Share

PENDAR DAN SEKOLAH MANGATA

Pagi hari kami tiba di kota Pendar, suasana begitu ramai sama seperti yang dikatakan Rayi penuh dengan kendaraan dan bangunan. Orang – orang terlihat sibuk, kebanyakan mereka pergi sepagi ini untuk bekerja.

Hari ini, hari dimana sekolah Pendar menerima siswa baru dan tak sedikit juga kendaraan yang beriringan dengan kami menuju arah sekolah. Penduduk Pendar menyebutnya sekolah Mangata karena berada di puncak tebing Mangata yang katanya dikelilingi oleh danau, jika malam hari akan memantulkan cahaya bulan yang begitu indah diatas airnya.

Kami sudah agak jauh dari perkotaan, melewati hamparan rumput dengan sajian bukit bukit kecil ditepi nya, sekolah pun sudah mulai terlihat dari sini lalu kami melewati hutan, diujung hutan itu ada jembatan gantung yang begitu besar menghubungkannya dengan tebing Mangata. Sajian alam berupa hutan, danau, tebing cantik dan terangnya langit akan terasa ketika berada diatas jembatan itu.

Kereta pun berhenti dan kami turun tepat di depan gerbang sekolah yang dikelilingi benteng tinggi, disana kami para murid dikumpulkan dan harus berjalan melewati hutan kecil agar bisa sampai ke gedung sekolah. Ini dilakukan hanya untuk siswa baru saja.

Terlihat gerbang sekolah dijaga oleh sekumpulan centaur yaitu manusia dengan badan setegah kuda yang membawa perisai juga tombak di tangannya. Mereka hanya bisa terlihat ketika kita berada di dalam lingkungan sekolah saja, murid lain pun seakan tertegun melihatnya.

“Apa kalian sadar, tadi mahluk itu tak terlihat dari luar” Ucap ku

“Memang, itu berguna agar mereka yang bermaksud jahat tidak bisa melihatnya dan sebelum memasuki gerbang ia akan langsung di tangkap oleh para centaur” Jelas Naya

“Kau tau pemimpin mereka adalah Griffin, dia satu – satunya penjaga terkuat di sekolah ini, keberadaan nya pun masih menjadi misteri” Kata Rayi

“Ada yang mengatakan ia berada di langit, menjaga sekolah ini dari udara dan hanya akan menampakan dirinya ketika sekolah sedang dalam keadaan bahaya”

Aku yang bingung karena tak tahu apapun mulai menanayakan “Apa itu Griffin?”

“Itu adalah salah satu penjaga yang paling mengerikan bertubuh besar, berbulu layaknya singa namun memiliki kepala dan sayap seperti elang. Ia melindungi sekolah dari atas langit. Mungin ada kerajaan dibalik awan sana” Saut Rayi dengan nada yang sedikit di bulatkan berniat menakuti.

Aku dan Naya pun terlihat biasa saja bahkan kita saling menatap kebingungan mendengar perkataan Rayi yang seakan menyeramkan.

Candaan Rayi pun terhentikan oleh seorang murid laki - laki yang ada di belakang kami.

“Sayangnya Griffin itu selalu dipanggil dengan sengaja oleh orang – orang yang ingin memburu nya untuk dijadikan kekuatan” Kata murid itu.

“Apa kalian pernah melihatnya?” Tanya ku

“Tidak! Jangan harap kau ingin melihatnya” Tegas dia. Sedangkan, Naya hanya menggelengkan kepala dan Rayi pun berkata “Tidak”

Lalu sambil berjalan laki – laki itu memperkenalkan dirinya, ia terlihat seperti orang yang santai, mudah bergaul dan banyak bicara.

“Aku Dera” Katanya sambil mengulurkan tangan perkenalan.

Dia yang kini tepat berada di sampingku yang sedang mengulurkan tangannya pun ku balas.

“Aku Arunika, panggi saja Aru dan ini Rayi juga Naya”

Akhirnya teman kami bertambah satu dan mulai berjalan bersama.

“Wuuaa... ini bahkan lebih mirip kastil daripada sekolah” Kata Dera setelah kami tiba di halaman depan sekolah yang begitu luas.

Memang terlihat jelas sekolah itu begitu megah layaknya kastil, penuh dengan tiang, menara, juga tembok tinggi yang terbuat dari batu. Murid lain pun tercengang kecuali Rayi yang sudah terbiasa melihat kastil ini.  Pintu pun terbuka lebar dibuka oleh salah satu pengajar disana, ia nampak sedikit berumur namun masih terlihat segar dan eksotis dengan rambut kepang hitam yang disanggulkan, wanita itu mengenakan jubah hitam yang menutupi badannya, namanya adalah profesor Gina Dhafina, begitulah ia memperkenalkan dirinya. Kami dibawa ke dalam aula besar dengan banyak lentera yang melayang di dalamnya, plafon yang berlukiskan griffin sangat indah bercahaya menambah suasana aula terasa damai.

Lurusan dengan pintu masuk aula itu berderet profesor – profesor yang duduk sigap mengenakan jubah hitam, di posisi paling tengah adalah ayah nya Rayi kepala sekolah Mangata yang terlihat sangat berwibawa, ia memiliki warna mata yang sama dengan Rayi, kulit nya putih pucat, semua rambut ditubuhnya berwarna putih dan janggut nya yang tebal membuatnya telihat unik, gagah dengan mengenakan mahkota hitam yang penuh kristal di kepalanya serta jubah dan cloak putih bercorak emas di pundaknya. Kepala sekolah pun menyambut kedatangan para murid baru dengan sedikit sambutan lantangnya diikuti suara terompet penyambutan dari patung – patung yang bergerak sendiri seakan ia hidup.

“Selamat datang murid – muridku, selamat bergabung di sekolah sihir Mangata. Sekolah ini adalah sekolah sihir satu – satunya yang berada di kota Pendar, sekolah yang tidak sembarang orang dapat memasukinya. Kalian adalah orang – orang istimewa yang memiliki bakat Peculiar

Peculiar? Apa itu?” Tanyaku pada Rayi

Peculiar itu nama yang dipakai untuk keistimewaan kita, Naya yang dapat membaca pikiran dan aku yang mengendalikan alam maupun mereka semua (menunjuk kepada semua orang yang ada di aula) termasuk kamu adalah Peculiar, orang lain biasa menyebutnya Peca. Dan untuk orang – orang yang tidak mempunyai bakat Peculiar kita menyebutnya Nope ­(No Peculiar)” Jelas Rayi padaku di tengah kepala sekolah sedang menjelaskan keistimewaan sekolahnya.

Kemudian kepala sekolah kembali ke tempatnya nya dan profesor Gina pun mengambil alih untuk menjelaskan perihal Mega atau asrama yang akan kita tempati. Setiap Mega selalu bersaing untuk memperlihatkan seberapa bagus dan kuatnya mereka, entah bermula sejak kapan namun kebiasaan itu sudah terjadi begitu lama dan bertahan hingga sekarang.

Ada 4 Mega yang ada di sekolah ini yaitu Mega Goud, Mega Wit, Mega Rood dan Mega Blauw. Yang membedakan Mega satu dengan Mega yang lain adalah cloak atau jubah yang menjadi simbol dari setiap Mega. Semua Jubah di sekolah ini berwarna hitam namun memiliki warna yang berbeda di bagian pundaknya.

Jubah Mega sekolah Mangata ini mempunyai dua lapisan, lapisan utama memiliki hoodie yang keseluruhan bagian luarnya berwarna hitam dan bagian dalamnya berwarna sesuai dengan warna Mega nya, di tepian bawah lapisan utama ini terdapat corak Mega (awan) yang merupakan ciri khas dari sekolah Mangata, warna corak nya di sesuaikan dengan Mega nya sendiri. Dan lapisan kedua yaitu cloak pendek tidak berhoodie yang panjangnya hanya sebahu, ditepiannya terdapat corak Mega yang sama dengan tepian bawah lapisan utama, warna cloak ini menyesuaikan dengan warna Mega.

Mega Goud berwarna hitam-emas bersimbolkan burung phoenix

Mega Wit berwarna hitam-putih bersimbolkan burung merpati

Mega Rood berwarna hitam-merah bersimbolkan burung ibis

Mega Blauw berwarna hitam-biru bersimbolkan burung macaw spix

Profesor Gina menjelaskan bahwa kami para peca baru akan dipilih langsung oleh jubah Mega dan menempati Mega sesuai dengan jubahnya. Prof Gina pun telah menyiapkan jubah jubahnya yang ditutupi lemari kaca di depan kami lalu membukanya.

“Wuuaaaah” Sontak kaget dan tertegun kami melihat puluhan jubah terbang menutupi lukisan griffin di plafon. Jubah – jubah itu memilih dan menghampiri langsung memasangkan dirinya di pundak kami.

Dera mendapat jubah Blauw, Rayi jubah Goud, Aku jubah Wit, anehnya Naya dikelilingi 2 jubah yaitu jubah Goud dan Wit, kedua jubah itu seakan berebut cepat-cepat menghampiri pundak Naya. Namun, Naya yang melihatku mendapatkan jubah Wit langsung berkata “Aku ingin jubah Wit bersamaku” dengan nadanya yang sedikit meninggi. Maka, jubah Wit lah yang turun dipundaknya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status