All Chapters of TRANSFORMASI MANTAN ISTRI GENDUTKU: Chapter 31 - Chapter 40
67 Chapters
part 31
Linda terancam keguguranPagi ini Anisa memilih ijin untuk tak bekerja. Rasa trauma masih membekas didalam ingatannya. Apalagi rasa pusing masih mendera di kepalanya akibat benturan saat ia tergelincir belum lagi lemparan batu pada punggungnya terasa sakit. Tok... Tok ... Tok ... "Nis, makan dahulu. Ini tadi Satria mampir kasih kamu bubur gudeg." "Ha, Satria kemari, bu? Kapan? Kok Anisa gak tahu?" "Tadi pagi, dia menemui ibu dibelakang. Takut ganggu kamu istirahat, sekalian mau berangkat narik katanya." "Owh, nanti aku hubungi Satria kalai begitu, bu. Makasih ya bu, sudah dianterin masuk makanannya. Aku bisa kok makan dibelakang." "Kamu lagi sakit, sudah gek habiskan terus minum obat dari bu bidan. Mau ibu rebusin air panas untuk mandi?" "Jangan.... Anisa mandi air dingin saja bu, makin gerah nanti." "Ya sudah kalau begitu. Ibu keluar dahulu, segera habiskan." "Iya, bu." Sete
Read more
Bab 32
Bagas dipenjaraTok... Tok ... Tok ... "Selamat siang bapak dan ibu." "Si.. siang pak. Ada apa ya pak?" jawab Bu Mutia yang sedang menunggu Linda dirumah sakit."Maaf bu, saya mencari bapak Bagas." "Ya Pak, saya Bagas. Ada apa ya?" ucap Bagas yang ada dibelakang sang ibu."Bapak bisa ikut saya ke kantor. Ini surat penangkapannya." "A... Apa? Saya gak melakukan apa-apa pak? Bapak salah orang mungkin," sergah Bagas, ia memnag merasa tak melakukan kesalahan apa-apa. "Bapak bisa jelaskan di kantor nanti." Bagas segera digiring oleh kedua polisi untuk segera ke kantor dan memberikan keterangan. "Mas.... Pak! Jangan bawa suami saya. Suami saya gak bersalah, bapak mungkin salah orang." pekik Linda yang kini sudah menangis melihat Bagas dibawa polisi. "Bu, bagaimana ini? Kenapa mas Bagas ditangkap polisi?" "Ibu juga gak tahu, perasaan Bagas anak baik-
Read more
Bab 33
Vonis hukuman BagasSegala cara telah Wulan lalukan untuk membebaskan Bagas, namum hingga kini belum berhasil. Pak Karyo bahkan membela Anisa dalam kasus ini. Hingga Linda harus bolak balik masuk rumah sakit karena kandungannya begitu lemah bahkan ia begitu stres dan tertekan. Apalagi kedua orangtua Linda menekan anaknya untuk berpisah saja daripada memiliki suami narapidana. "Enggak, Ma. Aku lagi hamil, aku gak mau berpisah dengan mas Bagas. Kami pacaran sudah lama dan ini adalah penantian-ku. Aku gak peduli status mas Bagas nantinya, yang jelas aku gak mau pisah dengannya, Ma. Tolong jangan tekan aku terus menerus, aku sudah memiliki pilihan tersendiri jadi tolong jangan ikut campur dalam rumahtangga_ku." "Cinta itu memnag buta. Kaya kamu ini buta karena seorang Bagas yang ... Ah sudahlah. Mama pusing mikirnya. Nih uangnya, ini yang terakhir! Jangan minta mama terus, mintalah keluarga suamimu itu, kamu itu tanggungjawabnya." ujar Raya. Setelah men
Read more
Bab 34
Pov Bagas "Kamu tenang saja, kami akan menjaganya sebaik mungkin. Mbak paham bagaimana saat hamil dahulu." ucap mbak Wulan. Ya aku rasa mbak Wulan tahu akan perasaan wanita, apalagi dia juga pernah hamil dan merasakan bahwa sangat membutuhkan sosok suami. Linda menjerit histeris kala aku sudah digiring oleh dua orang polisi untuk segera dibawa ke dalam rutan. Ada sesak di dada ini menyaksikan Linda seperti itu. Aku masih sempat tersenyum namun aku sungguh terkejut saat Linda jatuh pingsan. "Linda." teriakku dan akan berlari namun tanganku ditahan oleh kedua polisi. Aku memberontak namun usahaku sia-sia, kekuatan kedua polisi leboh kuat daripada diriku ini. "Pak, aku mohon istriku pingsan. Ijinkan aku menemaninya hingga sadar." pintaku memohon namun lagi dan lagi aku tak bisa. "Disana sudah ada keluarga yang menanganinya, pak. Lebih baik bapak segera ikut kami kembali ke rutan." ujar polisi yang masih memegang pung
Read more
Bab 35
Pov AnisaAku tak menyangka setelah berpisah dengan Mas Bagas akan semenyenangkan ini padahal pada umumnya seorang wanita yang berpisah tentu akan merasa terluka dan terpukul namun berbeda denganku, aku malah bahagia apalagi ada Satria teman masa kecilku yang selalu memberikan semangat untuk aku terus menjali hari-hariku ini. Awal mula para tetangga selalu merendahkan statusku yang menjadi janda di usia muda, apalagi janda tanpa anak. Banyak gunjingan yang aku dapati, berkat bapak dan Ibu aku kuat menghadapi gunjingan itu semuanya. Aku malah membalas mereka dengan kebaikan yang tulus aku berikan, memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkan bahkan saat kerja bakti aku akan turun berbaur sesama warga. Bukan kecentilan namum aku akan membuktikan bahwa janda belum tentu buruk perilakunya. Alhamdulillah sedikit demi sedikit ibu-ibu yang membicarakan aku dan mencemooh status janda mulai berubah dan meminta maaf atas ucapannya selama ini yang menyaki
Read more
Bab 36
Pov Anisa Bangunan bekas rumah makan yang ditunjukan oleh Satria memang sangat bagus dan luas. Apalagi ada taman bermain anak dan juga kolam ikan. Sedikit renovasi makan bangunan ini akan terlihat lebih bagus. Aku memotret banyak untuk ditunjukan kepada Mbak Lala nantinya. "Dijual berapa pak?" tanya Satria pada pemilik resto sebelumnya."700 juta saja, Mas. Saya kasih murah karena memang sedang membutuhkan uang. Kalau mau juga saya bisa menjembatani bekas karyawan saya terdahulu, sebagin juga masih bekum bekerja. Dan saya jamin mereka karyawan-karyawan terbaik dari saya." Harganya cukup fantastis juga, tapi bangunan ini bagus dan aku suka. Tapi jika harga segitu aku rasa tabunganku tak cukup. Sebenarnya disini sudah ada komplit, meja dan kursi makan, meja kasir, komputer, mesin kasir, kompor, frezeer, alat makan dan minum. "Aku suka, Sat. Tapi harganya." bisik-ku pada Satria yang masih melihat-lihat sekitar. Sebenarnya
Read more
Bab 37
Pagi ini rumah Anisa telah disulap menjadi tempat yang sangat indah, rangkaian bunga-bunga terlah tersemat didekorasi kecil untuk acara lamarannya. Walau lelah karena ia habis lembur membuat pesanan tapi tak menyurutkan rasa bahagianya yang sebentar lagi akan segera menikah kembali. Anisa akan di make up oleh Jeni teman salonnya nanti malam. Dan kini ia tengah melakukan perawatan di salon tempatnya dahulu bekerja. Segala rangkaian perawatan dilakukan untuk menunjang penampilannya malam ini. "Cie... Cie calon pengantin makin glowing aja.. eh bukan tapi makin ngeglazed aja kulitnya." "Ih Mbak Jeni nih ya, jujur aku gugup banget Mbak." "Lah gugup bagaimana? Bukankan kami sudah pernah melakukannya, relax aja, Nisa." "Kan beda Mbak, dahulu aku gak seperti ini. Lamaran aja juga simple, malam lamaran dan lusa menikah, itupun secara sederhana. Lah ini baru lamaran tapi udah dibikin pesta, gimana gak gugup aku, Mbak." ungkap Anisa.Anisa mengu
Read more
Bab 38
Bertemu mantan adik iparKeputusan telah di dapatkan, mulai dari souvenir, undangan, dekorasi dan MUA sendiri Anisa memilih menggunakan salon dimana ia terdahulu bekerja. Hari ini juga Satria dan Anisa akan langsung memesan baju untuk acara sakral pernikahannya, dan juga ia akan memesan baju seragam untuk kedua keluarga. Acara pernikahan kali ini akan jauh lebih meriah daripada pernikahannya terdahulu. "Pak, kami ijin berangkat terlebih dahulu hendak ke butik. Sekalian kami juga akan hunting beberapa keperluan yang digunakan untuk pernikahan kami. Sekalian mau ketempat teman Mas Amir buat pesan semuanya." "Pergilah, Nak. Hati-hati kalian." ujar Pak Andi. "Betul Sat, jagan calon menantu Ibu ya. Awas jika lecet kamu berurusan dengan ibu." ancam Bu Tari pada putranya. "Iya... Iya, Bu. Tenang saja, mana mungkin aku membiarkan calon istriku terluka. Sia-sia juga aku menunggunya selama ini." kekeh Satria yang mana mendapatkan tatapan t
Read more
Bab 39
"Nana cukup! Kakak kamu sendiri yang memulainya, wanita mana yang terima jika dianiaya dan akan dilecehkan seperti itu. Orangtua mana yang terima jika putrinya menjadi korban kekerasan, bahkan tak sekali dia menampar bahkan memukul aku didepan kedua orangtuaku. Bahkan bapakku saja ia berani memukulnya, wajar jika aku menjebloskannya kedalam penjara. Ini tentang keselamatan yang untukku juga. Coba kau berada diposisi ku, apa yang akan kamu lakukan?" "Halah omong kosong. Kamu hanya memutar balikan fakta, jika kamu memberikan apa yang Mas Bagas mau maka kamu tak akan mendapatkan serangan seperti itu. Ingat hidupmu gak akan tenang." ancam Nana dan kemudian ia berlalu meninggalkan Anisa. Tangan Satria mengepal dan hendak bangkit mengejar Nana, dengan cepat Anisa menahan Satria. Ia tak mau masalah hari ini akan berakibat pada pernikahannya nanti. "Dia harus diberi pelajaran, Nisa. Mulutnya tajam sekali." "Sat, cukup. Ini bukan waktu yang tepat? Kita
Read more
Bab 40
Mengembalikan Warisan Anisa meminta Satria untuk parkir didekat Mushola saja, Satria paham akan arah pandangan Anisa, walau ia sedikit lupa, namun tetap menuruti permintaan Anisa. Ia juga sudah menawarkan untuk berpindah tempat, namun lagi dan lagi "isa menolaknya dan memilih tetap di resto ini. Jantungnya terus berdetak tak menentu, namun sebisa mungkin Anisa menyingkirkan rasa ketakutannya. Sembari menunggu Satria memesan makanan di dalam restauran, Anisa bermain ponsel untuk menghilangkan kegelisahannya. Ya pada akhirnya Satria menawarkan untuk take away makanan saja dan dimakan didalam mobil untuk mengurasi rasa tak nyaman Anisa. "Maaf antriannya lama, makanlah." Satria masuk kedalam mobil dengan membawa bungkusan makanan dan menyerahkan pada Anisa. "Loh kok jalan lagi? Kita mau kemana lagi?" tanya Anisa yang heram ketika Satria menjalankan mobilnya kembali. Padahal ia tak mengapa jika makan didalam mobil ditempat parkir ini. Ada
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status