana?"

Novan menggeleng, "dia gak sadar."

"BANGSAT!!" Yoga berteriak geram. Ia melangkah maju tanpa rasa takut.

"Kenapa, Yo? Ketua Geng lo sekarat?" Suara itu membuat Yoga berbalik. Kini, tepat di hadapannya ada seorang Ketua Geng ALASKAR. Dion.

"DION BRENGSEK!! JADI LO DALANG DARI SEMUA INI, ANJING?!!"

Lelaki bernama Dion itu mendecih, "Gimana? Terkejut?"

Yoga mengusap wajahnya yang merah padam. "KALAU LO SAMA KURCACI LO INI GAK PERGI, ITU BERARTI LO LEBIH MILIH MATI DISINI!"

"Ini cuma pembalasan dendam atas apa yang lo udah lakuin ke kita sebulan yang lalu!!"

"Salah satu antek-antek lo itu yang udah berkhianat, Anjing!!"

"GAK USAH BANYAK BACOT LO!!" Dion menyerang tanpa aba-aba. Lelaki itu menghantam perut Yoga, dengan susah payah lelaki itu bangkit dan menghindar dari serangan Dion yang ke dua.

Novan segera memanggil Alex. "Lex, panggil salah satu anak PMR! Adpati harus segera di obatin!" Mendengar hal itu, Alex mengagguk mantap dan segera berlari mencari bantuan.

Sedangkan Novan duduk di dekat halte bus menunggu bantuan sambil memangku kepala Adipati yang mengucurkan darah segar. "Di. Bangun dong.. Kita pasti menang, tapi lo harus bangun!!"

Sedangkan Yoga kembali mengambil kayu balok yang tadi sempat terjatuh. Lelaki itu membalas perbuatan Dion tak kalah bengis. Ia menghantam bahu Dion dengan keras membuatnya jatuh terkapar dikerasnya aspal dan tak sadarkan diri. Para Geng ALASKAR pun melarikan diri, melihat ketua Geng mereka terkapar lemah di aspal.

"ADIPATI!!!" Jerit seseorang membuat Novan dan Yoga berbalik. Adelia segera berlari menghampiri Adipati.

"Adipati kenapa, Kak Novan?!" Cecar Adelia.

"Adipati tadi kena timpuk, jatoh dan akhirnya di kroyokin demi lindungin gue."

Adelia meringis melihat wajah Adipati yang membengkak karena lebam. "Yaudah kak, yuk bantu gue bawa Adipati ke UKS!"

________________________________________________________________________

Seseorang terbangun di tengah ruangan sunyi. Satu cahaya menyilaukan pandangannya. Ia mengerjapkan matanya dan mengulanginya berkali-kali hingga pandangannya menjadi jernih. Lelaki itu mencoba menggerakkan tubuhnya, jemarinya pun turut ia gerakkan.

Pandangannya berkeliling, dan berakhir pada sosok yang duduk di tepi ranjangnya dan tertidur pulas. Lelaki itu mengelus puncak kepalanya sambil tersenyum manis.

"Adelia.. Bangun, lo gak mau liat gue siuman?" Ujar Adipati dengan suara yang dihiasi rintihan kecil yang samar.

Kemudian gadis itu mengangkat kepalanya, membuat Adipati terkejut. Ia bukan Adelia. Tapi Renatta. Seorang gadis yang bersahabat sedari kecil dengan Adipati.

"Di..? Lo udah bangun?!" Renatta mengungkapkan perkataannya dengan rasa lega di hatinya.

Raut wajah Adipati langsung berubah, lelaki itu memalingkan wajahnya dari Renatta. Gadis itu tersenyum kecut.

"Kenapa sih, lo ada disaat gua menginginkan kehadiran orang lain di sisi gue?"

"Di.. Gue--"

"Udah ya, Ren. Gua ngantuk."

Percakapan pun selesai. Renatta adalah seorang yang munafik bila ia berkata tak mendengar apapun tadi. Gadis itu dapat mendengar dengan jelas bahwa Adipati meracau menyebut nama Adelia, tadi. Tanda tanya di kepalanya semakin membesar. Siapa sosok Adelia sebenarnya. Sedangkan dalam fikiran Adipati saat ini adalah, ia sangat berharap bahwa penolong pertamanya adalah Adelia.

***************************************************************************

Mikha Queen

Hallo para pembaca kisah Adipati😂 Saya Mikha Queen,, sangat memohon maaf atas keterlambatan yang sangat jauh dalam melanjutkan cerita ini, Insya Allah.. Dalam waktu dekat, kalian akan dapat menikmati kisah mereka lagi. Sampai jumpa di lenbaran kisah mereka selanjutnya💛 Author Mager, - MikhaQueen ✨

| Sukai

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status