Share

PERTEMUAN

Aku segera pulang kembali menuju desa melewati jalan yang sama dan ku percepat langkahku karena hari menuju gelap. Seperti biasa aku selalu sedia lentera ketika berpergian, berjaga-jaga jika malam tiba ketika masih dalam perjalanan. Sesampainya aku di ujung jembatan, terdengar semu suara rintihan yang sedikit terpecah karena aliran air.

“Siapa itu? Dimana?” Teriak ku bermaksud untuk mencari tahu dan menolong.

“Tolong... siapapun disana tolong! aku berada di tepian” Terdengar seperti terakan seorang pria

Aku dan orang itu saling berteriak namun tidak begitu jelas terdengar, akhirnya aku memutuskan untuk memanjat salah satu pohon dekat jembatan agar bisa melihat posisi dan keadaan orang itu dan aku pun menyelamatkannya.

“Beruntung hari belum begitu gelap, jadi aku masih bisa melihatmu” Ucapku

Pria itu berterimakasih dan memberitahuku bawa ia tersesat juga lapar kemudian, ia melihat buah segar ditepian sungai namun tergelincir saat mencoba meraihnya.

“Hahaha... begitu saja jatuh” Aku menertawakannya.

Lalu ku panjat pohon dan ku raih buah yang ia inginkan, tak hanya satu, aku mengambil beberapa sampai kantungku terisi penuh.

“Kau ini betina jenis apa?” Teriak pria itu yang aneh melihatku.

Akupun turun dan memberikan beberapa buah yang ku kantungi menggunakan bajuku.

“Nih... kau ini pria macam apa? Tak berguna!” Seru ku.

“Jika ingin sesuatu aku hanya perlu meminta dan itu akan datang sendiri padaku, tak harus meraihnya” Sombong pria itu sambil menerima buah dariku.

“Ya tuan. Apa perlu pelayanmu ini mengupaskan buah untukmu?” Sindirku sambil berlaga seperti pelayannya karena ku fikir ia seorang pangeran manja.

“Bukan seperti itu maksudku... sudahlah, kau takkan mengerti!” Serunya padaku dan kemudian  bergumam “Kalau ku perlihatkan kekuatanku, aku tak akan pernah bisa menemui paman lagi disini”

Dan... Tiba – tiba ia berteriak

“Ah... aku tersesat!! Aku harus segera pulang, tapi hari mulai gelap” Bingung pria itu.

Tanpa pikir panjang aku langsung mengajaknya ke rumah, sempat ia menolak tapi aku memaksa sambil menariknya menggunakan tangan kanan dan tangan kiriku mengambil lentera sebagai cahaya untuk pulang. Sadar aku belum mengenalnya tapi aku malas untuk basa basi karena memang sebentar lagi kita akan sampai tujuan.

Terlihat malu dan takut diwajahnya seakan tak mempercayaiku, tapi bagaimana lagi aku tak bisa membiarkan ia sendirian dan tersesat.

“Hey, aku bukan kakek tua yang harus kau tuntun” Ucap pria itu di belakangku dengan nada datar

Aku malu dan kaget tentunya, tapi agar maluku tak terlihat ku balas dia dengan ledekan bahwa dia memang butuh dipegangi karena gak mungkin pangeran muda mampu berjalan sendirian di gelapnya desa.

Dan kami pun berjalan sampai rumah sambil bergandengan.

Setibanya di rumah...

JLEG! Mata pria itu dan Noa saling menatap seakan mereka sudah pernah bertemu, tapi ketika ku tanya, Noa menyangkal sedangkan mata mereka masih dalam tatapan yang sama.

“Hei! Dia bibi ku, jangan kau goda dia!” Seru ku

Kemudian, pria itu memberi salam tunduk dan memperkenalkan diri bahwa namanya adalah Rayindra Candramawa biasa dipanggil Rayi, ia berasal dari kota Pendar dan dia juga meminta izin untuk menginap semalam di rumah. Melihat dan mendengarnya pun aku terkejut bahwa dia ternyata bisa sesopan itu.

“Rayi? Keponakannya paman Heri?” tanyaku

“Ya, kau mengenalnya?”

“Tentu, besok Naya yang ada di kedai pamanmu akan berkunjung kemari”

“Syukurlah, aku merasa lega kau mengenal keluarga ku”

Lalu kami pun makan malam dan berisitirahat.

Aku yang sudah berbaring diatas kasur sambil berguling - guling mulai resah memikirkan Rayi, dengan rasa heran karena kebetulan sekali bertemu dengannya dilanjutkan rasa kesal melihat sifat arogan nya lalu tertegun oleh sopan santunnya juga kini menyadari betapa tampannya dia. Alis tebal, hidung mancung, matanya yang biru, bibir yang tipis, rambutnya yang hitam sedikit panjang, ia juga memiliki perawakan yang tinggi, putih dan gagah layaknya pangeran. Akupun memikirkannya sampai tertidur.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status